Laman

Rabu, 22 Desember 2004

Hidayah Datang Setelah Nonton Film The Message

Ia memperoleh hidayah setelah menyaksikan film The Message, kisah perjuangan Rasulullah dalam mensyiarkan agama Islam. Setelah memeluk Islam, ia aktif di beberapa majelis taklim
 
Bekerja pada perusahaan asing Amerika, tidak melunturkan kegiatan ibadah. Justru sebaliknya, ia makin rajin berdakwah. Itulah Rakhmat Okto Tobing, asisten purchasing PT. Coca-Cola Indonesia, yang sejak sepuluh tahun lalu menjadi muslim. Ia bahkan memelopori terbentuknya majelis taklim di perusahaan ini. “Saya selalu menyarankan kepada sesama muslim, jangan hanya bekerja dan bekerja. Hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat,” ungkap Tobing yang kini menjadi penasihat majelis taklim itu.

Tobing – yang disapa Pak Haji -- juga aktif di beberapa majelis taklim di sekitar tempat tinggalnya di Kompleks Pamung Vila, Tangerang, Banten. Ia dipercaya sebagai bendahara di Yayasan At-Taubah yang membawahi kegiatan masjid At-Taubah dan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di kompleks di Pamulang Vila, Tangerang, Banten. Sebelumnya, dari 1994-1999 ia menjadi bendahara masjid At-Taubah.

Sabtu, 20 November 2004

Dakwah Sepanjang Hayat

Suryani Thahir:

Hajjah Suryani Thahir dikenal sebagai ustadzah dan muballighah yang terkenal. Majlis ta’limnya semakin berkembang. Ia juga akan membangun sebuah Islamic Center.

www.jakarta.go.id
MASJID itu terasa istimewa. Semua warga di Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan, mengenalnya sebagai Masjid At-Taqwa di kompleks Perguruan Ath-Thahiriyah. Keistimewaannya bukan hanya karena arsitekturnya yang indah, tapi karena usianya yang sudah cukup tua. Masjid yang awalnya mushalla itu dibangun tahun 1940-an. Di dalam Rumah Allah seluas 20 x 20 meter dan berlantai dua itu terdapat tiga makam tokoh Betawi. Bisa dimaklum, sebab bagi masyarakat Betawi tempo doeloe, menguburkan jenasah keluarga di masjid atau pelataran rumah merupakan hal yang biasa. 

Kamis, 18 November 2004

Kebahagiaan Mantan Pendeta dalam Naungan Islam

Ia mantan pendeta dan pembina mental TNI AD, mantap memeluk Islam. Lika-liku pergulatan batin seorang mayor mencari kebenaran hakiki.

Bentuk tubuh yang gagah, kuat, dan usia yang beranjak tua, tidak mampu menyembunyikan kelembutan jiwanya. Begitu juga, pensiun yang cukup lama dari Angkatan Darat, tidak melarutkan dirinya dalam pengangguran.
 Kelembutan itu makin terasa manakala ia harus bersabar menghadapi liku-liku kehidupan. Cita-citanya membuat sebuah pendidikan Islam, memacu dirinya untuk tetap bergairah mengarungi kehidupan. Itulah Achmad Dzulkifli Mandey, mantan pendeta, yang sejak dua puluh tahun lalu menjadi muslim. “Saya sering menangis bila mengisahkan suka duka dalam mencari kebenaran Islam,” tutur Bram, panggilan akrabnya sejak kecil.

Minggu, 14 November 2004

Zaitun Palestina itu Telah Tiada


Presiden Palestina Yasser Arafat meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di Prancis. Dunia kehilangan tokoh perdamaiannya. Kegigihan perjuangan Arafat tercatat di hati dunia. Bagaimana nasib Palestina ke depan?

“Hari ini, saya datang ke sini membawa sepotong ranting zaitun dan senapan pejuang kemerdekaan. Jangan biarkan ranting zaitun ini terlepas dari tanganku”. (Pidato Yasser Arafat di PBB, November 1974).

www.theguardian.com
Yasser Arafat memang tak hanya milik Palestina. Meskipun ketika ia masih hidup hanya sebagai milik Palestina. Namun, ketika ia mati, Arafat telah menjadi milik dunia. Ia menjadi simbul bangsa yang teraniaya yang hingga kini menjadi bulan-bulanan negara-negara maju.

Penderitaan Arafat dan perjuangannya berakhir hari Kamis, tanggal 28 Ramadan, pukul 03.30 dinihari di Prancis setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit militer Percy di Clamart, Prancis. Rasa duka segera menyebar cepat ke penjuru dunia. Remaja dan pemuda Palestina yang sangat mengidolakannya tak percaya dengan kepergian itu. Harian Al-Ayyam, Yerussalem, menuliskan sebuah kata duka yang tak terhingga pada edisi Jumatnya. Musuh-musuh Arafat seperti melupakan perbedaan dan menyatu untuk meratapi kepergiannya.

Jumat, 01 Oktober 2004

Rumahku adalah Surgaku



Meski diusir dan hendak dibunuh, ia tetap memeluk Islam. Ia adalah Lauw Siem Hoat, yang kini muballigh terkenal.


NAMA aslinya Lauw Siem Hoat. Sejak remaja tertarik dengan Islam, akhirnya ia menjadi seorang muslim bahkan tampil sebagai seorang muballigh, berceramah dari mesjid ke mesjid, dari majelis taklim ke majelis taklim, dari kampung ke kampung, dari kota ke kota. Bahkan ia juga pernah diundang berceramah di Singapura dan Malaysia. Waktunya habis buat berdakwah, hampir tidak ada waktu untuk keluarganya.
            Akhirnya, pada suatu saat, ia sempat berpikir, “Dakwah di lingkungan keluarga tentu tidak kalah penting.” Sejak itu ia mulai mengurangi jadual kegiatan dakwah di luar rumah. Bahkan jadual pengajian di Al-Istiqomah, majelis taklim binaannya, juga ia kurangi. Biasanya ia hadir setiap hari, belakangan hanya dua tiga bulan sekali. Maklum, selain tempatnya jauh – di Jonggol, Bogor – untuk menuju ke sana biaya trasportnya pun tentu tidak sedikit. Apalagi ia biasa menyantuni fakir miskin di daerah tersebut.

Jumat, 17 September 2004

Buah Belajar Mengaji kepada Anaknya


Meski sering mendapat iming-iming agar kembali pada agama semula, ia tetap mempertahankan  Islam sebagai agamanya. Dalam keadaan miskin, ia tetap menjalani agama penuh berkah ini dengan rasa sabar dan syukur.


Ba’da Isya, akhir Juni 2004. Alunan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran sayup-sayup terdengar dari sebuah rumah tipe 21 -- dengan luas tanah berukuran 60 M2  -- di daerah Binong Permai, Tangerang, Banten. Makin dekat, tampak seorang bapak sedang belajar mengaji kepada anak sulungnya yang baru saja lulus dari SMP Negeri 6, Tangerang. Bapak dari empat anak ini, tak lain bernama Mulyadi Lesmana, seorang keturunan Tionghoa, yang sejak 15 tahun lalu telah menjadi muslim. “Hampir setiap ba’da Isya hingga kurang lebih dua jam lamanya, saya belajar mengaji kepada anak sulung saya,” tutur Mulyadi, terus terang.

Menurut Mulyadi, anak sulungnya yang bernama Andi Mulya ini seperti mendapat rahmat dari Allah SWT.  Ia mampu mengaji dengan tajwid yang cukup terpelihara. Padahal, ia tak pernah belajar mengaji secara khusus kepada seorang guru ngaji. Ia hanya beberapa hari pernah belajar mengaji kepada seorang kiai lalu ditinggalkannya. Pasalnya, kawan-kawannya sering mengejek karena ia seorang Cina miskin.  

Minggu, 15 Agustus 2004

Hidayah dari Radio Antar Nusa

Setelah pindah dari satu agama ke agama lain, ia menemukan kebenaran. Dan akhirnya seluruh keluarganya memeluk Islam.

IA sering diperkenalkan sebagai “ustaz dari Hongkong.” Ia memang keturunan Cina asal Hongkong. Itulah Mahmud Yunus, yang nama aslinya Lauw Pengkun, muballig yang jadual ceramarnya cukup padat. Dari mesjid ke mesjid, dari kampung ke kampung, dari majelis taklim ke majelis taklim, dari kota ke kota. Bahkan pernah sekali ia berdakwah sampai ke Malaysia.

Ceramahnya kadang terdengar keras. Tapi, lebih sering menguras air mata. Ia pun menyisipkan dalil-dalil Alquran dan hadist dengan fasih. Ia mampu menjawab semua keluhan dan pertanyaan jemaah dengan bijak. Ia memberikan resep jitu berlandaskan Alquran dan hadist.

Selasa, 03 Agustus 2004

Singa Mesir yang Gagah dan Tegar

HASAN AL-BANNA

Ia menegakkan amar makruf nahi mungkar di Mesir yang dikuasai imperialis Inggris. Aroma perjuangannya terus menebar di pelbagai belahan dunia.

Para pengamat menyejajarkan Al-Banna dengan Muhammad Abduh, bagai satu badan dan ruh. Bila Abduh yang lebih senior dianggap sebagai kepala, Al-Banna sebagai ekornya. Bila Abduh sebagai otak, Al-Banna sebagai penggerak kebangkitan perjuangan umat Islam internasional. Keduanya memang tidak berada dalam satu kurun waktu, namun pemikiran dan visi keduanya berada dalam tujuan yang sama.

Al-Banna telah mengejutkan Mesir, dunia Arab, dan dunia Islam lewat dakwah, kaderisasi, serta jihad yang luar biasa. Di dalamnya terdapat pemikiran yang brilian, daya nalar yang terang menyala, perasaan bergelora, hati yang penuh limpahan berkah, jiwa yang dinamis nan cemerlang, dan lidah yang tajam lagi berkesan.

Minggu, 18 Juli 2004

Hidayah dan Isyarat dalam Mimpi

Setelah memeluk Islam ia rajin mengikuti pengajian di beberapa majelis taklim. Ia bahkan juga aktif memerangi kemurtadan.

Ia merasa risau mendengar semakin banyaknya isu “kristenisasi.” Karena itu, ia ikut mendukung secara moril perjuangan Ustadzah Hj. Irena Handono dalam membentengi kaum ibu dan anak-anak muslim -- yang kebetulan hidupnya tersisihkan -- dari bahaya pemurtadan. Itulah dr. Welly R. Tinihada, yang sejak sembilan tahun lalu menjadi muslim.
            Menurut Welly, banyak cara untuk membentengi bahaya pemurtadan itu. Salah satu di antaranya melakukan kajian Kristologi – sebuah studi tentang seluk beluk agama Kristen lewat titik pandang Al-Quran dan hadis.

Selasa, 22 Juni 2004

Airmata Membanjir dalam Salat

Awalnya ia ingin membalas budi. Belakangan malah menemukan kebenaran Islam.

Setiap hari ia berusaha mengikuti pengajian di beberapa majelis taklim. Terutama setiap malam Jumat, ia tak pernah absen menghadiri majelis taklim ibu-ibu muslimah di kompleks perumahan Binong Permai, Tangerang, Banteng, yang beranggotakan sekitar 30 muslimah. Sudah sejak 13 tahun yang lalu ia memeluk Islam. Ia adalah Murni Sari Ningsih.

            Selain itu, ia juga belajar qiraah sab’ah, tujuh macam gaya melagukan ayat-ayat suci Al-Quran. Meski belum pernah mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran, suaranya cukup merdu, dengan tajwid yang terpelihara. Apalagi suaminya senantiasa mendorong semangat mantan guru Sekolah Minggu dari sebuah gereja Protestan di Salatiga. 

Sabtu, 15 Mei 2004

Hidayah Datang lewat Office Boy

Setelah memeluk Islam, ia mengalami berbagai cobaan yang sangat berat, bahkan sampai kini. Namun, dengan sabar dan ikhlas, ia mampu mengatasi semua cobaan itu.

Pada 1997 ia divonis dokter sebagai pengidap kanker stadium empat, alias tidak ada harapan hidup lagi. Bila bisa bertahan hidup, usianya tidak bakal mencapai dua tahun.
 Tapi, Allah SWT menghendaki lain. Ia  mendapat rahmat, sembuh dari penyakit. Hingga saat ini ia sehat walafiat dan menjalani kehidupan dengan cukup bahagia.

Rabu, 05 Mei 2004

Pemimpin Besar Pakistan

Ia berhasil menyatukan kaum muslimin India di bawah bendera partai Liga Muslim, yang akhirnya melahirkan sebuah negara Islam, Pakistan.  

www.lalkarinternational.co
Sejak lahir di Karachi pada Desember 1876, Muhammad Ali Jinnah berada dalam lingkungan keluarga berada. Meski demikian, ia mendapat didikan keras dari ayahnya dengan disiplin tinggi.
Ketika berusia 16 tahun, ia dikirim ke Inggris untuk meraih pendidikan lebih tinggi setelah mengenyam pendidikan madrasah dan Sekolah Misi di Karachi. Di negeri ini, ia berkenalan dengan Dadabhani Maoroji. Kelak, orang inilah yang mengambil peran penting dalam pembentukan karier politik Ali Jinnah.

Jumat, 23 April 2004

Hidayah Lewat Surah Maryam

Perjuangannya mencari kebenaran mengundang teror. Setelah menjadi muslimah, perempuan bekas Katolik ini rajin berdakwah.

SABTU pagi, pertengahan April 2004. Puluhan jemaah memadati masjid Namira di Tebet Barat Dalam V, Jakarta Selatan. Mereka mengikuti pengajian yang digelar oleh Majelis Taklim Al-Manthiq, yang kali itu menampilkan Ustazah Hj. Maria Theresia Suprasti. Ia mengisahkan suka dukanya dalam mencari kebenaran Islam. Perempuan bekas Katolik asal Yogyakarta itu, 20 tahun lalu telah memeluk Islam.
            Ia memang sering diundang untuk menceritakan suka dukanya yang dialaminya itu. “Biasanya setelah saya berkisah, seorang ustaz menambah atau mengoreksi kisah saya dengan dalil-dalil Al-Quran atau hadis. Dengan demikian saya membantu syiar Islam,” katanya.

Rabu, 21 April 2004

Memelihara dan Memuliakan Hak Anak Yatim

Semangatnya mengasuh anak yatim bisa diteladani. Ia pantang memanfaatkan hak anak yatim, tapi terus memelihara dan memuliakannya.

hsudiana.wordpress.com
IA tetap setia memegang prinsip: “menghidupi yayasan dan tidak hidup dari yayasan.” Karena itu, segala aktivitas yang memerlukan biaya dalam mengasuh anak yatim, ia keluarkan dari kocek sendiri. Lelaki yang berusaha selalu ihlas ini adalah Ir. Ali Abu Bakar Shahab, ketua Yayasan Panti Asuhan Anak-anak Yatim Darul Aitam di Tanah Abang, Jakarta Pusat.
       Sehari-hari ia dipanggil Ami Ali. Lelaki tinggi besar ini (tinggi 171 cm, berat lebih dari satu kuintal) tidak sepeser pun mendapat gaji dari Yayasan Darul Aitam. Sebaliknya, bersama pembina dan pengurus yayasan menyumbang pikiran, tenaga dan materi untuk keperluan anak-anak asuh. 

Sabtu, 27 Maret 2004

Sang Penakluk yang Sederhana

Kekuasaannya membentang dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Ia disebut-sebut lebih unggul ketimbang Iskandar Agung dan Jengis Khan.


kissanak.wordpress.com
Adalah seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Ia adalah Timur Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan sebagai ‘Tamerlane’, sang Penakluk Dunia. Selain Jengis Khan, dialah satu-satunya penakluk yang mampu menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Penaklukan dahsyat yang ia lakukan berhasil mengalahkan dua raja besar pada zamannya: Sultan Turki, Bayazid Yildrim, dan Kaisar Mongol, Toktamish -- yang adalah juga cucu Jengis Khan.
       Menurut para sejarawan, prestasi Timur lebih unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini tak pernah menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia, sementara Timur berhadapan dengan pasukan sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish. Bahkan ada sejarawan yang menilai Timur lebih menonjol ketimbang Iskandar Zulkarnain. Sebab, Iskandar hanya berhadapan dengan pasukan-pasukan yang lemah.

Senin, 22 Maret 2004

Antara Batu Yakub dan Masjid al-Aqsha

Setibanya di Baitulmukadas, Umar bin Khattab membangun sebuah masjid. Apakah kini masjid Umar itu yang dinamakan Masjid al-Aqsha?

gamais.itb.ac.id
Derap kaki kuda mengantarkan Umar bin Khattab pergi ke Baitulmukadas (Yerusalem). Pemimpin pasukan perang Amr bin As dan Syurahbil bin Hasanah menemani perjalanan amirulmukminin ini.

Saat memasuki kota Baitulmukadas, Uskup Agung Severinus (Sophronius) dan pembesar-pembesar kota menyambut kedatangan amirulmukminin ini. Umar tampak aneh di mata mereka sebab hanya mengenakan pakaian lusuh sehari-hari dan menolak berganti pakaian yang lebih indah yang telah disediakan, sementara mereka semua berpakaian serba gemerlap menyambut kedatangan Umar. Meski demikian, Umar sangat ramah terhadap mereka dan akrab. Kata-katanya dalam pembicaraan juga sangat memikat hati mereka. Segala yang diberikan kepada mereka berupa jaminan keamanan untuk diri mereka, keyakinan, dan rumah-rumah ibadah mereka, mencerminkan kejujuran di wajah Umar. Bila dibandingkan dengan kedatangan Kaisar dulu yang bertangan besi dan serba menindas jelas sangat jauh berbeda—suka senaknya membantai anak-anak dan perempuan renta.

Senin, 01 Maret 2004

Nur Ilahi Memancar di Kawasan Industri

Setelah memeluk Islam, ia aktif berdakwah: pengajian dari rumah ke rumah dan membangun masjid. Kini ia menjabat staf ahli Dirut Pupuk Kaltim.

Mushalla itu hanya berukuran sekitar 4 x 10 meter persegi. Tapi, rumah Allah itu terasa istimewa. Bukan lantaran arsitekturnya yang indah, tapi setiap Minggu sore, sejak 15.00 hingga 19.00 WIB puluhan jemaah memadati mushalla kecil di tepi jalan Haji Nur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu. Mereka kebanyakan keturunan Tionghoa. Ada yang baru memeluk Islam, ada pula yang telah lama menjadi muslim. Mereka dari sekitar Jakarta, Tangerang dan Bekasi, lelaki, perempuan, tua, muda.
            Dengan takzim mereka duduk bersimpuh membentuk shaf  yang rapi, perempuan terpisah dari lelaki, mengikuti pengajian Ustaz Surya Madya. Bila berhalangan hadir, Ustaz Surya sendiri yang mencari penggantinya. Usai mendengarkan pengajian, mereka salat Maghrib berjemaah, dilanjutkan diskusi ringan, membahas agama atau masalah hidup sehari-hari. Saat tiba waktu Isya, mereka pun menulaikan salat Isya berjemaah. Keakraban terpancar dari wajah-wajah mereka. 

Rabu, 18 Februari 2004

Buah Belajar Mengaji kepada Anak

Meski sering mendapat iming-iming agar kembali pada agama semula, ia tetap mempertahankan  Islam sebagai agamanya. Dalam keadaan miskin, ia tetap menjalani agama penuh berkah ini dengan sabar dan syukur.

Bakda isya, akhir Juni 2004. Alunan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran sayup-sayup terdengar dari sebuah rumah tipe 21 – dengan luas tanah berukuran 60 m2 – di daerah Binong Permai, Tangerang, Banten. Makin dekat, tampak seorang bapak sedang belajar mengaji kepada anak sulungnya yang baru saja lulus dari SMP Negeri 6, Tangerang. Bapak empat anak ini, tak lain, Mulyadi Lesmana, seorang keturunan Tionghoa, yang sejak 15 tahun lalu telah menjadi muslim. “Hampir setiap bakda isya hingga kurang lebih dua jam lamanya, saya belajar mengaji kepada anak sulung saya,” tutur Mulyadi, terus terang.

Rabu, 11 Februari 2004

Mimpi Jumpa Rasulullah Berkat Zikir

Setelah memeluk Islam, ia selalu menjaga wudu dan selalu berzikir. Merasa lebih berbahagia, ia sering mimpi berjumpa Rasulullah SAW. 

Wajahnya putih bersih. Sejak selalu menjaga wudu beberapa tahun lalu, wajahnya semakin teduh. Keteduhan itu semakin terasa manakala ia berusaha selalu sabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Itulah Bina Suhendra, lelaki keturunan Cina, doktor kimia teknik, yang sejak empat tahun lalu menjadi muslim.
“Saya tidak memaksakan diri untuk tetap dalam keadaan suci. Tapi, sebisa mungkin saya selalu berwudu kembali bila batal, atau habis mengalami perasaan yang emosional. Bukankah dengan wudu, marah bisa dipadamkan?” ujarnya seraya menyitir sebuah hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan Imam Abu Dawud, “Sesungguhnya marah itu perbuatan setan; dan setan diciptakan dari api; api dapat dipadamkan dengan air. Karena itu bila seseorang di antara kalian marah, hendaknya ia berwudu.”

Minggu, 08 Februari 2004

Ratu Islam Setelah Zaman Kenabian

Ia permaisuri Raja Saleh Najamuddin Ayyub yang sangat setia. Sifatnya sabar, lembut, tapi tegas dan gagah berani. Jasanya sangat besar dalam menundukkan musuh-musuh Islam dan negaranya, terutama tentara Salib yang dipimpin penguasa Prancis Raja Louis IX.    



giant41.blogspot.com
Raja Kamil – salah satu pengganti Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang mampu mendesak mundur pasukan Salib di Jerusalem – memberi kekuasaan kepada putra sulungnya, Pangeran Muda Najamuddin Ayyub. Ia diperintah menjaga Benteng Kifa, yang terletak di perbatasan Turkistan. Sekarang, daerah ini menjadi bagian negara Cina di sebelah barat.
Meski tempat tinggalnya jauh dari pusat kekuasaan (Mesir), Najamuddin tidak kesepian. Ia menghuni sebuah istana yang megah, tidak kalah dengan istana milik raja-raja lain. Ia pun selalu dikelilingi pengawal-pengawal yang setia serta pelayan-pelayan perempuan yang selalu siap diperintah. Para pelayan itu ada yang berasal dari Turki, Romawi, maupun Jarkas.

Jumat, 06 Februari 2004

Jual Bakmi Sampai ke Mekah

Dalam usaha bakmi, kini Bakmi Tebet sudah menjadi pemimpin pasar. Gerai waralabanya mencapai seratus lebih dan bahkan akan merambah ke mancanegara.
 

www.ciputraentrepreneurship.com
Kabar gembira untuk para penggemar bakmi. Anda tidak perlu khawatir lagi kehilangan makanan favorit itu saat menunaikan ibadah umrah atau haji. Pasalnya, sejak awal September nanti gerai Bakmi Tebet telah hadir di Tanah Suci Mekah, tepatnya di basement Hotel Muawadah, sebelah Hotel Hilton, yang tak jauh dari Masjidil Haram. Khusus dalam menghadapi bulan Ramadan dan Ibadah Haji 1426 Hijriah, rencananya dibuka satu lagi gerai serupa di Tanah Haram. Untuk tahap selanjutnya, akan dibuka satu industri bakso dan bakmi serta enam cabang gerai Bakmi Tebet di Jeddah, baru menyusul kemudian kota Madinah dan Riyadh, ibukota Arab Saudi. 

Sabtu, 24 Januari 2004

Teungku Cik Di Tiro


Perang Sabil dari Tanah Rencong

www.pahlawanindonesia.com
Perang Aceh, yang terus berkobar, membuat ulama besar dari Tiro ini memutuskan meninggalkan Mekah dan kembali ke Tanah Rencong. Di Bumi Serambi Mekah ini, ia mengobarkan Perang Sabil untuk mengusir penjajah.
Sepulang dari ibadah haji dan menuntut ilmu di Tanah Suci, Teungku Cik Di Tiro, atau Haji Muhammad Saman, tidak berpangku tangan. Begitu tiba di Tiro, Aceh, ia disibukkan dengan urusan madrasah dan murid-murid yang lama ditinggalkan.

Jumat, 23 Januari 2004

Singa Mesir yang Gagah dan Tegar

Ia menegakkan amar makruf nahi mungkar di Mesir yang dikuasai imperialis Inggris. Aroma perjuangannya terus menebar di pelbagai belahan dunia.


antiliberalnews.com
Para pengamat menyejajarkan Al-Banna dengan Muhammad Abduh, bagai satu badan dan ruh. Bila Abduh yang lebih senior dianggap sebagai kepala, Al-Banna sebagai ekornya. Bila Abduh sebagai otak, Al-Banna sebagai penggerak kebangkitan perjuangan umat Islam internasional. Keduanya memang tidak berada dalam satu kurun waktu, namun pemikiran dan visi keduanya berada dalam tujuan yang sama.
Al-Banna telah mengejutkan Mesir, dunia Arab, dan dunia Islam lewat dakwah, kaderisasi, serta jihad yang luar biasa. Di dalamnya terdapat pemikiran yang brilian, daya nalar yang terang menyala, perasaan bergelora, hati yang penuh limpahan berkah, jiwa yang dinamis nan cemerlang, dan lidah yang tajam lagi berkesan.

Kamis, 08 Januari 2004

Senandung Imani Sang Bunga Mawar

Dalam usianya yang sudah senja, novelis La Rose terus bertekad meneruskan pencahariannya. Kerinduannya kepada Sang Khaliq tak pernah pupus.


www.tamanismailmarzuki.co.id
Boleh jadi, La Rose sudah sangat menyakininya. Kematian adalah suatu tanda kehidupan yang baru. Dan, maut pasti segera menjemputnya suatu saat nanti, entah di mana. Bukankah setiap makhluk hidup pasti mengalami kematian, seperti tersebut dalam Al-Quran: “Kulu nafsin zaiqatul maut” (Setiap yang hidup pasti akan merasakan mati).

Hanya saja, orang yang sangat dicintai telah mendahului. Pada enam April lalu, pagi setelah menjalankan salat Subuh, sang suami dijemput Sang Kholiq, menuju hidup dalam bara api keTuhanan yang baqa.

Selasa, 06 Januari 2004

Ilmuwan dengan Disertasi Luar Biasa

Prof Dr Zakiah Daradjat:

Ia adalah pemikir, psikolog, pendidik, mubalighah. Disertasinya mengenai psikoterapi model non-directive yang pertama di Indonesia.

RUMAH itu tak terlalu besar, berdiri di lahan seluas 150 M2. Warna temboknya putih susu berpadu biru keabu-abuan. Meski tanpa alat pendingin, rumah itu terasa sejuk, terletak di Kompleks Departemen Agama, Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Di sanalah guru besar Universitas Islam Negeri Jakarta ini membuka praktik konsultasi psikologi selama 38 tahun.
Buka praktik sejak 1965, Zakiah tidak pernah menetapkan tarif. Bahkan dulu kerap pasien-pasiennya hanya membawa buah-buahan sebagai alat pembayar. Ia memang tak mau pasang tarif, karena banyak warga masyarakat yang tak mampu membayar. “Kan rezeki datangnya dari Allah,” kata psikolog yang buka praktik setiap hari sejak pukul 16.00 hingga 20.00 ini.

Senin, 05 Januari 2004

Salat Jumat yang Membawa Hidayah

Setelah menyaksikan banyak orang salat Jumat, ia memeluk Islam. Memahami konsep zakat dan sedekah, ia menyisihkan sebagian hartanya untuk fakir miskin dan anak yatim.

Pagi hari minggu ketiga setiap bulan, puluhan jemaah memadati masjid Namira di Tebet Barat Dalam V, Jakarta Selatan. Mereka mengikuti pengajian yang digelar oleh Majelis Taklim Al-Manthiq pimpinan Dr. Bambang Sukamto -- yang menghimpun para mualaf, saudara seiman yang baru memeluk Islam.
        Seorang di antara mereka, yang hampir tak pernah absen selama beberapa tahun terakhir, ialah Denny Daniel Rawis. Sejak enam tahun lalu, pemasok alat-alat kedokteran ini memeluk Islam. Lelaki kelahiran Minahasa ini memang rajin mendengarkan pengajian di beberapa masjid. Selain di Namira, ia juga mengikuti pengajian di masjid Al-Barkah, tak jauh dari rumahnya di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan. Bahkan belakangan ia juga menjadi bendahara di masjid itu.

Minggu, 04 Januari 2004

Melongok Taj Mahal Ciputat

Sukses di dunia penerbitan buku, ia membuka konsultasi gratis dan membentuk Sarekat Wirausaha Islam Terpadu (SWIT).  
 

planetden.com
Kepepet dapat melahirkan kreatifitas? Itulah Yudi Pramuko, yang sehari-hari bekerja sebagai wartawan majalah Islam anak-anak. Saat tidak punya uang dan harus mencukupi kebutuhan istri beserta empat anaknya untuk bisa hidup “layak”, maka muncullah kreatifitas berwirausaha.

Awalnya ia sempat ragu karena belum tahu jalan dan hanya punya uang 260 ribu rupiah dalam buku tabungan. Namun, dengan bismilla hirrohman nirrohim, ia berani mencoba berbuat sesuatu: menerbitkan buku karangan sendiri. Tentu saja, untuk menutup biaya kekuranganya dengan meminjam uang. Ia pinjam sebesar delapan juta rupiah dari ibundanya pada Nopember 2002, hasil dari menjual rumah. “Saya meminjam dengan perjanjian sepuluh bulan akan dilunasi tanpa bunga,” ungkap mantan penyiar beberapa radio swasta Islam di Jakarta ini.