Setibanya di Baitulmukadas, Umar bin Khattab membangun
sebuah masjid. Apakah kini masjid Umar itu yang dinamakan Masjid
al-Aqsha?
gamais.itb.ac.id |
Derap kaki kuda mengantarkan Umar bin
Khattab pergi ke Baitulmukadas (Yerusalem). Pemimpin pasukan perang Amr bin As
dan Syurahbil bin Hasanah menemani perjalanan amirulmukminin ini.
Saat memasuki kota Baitulmukadas, Uskup
Agung Severinus (Sophronius) dan pembesar-pembesar kota menyambut kedatangan amirulmukminin
ini. Umar tampak aneh di mata mereka sebab hanya mengenakan pakaian lusuh
sehari-hari dan menolak berganti pakaian yang lebih indah yang telah disediakan,
sementara mereka semua berpakaian serba gemerlap menyambut kedatangan Umar.
Meski demikian, Umar sangat ramah terhadap mereka dan akrab. Kata-katanya dalam
pembicaraan juga sangat memikat hati mereka. Segala yang diberikan kepada
mereka berupa jaminan keamanan untuk diri mereka, keyakinan, dan rumah-rumah
ibadah mereka, mencerminkan kejujuran di wajah Umar. Bila dibandingkan dengan
kedatangan Kaisar dulu yang bertangan besi dan serba menindas jelas sangat jauh
berbeda—suka senaknya membantai anak-anak dan perempuan renta.
Selesai menyambut Umar beserta rombongan,
mereka pulang untuk bertemu lagi ke
esokan harinya. Sesudah tinggal seorang diri, Umar melakukan salat tanda
bersyukur kepada Allah atas segala karunia yang telah diberikan kepadanya.
Sebab, nasib baik telah diberikan kepada Umar. Sejak selesainya Isra Mi’raj,
Rasulillah tak pernah lagi ke Palestina dan tidak pula datang ke Masjidlaksa.
Keesokan harinya, pagi-pagi Severinus sudah
datang berkunjung kepada Umar. Ia mengajak Umar berkeliling kota untuk memperlihatkan
peninggalan-peninggalan kuno di kota itu serta ke tempat-tempat ziarah umatnya.
Memang banyak sekali peninggalan-peninggalan kuno di Baitulmukadas, sebuah
kota para rasul dan para nabi: ke sana Nabi Musa pergi bersama orang-orang
Israil ketika keluar dari Mesir; di sana pula cerita penyaliban Almasih, dan di
tempat ini didirikan Kanisat al-Qiyamah (Gereja Anastasis). Orang-orang
Kristiani mengatakan, bahwa jasad Isa dimakamkan di tempat ini dan dari sini ia
naik ke langit. Di tempat ini terdapat pula peninggalan-peninggalan para nabi,
seperti mihrab Nabi Daud dan batu Nabi Yakub, yaitu batu yang disebutkan dalam
kitab-kitab sejarah Nabi bahwa Rasulillah dari sinilah naik ketika Mi’raj. Di
samping itu masih ada lagi reruntuhan Kuil Sulaiman yang masih dikenang sebagai
raja agung, dan nabi-nabi yang lain.
Dari peninggalan-peninggalan puing-puing
itu banyak juga terdapat rumah-rumah ibadah orang pagan yang dibangun oleh
penguasa-penguasa Palestina dari pihak Roma. Sebelum itu, penguasa-penguasa Palestina
dari pihak Mesir-lah yang mendirikan bangunan-bangunan itu. Pendek kata, tak
ada yang disembunyikan Severinus kepada Umar. Semua yang sudah terkenal
mengenai cerita tempat-tempat ibadah itu diceritakannya kembali kepada Umar.
Sementara kedua orang ini sedang di Gereja
Anastasis, waktu salat pun tiba. Uskup itu meminta kepada Umar melaksanakan
salat di tempat itu, karena itu juga rumah Tuhan. Tetapi Umar menolak dengan
alasan di waktu yang akan datang khawatir jejaknya diikuti oleh kaum Muslimin, karena
mereka akan menganggap apa yang dikerjakan Umar itu sebagai teladan yang baik (sunnah
mustahabbah). Kalau mereka sampai melakukan itu, orang-orang Kristiani akan
dikeluarkan dari gereja mereka dan ini menyalahi perjanjian yang ada. Dengan
alasan yang sama juga ia menolak salat di Gereja Constantin di dekat gereja Anastasis
itu. Padahal, di ambang pintu gereja itu kaum Nasrani sudah menghamparkan
permadani untuk salat, tetapi Umar melakukan salat di tempat lain, yaitu di dekat
Batu Yakub di reruntuhan Kuil Sulaiman.
![]() |
eriikt.blogspot.com |
Namun, saat Umar mengunjungi Kanisat
al-Mahd atau Gereja Buaian di Bethlehem dan tiba waktu salat, ia salat di
tempat itu. Pasalnya, Bethlehem tidak masuk dalam perjanjian Baitulmukadas).
Umar melakukan semua itu karena ingin
menghormati perjanjian Baitulmukadas. Dalam
persetujuan Baitulmukadas itu ia mencantumkan suatu ketentuan dengan pihak
Nasrani bahwa umat Islam tidak boleh atau dilarang memasuki gereja-gereja
mereka, di waktu malam atau siang; jangan membicarakan agama mereka atau berusaha
meyakinkan pihak lain untuk menganutnya; mereka tidak boleh memakai pakaian
Muslim; mereka tidak boleh berbicara dalam bahasa Arab sebagai bahasa pemenang
dan menggunakan nama-nama seperti nama-nama mereka; tidak boleh menunggang kuda
dan mernbawa senjata, dan harus berhenti jika seorang Muslim lewat di depan
mereka. Jika ada seorang Muslim datang mereka harus berdiri sampai ia duduk;
tidak boleh menjual minuman keras, menaikkan salib di atas gereja-gereja mereka
dan tak boleh membunyikan lonceng; tak boleh mengambil seorang pembantu yang
masih bekerja pada seorang Muslim.
Tetapi toleransi itu tidak berarti
membiarkan Baitulmukadas hanya untuk orang-orang Kristen, dan kaum Muslimin
dalam arti agama tidak mendapat tempat di situ. Baitulmukadas adalah kiblat
umat Islam dan ke Masjidilaksa itu pula Allah memperjalankan hamba-Nya.
Kesuciannya bagi Umar tidak kurang dari
kesuciannya bagi umat Nasrani. Di samping itu, setiap Muslim memasuki suatu
tempat, mereka harus membangun sebuah mesjid. Karena itu, setibanya di
Baitulmukadas, tidak beberapa lama kemudian Umar membangun sebuah masjid yang
sangat sederhana, seperti mesjid yang dibangun Nabi di Madinah.
Sebelum membangun masjid, Umar memanggil
Ka’b al-Ahbar, seorang Yahudi yang telah memeluk Islam dan ahli dalam isra’iliyyat atau studi-studi tentang
Yahudi. Umar kemudian membacakan Al-Quran surat 17 dan 18. Setelah itu, ia meminta
pendapat kepada Ka'b al-Ahbar di tempat mana ia bisa salat.
“Kalau Anda mau menerima saran saya, sebaiknya Anda salat di belakang Batu Yakub
itu, maka seluruh Quds di depan Anda,” saran Ka’b kepada Umar. Ka’b memilih
sebuah tempat di utara sebongkah batu dengan anggapan—tentu saja ini tidak
benar—bahwa itu adalah situs dari Nabi Yakub. Jika Umar dan rombongan salat di
sana, kaum Muslimin dapat menghadapkan wajah mereka, baik ke Ka’bah maupun ke
tempat yang paling kudus menurut Yahudi. Pasalnya, lima puluh tahun sebelum
peristiwa Isra Miraj, orang-orang Yahudi sudah tertarik kepada sebongkah batu
itu.
Namun, Umar menolak dengan tegas, “Ka'b,
Anda sudah meniru ajaran Yahudi. Saya sudah melihat Anda dan cara Anda membuka
alas kaki. Tidak! Akan kita buat kiblat itu di bagian depan, seperti dilakukan
oleh Rasulillah, kiblat mesjid-mesjid kita di depan. Kita tidak diperintahkan menghadap ke Batu, tetapi
perintah itu menghadap ke Ka'bah.”
Umar kemudian memutuskan untuk membangun
mesjid di ujung selatan Batu Yakub atau
situs Royal Portico (Serambi kerajaan) yang dibangun Raja Herodes. Tepatnya
menghadap ke Ka'bah, bukan ke Batu Yakub—yang di bawahnya terdapat gua kecil,
yang diyakini bahwa Rasulillah sebelum Mi’raj melakukan salat di tempat ini
bersama para nabi.
Masjid Umar ini terbuat dari bangunan kayu
yang sederhana untuk melestarikan cita-cita Islam awal yang ketat. Meski sederhana, masjid itu sangat luas, mampu menampung
tiga ribu jamaah. Orang pertama yang
menggambarkannya adalah peziarah
Kristen Arculf, yang mengunjungi Jerusalem sekitar tahun 670, dan tercengang
dengan perbedaan yang tajam antara masjid itu dengan Haekal megah yang dahulu
berdiri, "Orang-orang Saracen sekarang ini membangun rumah ibadah bersisi
empat, yang telah mereka bangun dengan kasar, yang mendirikannya dengan
menaikkan permukaan dan tiang besar atas sisa-sisa reruntuhan.”
Meski pembangunan masjid tidak menghadap ke
Batu Yakub, bukan berarti Umar tidak peduli adanya batu itu atau tidak
mengurangi pentingnya batu itu karena di
situlah terjadinya Isra Mi’raj Rasulillah s.a.w.
Tidak heran bila saat awal Umar masuk
Baitulmukadas dan melihat di atas Batu Yakub itu ada timbunan sampah yang
dilemparkan oleh orang-orang Kristen karena dijadikan tempat pembuangan sampah
kota, ia segera berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Kerjakanlah seperti yang
saya lakukan.”
Umar Kemudian merangkak dengan tangan dan
lutut di bawah batu itu dan sampah-sampah itu diangkatnya sendiri lalu
dilemparkannya jauh-jauh. Sahabat-sahabatnya juga ikut bekerja seperti dia.
Demikian mereka bekerja terus di atas Batu itu sampai semua di atasnya dapat
dibersihkan. Awalnya, kotoran najis itu telah memenuhi seluruh tempat ibadah yang suci itu,
bahkan sampai tumpukan sampah itu keluar ke jalanan manakala pintu terbuka. Sampah
itu menumpuk sangat tinggi sehingga menutupi atap-atap gerbang. Satu-satunya
jalan untuk membersihkan sampah di puncak batu itu adalah merangkak dengan
tangan dan lutut, seperti dilakukan Umar saat membersihkan Batu Yakub itu.
Sampai pada masa Khalifah Abdul Malik bin
Marwan I (685-705), Masjid Umar dan Batu Yakub itu tetap terpelihara. Pada
tahun 688 Abdul Malik mengarahkan untuk membangun dan memasang kubah di atas
Batu Yakub sebagai “tandingan” Kubah Anastasis di Bukit Barat dan Gereja
Kenaikan di Bukit Zaitun yang bersinar terang bila kena cahaya malam. Abdul
Malik mempekerjakan ahli-ahli seni dan arsitek dari Bizantium—karena ia pernah
tinggal di Damaskus di tengah-tengah gereja-gereja Nasrani dan segala
peninggalan kunonya yang indah. Dua dari tiga orang yang bertanggungjawab dalam
pembangunan itu adalah orang Kristen.
Kubah Batu bukanlah sebuah masjid—meski
belakangan para perempuan banyak melakukan salat di serambi ini. Tidak ada
dinding qiblah untuk mengarahkan kaum muslimin ke kiblat (Ka’bah) dan tidak ada
ruang yang luas untuk salat. Batu itu sendiri mengambil posisi tengah dan dua
jalan melingkar telah diciptakan di sekelilingnya, yang ditandai empat puluh
tiang. Di atas lingkaran-lingkaran atap kubah bagian dalam terdapat tulisan
ayat-ayat Al-Quran yang menyangkal gagasan bahwa Tuhan memperanakkan putra. Ini
dialamatkan kepada para pengikut Injil dan memperingatkan mereka tentang
pernyataan-pernyataaan yang tidak benar dan berbahaya tentang Tuhan.
Khalifah al-Walid I, yang menggantikan
Abdul Malik tahun 705, terus memperindah
kesucian dan kebesaran tanah Haram ini. Pada tahun 709, ia memerintahkan
pembangunan sebuah masjid baru—sekitar 300 meter dari Kubah batu—untuk
mengganti masjid Umar yang kasar, di tempat Masjid al-Aqsha sekarang ini.
Domery Alpacino dari berbagai sumber
BalasHapusGenç & Teen Porno