Presiden Palestina Yasser Arafat meninggal
dunia setelah beberapa hari dirawat di Prancis. Dunia kehilangan tokoh
perdamaiannya. Kegigihan perjuangan Arafat tercatat di hati dunia. Bagaimana
nasib Palestina ke depan?
“Hari ini, saya datang ke sini membawa
sepotong ranting zaitun dan senapan pejuang kemerdekaan. Jangan biarkan ranting
zaitun ini terlepas dari tanganku”. (Pidato Yasser Arafat di PBB, November
1974).
www.theguardian.com |
Yasser
Arafat memang tak hanya milik Palestina. Meskipun ketika ia masih hidup hanya
sebagai milik Palestina. Namun, ketika ia mati, Arafat telah menjadi milik
dunia. Ia menjadi simbul bangsa yang teraniaya yang hingga kini menjadi
bulan-bulanan negara-negara maju.
Penderitaan
Arafat dan perjuangannya berakhir hari Kamis, tanggal 28 Ramadan, pukul 03.30
dinihari di Prancis setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit militer Percy
di Clamart, Prancis. Rasa duka segera menyebar cepat ke penjuru dunia. Remaja
dan pemuda Palestina yang sangat mengidolakannya tak percaya dengan kepergian
itu. Harian Al-Ayyam, Yerussalem, menuliskan sebuah kata duka yang tak terhingga
pada edisi Jumatnya. Musuh-musuh Arafat seperti melupakan perbedaan dan menyatu
untuk meratapi kepergiannya.
Adalah
Presiden Mesir Husni Mubarak yang mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan
upacara pelepasan kenegaraan buat seorang yang selama hidupnya dihabiskan untuk
memperjuangkan negara Palestina itu. Kamis malam, jenazah Afafat tiba di Kairo,
Mesir dan disemayamkan di komplek militer di pinggiran kota Kairo dengan
penjagaan yang sangat ketat. Suasana kota Kairo juga ikut berduka. Banyak
komentator menyamakan kemangkatan Arafat dengan kemangkatan Presiden Mesir
Gamal Abdul Nasser tahun 1970.
www.sodahead.com |
Upacara
kenegaraan berlamgsung pukul 11.00 hari Jumat, 12 Nivember lalu dan dipimpin
langsung oleh Presiden Husni Mubarak. Salat jenazah dipimpin langsung oleh
Syaikh Al-Azhar Dr. Sayyid Muhammad Thanthawi. Upacara sengaja dibatasi untuk
tidak melibatkan rakyat banyak yang bisa menimbulkan berbagai persoalan.
Sekitar
60 negara mengirim delegasinya dalam berbagai level mulai dari kepala negara,
perdana menteri (PM), sampai menteri luar negeri (menlu) untuk mengikuti acara
penghormatan terakhir Arafat. Disamping Presiden Mesir Hosni Mubarak, tampak
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Suriah Bashar Al-Assad, Presiden
Lebanon Emile Lahoud, Raja Abdullah II dari Jordania, Presiden Yaman Ali
Abdullah Saleh, Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika, Presiden Tunisia Zen
Abidin Ben Ali, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz,
Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, Raja Brunei Darussalam Pangeran Bolkiah,
dan sejumlah pemimpin negara lain.
Sejak
pukul 08.30 waktu setempat, para undangan sudah tiba di tempat takziah khusus
yang dibangun di dalam kompleks militer Al Galaa itu. Di tempat takziah
tersebut, para tamu dan delegasi mancanegara mendengarkan pembacaan ayat-ayat
suci Al Quran. Sekitar pukul 11.00, para tamu keluar dari tempat takziah menuju
jalan raya. Hanya sekitar 50 meter di depan mereka, peti jenazah Yasser Arafat,
yang ditutup bendera Palestina dengan dikawal pasukan kehormatan, diletakkan.
Rakyat
Mesir dan bahkan dunia hanyan bisa menyaksikan prosesi penghormatan jenazah
Arafat melalui televisi Mesir. “Jangan menangis Zahwa, ayahmu tak pernah
menitikkan air mata. Dia adalah lambang kesabaran dan ketabahan. Jangan
menangis Zahwa, seluruh anak bangsa Arab hari ini bersamamu, bersama harga diri
dan martabatmu.” Kalimat itu meluncur dari seorang komentator televisi Mesir,
satu-satunya jaringan televisi yang memiliki akses pada upacara penghormatan
terakhir secara kenegaraan di Mesir. Penghormatan itu dilakukan sebelum jenazah
Arafat dibawa ke Ramallah.
Jaringan
televisi itu tiba-tiba menyorot secara dekat bocah perempuan cantik berusia
sembilan tahun yang menitikkan air mata. Bocah berkerudung hitam tersebut
bernama Zahwa, putri semata wayang Yasser Arafat. Nama Zahwa yang berarti
"harga diri" atau “kebanggan dan keindahan” diambil Arafat dari nama
ibu kandungnya sendiri.
unik.kompasiana.com |
Sambil
sesekali mengusap air mata, Zahwa berdiri di samping sang ibu, Suha Thawil
Arafat, untuk menghadiri upacara penghormatan terakhir secara kenegaraan kepada
sang ayah.
Peti
jenazah Arafat yang diletakkan di atas kereta, diikuti para delegasi
mancanegara itu selanjutnya dibawa menuju bandar udara militer Al Maza yang
berjarak hanya sekitar 100 meter dari tempat tersebut. Presiden Mubarak,
Presiden Abdullah Saleh, Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Abdullah II,
Presiden Bashar Al-Assad, Presiden Emile Lahoud, Ketua PLO Mahmoud Abbas, dan
Ketua Faksi Fatah Farouk Kaddumi berada di barisan depan dalam iring-iringan
itu.
Setiba
di pintu gerbang utama, jenazah Arafat segera masuk, diikuti delegasi negara
dalam jumlah yang sangat terbatas. Sebagian besar delegasi lainnya tidak
diizinkan masuk dan hanya menunggu di depan pintu gerbang utama. Di dalam
kompleks bandar udara Al Maza, para pemimpin negara melakukan shalat jenazah di
masjid dalam kompleks tersebut dengan imam Syekh Al Azhar Sayyid Muhammad
Thanthawi.
Setelah
dilakukan shalat jenazah, jenazah Arafat diangkut dengan pesawat militer Mesir
menuju kota Al Arish di Gurun Sinai dekat Jalur Gaza. Jenazah kemudian diangkut
dengan helikopter menuju Ramallah.
Dalam
perjalanan menuju Ramallah, jenazah Arafat diterbangkan beberapa saat di atas
Jalur Gaza, untuk berpamitan kepada rakyat Palestina di wilayah itu. Mereka tak
bisa berangkat ke Ramallah karena harus melintas wilayah Israel.
Tepat
pukul 14.30 waktu setempat, helikopter yang membawa jenazah Arafat dari Kairo
mendarat di Ramallah, Tepi Barat. Ribuan warga Palestina seketika
berduyun-duyun menyambut kehadiran jenazah sang pemimpin dengan menembakkan
senjata api ke udara, yel-yel kemenangan, dan tangis haru itu. Mereka langsung
mengerumuni helicopter itu.
Setelah
berjuang melalui kerumunan massa yang menyemut padat, sekitar satu jam kemudian
peti jenazah Arafat dibawa ke markas besar Muqata untuk dimakamkan. Matahari
telah condong ke barat dan senja segera tiba mengiringi perjalanan Yasser
Arafat menuju peristirahatannya yang terakhir di Ramallah. Proses pemakaman
Arafat berakhir di bukit Muqata, Tepi Barat, yang banyak disebut sebagai Bukit
Tuhan ini. Para pelayat yang sebagian besar berpuasa itu mengantar pemakaman
Arafat persis dengan saat buka puasa mereka.
Akhir
Ramadan
www.tribunnews.com |
Pemimpin
Palestina itu wafat pada Kamis, 11 November 2004, bertepatan dengan 28 Ramadhan
1425 H, pukul 03.03 waktu Paris di Rumah Sakit (RS) Militer Percy, Clamart,
Perancis. "Bapak Yasser Arafat, Presiden Otoritas Palestina, wafat di Rumah
Sakit (RS) Militer Percy, Clamart, tanggal 11 November pukul 03.30," kata
Juru Bicara RS Percy, Jenderal Christian Estripeau.
Kematian
Arafat menjadi tanda tanya besar. Apakah Pemimpin Palestina ini diracun atau
wafat secara wajar? Yang jelas, Estripeau menolak menjelaskan mengenai penyebab
kematian Arafat. "Saya tak bisa menjelaskan hal itu. Bukan wewenang bidang
pelayanan kesehatan untuk membeberkan informasi yang sudah diberikan kepada
pihak keluarga,” katanya.
Sebaliknya
Brigade Martir Al-Aqsa menuduh Israel bertanggung jawab atas kematian Arafat.
Hal senada juga diungkapkan kelompok militan Hamas. Mereka terus terang menuduh
Israel meracuni Arafat. “Kami mendesak Israel bertanggung jawab pada pembunuhan
terhadap Abu Ammar (panggilan kehormatan Arafat),” ujar pemimpin Hamas, Khaled
Mashaal, kepada televisi Al-Jazeera. Namun, ia tidak menyertakan bukti.
Menlu
Israel Silvan Shalom menolak tuduhan itu. Hanya saja, Kabinet Israel beberapa
waktu lalu mengungkapkan secara terbuka rencana mereka menghabisi Arafat. Di
mata Israel, Arafat dipandang sebagai penghambat perdamaian, “sindikat kaum
pembunuh” yang akan mencoba menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai oleh
Adolf Hitler seandainya ia diberi kesempatan. Arafat juga sebelumnya mendapat
tahanan rumah yang cukup lama oleh pihak zionis Israel. Segala kebutuhan
makanan dan air dipasok secara terbatas oleh Israel. Tak heran bila banyak
pihak menuduh Israel telah meracuni Arafat secara berlahan melalui makanan atau
air minum atau air untuk keperluan sehari-hari.
Keganjilan
lainnya, setelah sepekan kematian Arafat,keluarga Arafat yang diwakili Nasser al-Qidwa, baru
memperoleh dokumen medis dari RS Militer Percy. "Laporan medis keseluruhan
Presiden Arafat adalah dokumen sejarah bagi rakyat Palestina. Kami akan
mendapatkan dokumen itu dan Otoritas Palestina akan membuat keputusan yang
diperlukan, termasuk menginformasikan kepada rakyat Palestina mengenai rincian
lengkap laporan itu," kata Hassan Abu Libdeh, Sekretaris Kabinet
Palestina.
Tapi,
apapun, penyebab kematian Arafat hingga kini masih terus menjadi polemik di
berbagai kalangan. Banyak warga Palestina dan Arab meyakini Arafat tewas karena
diracun agen-agen Israel. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keahlian utama
Mossad (agen-agen rahasia Israel) adalah menggunakan racun dalam membunuh
lawan-lawan politiknya. Dan, khusus untuk sasaran Arafat, Mossad lebih suka
memperalat orang-orang Palestina sendiri dengan menggunakan kekerasan dan
bekerja melalui mereka (Alan Hart dalam buku Terrorist or Peacemaker). Akan
tetapi, Al-Qidwa sudah membantah adanya indikasi itu. Hal senada juga
disampaikan Menlu Palestina setelah bertemu tim medis Arafat beberapa waktu
lalu.
Pejuang
Sejati
en.wikipedia.org |
Siapa
sesungguhnya yang wafat pada bulan yang mulia itu? Yasser Abdul Ra’uf Qudwa Al-Husseini,
itulah nama lengkapnya. Ada pula yang menulis Muhammed Abdur Rahman Abdur Ra’uf
Arafat. Yang pasti, orang lebih mengenal nama Pemimpin Palestina itu sebagai
Yasser Arafat yang kemudian diberi gelar Abu Ammar. Sejak kecil ia sudah
dipanggil Yasser yang artinya ’mudah’ atau ’tidak ada masalah’.
Nama
yang begitu panjang itu adalah gabungan dari banyak nama orang. Muhammed Abdul
Rahman adalah nama pertamanya. Abdul Ra’uf adalah nama ayahnya. Arafat adalah
nama kakeknya. Al Qudwa adalah nama keluarga. Dan, Al-Husseini adalah nama yang
menunjuk bahwa ia masih keturunan Sayyidina Husein bin Ali, cucu Rasulullah.
Sedangkan ibunya bernama Zahwa yang berasal dari keluarga Abu Saud di
Yerusalem, satu di antara keluarga yang paling terkemuka dan terhormat di Kota
Suci itu dan yang juga mempunyai silsilah langsung sampai kepada Nabi Muhammad.
Nama
Yasser dan Abu Ammar telah populer ketika ia belajar pada Fakultas Teknik
Universitas Cairo pada tahun 1950-an. Nama Abu Ammar diambilnya sebagai
penghormatan atas tokoh pejuang Palestina yang bernama itu yang tewas ketika
berjuang melawan penjajahan Inggris.
Menurut
biografi yang dikeluarkan Kementerian Penerangan Otoritas Palestina, Arafat
lahir pada 24 Agustus 1929 di An-Nufus, Kairo. Arafat adalah anak keenam dari
tujuh bersaudara. Keluarga Al-Husseini termasuk keluarga terpandang yang
menjadi incaran Yahudi. Sayid Amin Al-Husseini, misalnya, tercatat sebagai
mufti Palestina yang sangat terkenal.
Dalam
catatan Alan hart, sejak kecil bakat kepemimpinannya sudah kelihatan. Ia suka
mengumpulkan anak- anak Arab lain di distriknya. Ia membagi mereka dalam
kelompok-kelompok dan melatihnya berbaris. Ia membawa sepotong tongkat dan suka
memukul anak yang tidak menaati perintah-perintahnya. “Tetapi ia juga mewarisi kebaikan
hati ayahnya sekaligus sifat pemarahnya. Yasser berbagi segala-galanya kepada
setiap orang. Bahkan sepotong coklat yang paling kecil sekalipun ia makan
bersama dengan orang-orang lain,” tutur Inam, kakak sulung Arafat. “Enersi
Yasser menjadi bahan komentar di kalangan ibu-ibu Yahudi di lingkungan mereka,”
tambah Inam.
Sejak
umur 17 tahun, Arafat sudah terlibat dalam penyelundupan senjata dari Mesir ke
Palestina. Keberhasilan Arafat sebagai penyelundup senjata api ia lukiskan
sendiri sebagai “masa-masa yang sangat sulit,” yang menyebabkan calon pemimpin
PLO itu secara dini memperoleh reputasi sebagai pemberani. Ia kemudian belajar
teknik sipil di Universitas Fuad I, Kairo pada tahun 1950 dan menjadi aktivis
mahasiswa. Tahun 1952 ia terpilih menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Palestina
dan menjadi editor pada majalah Voice of Palestine. Arafat memilih kuliah di
Kairo dan menggagalkan kuliah di Amerika Serikat yang sebenarnya merupakan
cita-cita lamanya. Alasannya? Nasionalisme Arab yang ingin dibangunnya melalui
kekuatan Mesir.
Perjalanan
hidup Arafat memang begitu panjang dan berwarna, seiring dengan perjuangan
bangsa Palestina. Ia ada di antara mereka, di dalam mereka, dan menjadi satu
dengan mereka. Oleh karena itu, Arafat pun telah menjadi simbol. Ia bukan
sekadar seorang pemimpin atau kepala negara atau presiden, ia adalah simbol
perjuangan Palestina. Itulah sebabnya, antara Arafat dan Palestina tak dapat
dipisahkan. Karena itu, orang pun lantas menyebutnya sebagai "Mr
Palestine", sekadar untuk melukiskan betapa berartinya Arafat bagi
Palestina.
Ketika
Arafat muncul di panggung sejarah Timur Tengah, pada akhir dasawarsa 1950-an,
orang-orang Palestina nyaris sudah dilupakan. Nama Palestina sudah dihapus dari
peta. Israel, Jordania, dan Mesir telah membagi wilayah itu di antara mereka.
Bahkan, dunia pun sudah memutuskan bahwa tidak ada entitas nasional Palestina.
Memang,
di Dunia Arab "Masalah Palestina" masih disebut-sebut. Namun, masalah
tersebut dapat diibaratkan hanya seperti bola yang ditendang ke sana kemari
oleh para penguasa di negara-negara kawasan itu. Ceritanya menjadi lain setelah
Yasser Arafat mendirikan Gerakan Pembebasan Nasional Palestina atau Fatah –
suatu jaringan sel bawah tanah -- pada tahun 1958 di Kuwait.
Untuk
Palestina
www.ibnuhasyim.com |
Inilah
yang oleh Uri Avnery, lewat tulisannya, "A Man and His People" di
jurnal mingguan The Palestine Chronicle 10 November 2004, disebut sebagai
revolusi pertama yang dikobarkan Arafat. Revolusi untuk membebaskan orang-orang
Palestina dari para pemimpin Arab sehingga mereka dapat bebas berbicara dan
bertindak. “Kami, Arafat dan saya, memutuskan bahwa itulah saatnya untuk
berhenti berbicara dan mulai dengan tindakan. Kami percaya bahwa rakyat
Palestina tidak punya waktu untuk berdiskusi mengenai falsafah tentang bagaimana
melakukan pembebasan. Rakyat Palestina harus mengandalkan diri sendiri karena
orang-orang Arab telah meninggalkan kami,” kata sahabat dekat Arafat, Abu
Jihad.
Pada
pertengahan dasawarsa 1960-an, Arafat mengobarkan revolusi kedua, yakni
perjuangan bersenjata melawan Israel – cara-cara revolusi ini tidak terelakkan
lagi mengingat rezim-rezim Arab tidak punya niat untuk memerangi Israel guna membebaskan
Palestina. Revolusi kedua ini dilatarbelakangi oleh ambruknya persatuan Mesir-
Suriah, pernyataan Presiden Mesir Nasser yang mengumumkan bahwa Mesir dan
pemimpin-pemimpin Arab tidak mempunyai rencana untuk membebaskan Palestina, dan
diusirnya penjajah Prancis oleh gerakan pembebasan Aljazair, Front de la
Liberation Nationale (FLN) menginspirasi Arafat untuk melakuan perjuangan
yang sama.
Ada
yang berpendapat, seandainya Arafat tidak menempuh cara angkat senjata, niscaya
dunia tak akan memerhatikan teriakan mereka untuk menuntut kemerdekaan.
Misalnya, satuan Fatah melintasi perbatasan Israel untuk melakukan sabotase
pertama dari wilayah Suriah, dugaan keterlibatan penyanderaan atlet Israel pada
Olimpiade Muenchen pada September 1972 dan pembajakan Achille Lauro Oktober
1985. Hasilnya kemudian, PLO diakui sebagai "satu-satunya wakil rakyat
Palestina".
Sejarah
berkehendak lain. Oktober 1973 pecah perang kembali yang disebut sebagai Perang
Yom Kippur. Hasil peperangan itu menjadi
titik balik perjuangan Arafat. Ia menyaksikan tentara Mesir dan Suriah
dikalahkan tentara Israel. Kenyataan itu meyakinkannya bahwa Israel tak dapat
dikalahkan lewat jalan perjuangan senjata. Arafat kemudian mengalihkan
perjuangan melalui medan diplomatik.
Arafat
segera mengobarkan revolusi ketiga: ia memutuskan PLO harus dapat berhubungan
dengan Israel, berunding, dan akhirnya mencapai kesepakatan. Sejak saat itulah
perundingan demi perundingan antara Palestina dan Israel dilakukan. Dan,
peranan Arafat sebagai sumbu, pilar, motor penggerak, dan roh perjuangan
Palestina makin kuat.
Kamis,
13 November 1974, dunia seakan dihentikan sejenak. Di atas podium Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Arafat berdiri dengan mengenakan kafiyeh
kotak-kotak hitam putih dan sarung pistol menggantung di pinggangnya. Tangannya
memegang sepotong ranting. Ia kemudian berapi-api berbicara mengenai impian
rakyat Palestina – lahirnya sebuah Demokratik Palestina sebagai ganti negara
Yahudi yang sedikit banyak bersifat eksklusif. Di akhir pidatonya dua kalimat
meluncur indah, “Hari ini, saya datang ke sini membawa sepotong ranting zaitun
dan senapan pejuang kemerdekaan”. Setelah menarik napas ia melanjutkan, “Jangan
biarkan ranting zaitun ini terlepas dari tanganku. Sejak saat itu wajahnya
begitu dikenal di seluruh pelosok dunia. Wartawan Italia Oriana Felachi
tertarik untuk mewawancarainya yang akhirnya dunia mengetahui pikiran dan
cita-cita Arafat dan Palestina.
Ia
selalu tampil berkafiyeh, dengan pistol menggantung di pinggangnya, dan
berseragam hijau-hijau. Wajahnya berkumis, berjenggot, dan berewokan. Semua itu
menjadi lambang perjuangannya. Meski sesungguhnya mengenakan kafiyeh bukanlah
hal baru bagi orang-orang di Timur Tengah. Said K Aburish dalam bukunya yang
berjudul Arafat, From Defender to Dictator menulis, kafiyeh pertama kali
digunakan Arafat ketika ia menghadiri Kongres Mahasiswa Internasional di Praha,
Agustus 1956.
Sejak
saat itu, kafiyeh kotak-kotak warna hitam putih menjadi ciri khas
penampilannya. Kafiyeh sendiri di zaman perjuangan melawan pasukan pendudukan
Inggris, 1936-1939, menjadi simbol perlawanan para pejuang Palestina. Bahkan,
kemudian kafiyeh menjadi lambang revolusi Dunia Ketiga di era Perang Dingin.
Hari
Kamis, 11 November lalu, sang pembawa ranting zaitun-lambang perdamaian,
kehidupan, dan kesuburan-itu telah tiada. Ia meninggalkan impiannya yang belum
terwujud: negara Palestina yang berdaulat penuh. Perjuangannya telah tersirat
dalam hadiah Nobel Perdamaian 1994.
Domery Alpacino/Dari
berbagai sumber
Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah
Wawancara
Duat besar Palestina untuk Indonesia Ribhi Yusuf Awad
“Rumput
Tak Akan Habis Ditebang.”
tempo.co.id |
Duka
masih menyelimuti seluruh bangsa Palestina, tidak terkecuali di kantor Kedutaan
Besar Palestina di Indonesia di jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat.
Hingga 40 hari sejak wafatnya Yasser Arafat, bendera setengah tiang tetap
dikibarkan. Ratusan karangan bunga dan surat melalui faks dari semua lapisan
masyarakat sebagai pernyataan simpati turut berduka cita juga masih terus
mengalir.
Berikut
penuturan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Ribhi Yusuf Awad tentang masa
depan Palestina pasca kemangkatan Arafat. Tokoh senior Palestina yang pernah
menjadi dubes di sembilan negara dan mantan penasihat Arafat itu menuturkannya
lengkap kepada Domery Alpacino dari Alkisah.
Apa yang sangat dirasakan hari-hari ini oleh
bangsa dan rakyat Palestina?
Tentu
saja bangsa Palestina, bangsa Arab, dan seluruh umat Islam amat berduka. Begitu
juga dengan seluruh pencinta perdamaian, berkenaan dengan isu Palestina.
Solidaritas yang tercipta seperti ini benar-benar punya akar yang kuat. Sebab
setelah berlalu sekian lama, akhirnya dunia mengetahui betapa bangsa Palestina
itu hidup dalam keteraniayaan dan keterpurukan. Saya tegaskan di sini, isu
Palestina adalah isu yang keadilan. Isu Palestina bukanlah isu yang parsial,
tapi merupakan isu yang menyeluruh yang mencakup seluruh bangsa Palestina.
Dalam isu ini terungkap pula betapa bangsa Palestina hidup amat teraniaya.
Keteraniayaan ini belum pernah dan tidak pernah dialami bangsa-bangsa atau
etnik lain di muka bumi ini. Dengan demikian, opini dunia mulai tergerak dan
mulai menaruh perhatian, menunjukkan solidaritasnya mengutuk aksi-aksi biadab
Israel terhadap bangsa Palestina.
Bisa diceritakan perjalanan Yasser Arafat dan
perjuangan bangsa Palestina?
Perjalanan
hidup almarhum Presiden Palestina Yasser Arafat amatlah panjang, penuh lara dan
derita. Ada beberapa point yang dapat saya kemukakan:
Bisa
dikatakan fase 1965 hingga sekarang, di dalamnya mencakup isu Arab-Israel,
Palestina-Israel atau secara lebih umum lagi isu Timur Tengah. Pasalnya,
Presiden Yasser Arafat telah meninggalkan jejak yang amat banyak. Sejak 1965
hingga sekarang Arafat bisa dikatakan telah berjasa membawa revolusi atau
perjuangan Palestina bersama rakyat Palestina dari posisi hanya sebagai
pengungsi menjadi suatu bangsa yang diakui dunia dan dianggap legal
perjuangannya. Bisa dikatakan juga, Yasser Arafat berjasa mentranfer isu
Palestina sebagai isu kemanusiaan yang
menyedihkan dan perlu diratapi menjadi isu politik berskala nasional dan
perlu diselesaikan menjadi isu politik Internasional.
Apa
yang bisa menyebabkan semua itu?
Ada
dua aspek. Pertama, berkat upaya-upaya yang dilakukan Yasser Arafat dengan
sungguh-sungguh sebagai seorang yang amat dinamis dan aktif. Kedua, karena
tercurahnya darah bangsa Palestina.
Lalu, hikmah apa yang bisa dipetik dengan
meninggalnya Arafat?
Wafatnya
Yasser Arafat merupakan suatu pukulan sekaligus kehilangan amat besar bagi
bangsa Palestina, bangsa Arab, umat Islam, bahkan seluruh pembela perdamaian
dan pendukungnya. Tapi, Kita juga perlu realistis dan objektif bahwa perjuangan
itu suatu arena yang bertaburkan bunga. Meski kenyataannya perjuangan ini tidak
mudah untuk dilalui karena di depan terdampar kerikil-kerikil tajam.
Dalam
perjalanan perjuangan ini adakalanya kita sukses di medan laga, tapi adakalanya
kita terpukul mundur. Ada beberapa kegagalan, tapi ada pula beberapa prestasi
yang patut dibanggakan. Namun, berkat sifat sabar yang dimiliki Presiden Yasser
Arafat telah membuat perjuangan bangsa Palestina terus berlanjut dan pantang
menyerah.
Bisa Anda ceritakan lebih detail karena
Anda dikatakan terlibat langsung dalam
fase itu?
Saya
memang salah seorang yang terlibat dalam fase Arafat. Di Awal dekade tahun
1960-an, saya terlibat langsung dengan kegiatan aktifitas organisasi yang
dibentuk oleh Yasser Arafat. Namun, di awal tahun 1960-an itu, yang dikatakan
sebagai fase awal, baru berbentuk gerakan politik bawah tanah. Barulah gerakan
ini menjadi bentuk suatu gerakan atau organisasi bersenjata yang menentang
pendudukan Israel pada 1 Januari 1965. Jadi, fase pertama merupakan fase
persiapan, fase koordinasi, fase mobilitas. Sedang fase kedua adalah fase
pelaksanaan, yaitu gerakan bersenjata menentang pendudukan Israel secara
terang-terangan.
Apa
saja kesulitan-kesulitan pada fase pertama?
Pertama
adalah terdapatnya berbagai aliran yang berkembang dan tumbuh di lingkungan
negara-negara Arab atau Timur Tengah, khususnya di negara-negara yang langsung
berbatasan dengan Israel. Bisa dibayangkan, bila anda seorang anggota gerakan
bawah tanah tersebut, yakni anggota gerakan nasional bagi pembebasan Palestina.
Gerakan ini pada waktu itu dituding dan dituduh oleh negara-negara Arab yang
ada di sekitar perbatasan Palestina bukan sebagai gerakan nasional tapi suatu
gerakan yang dikomandoi Amerika atau gerakan agen dari kepentingan Amerika.
Sampai sekarang saya masih ingat dan menyimpan salah satu koran di Lebanon yang
menyampaikan berita tudingan tersebut. Apa yang dimuat dalam laporan tersebut,
ditulis dengan judul besar dan berwarna merah, “Agen-Agen Amerika Mulai
Melakukan Aksi Bersenjata”.
Mengapa
sampai dituding demikian?
Karena
sistem organisasi negara-negara Arab boleh dikatakan sebagai sistem yang tidak
punya keberanian dan tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Israel. Pada
saat itu siar atau semboyan yang memasyarakat dalam dunia Arab adalah
persatuan. Persatuan adalah satu-satunya alternatif bagi pembebasan Palestina.
Dalam arti seluruh bangsa Arab, mulai dari Samudera Atlantik hingga Teluk Arab
harus bersatu padu. Mungkin, setelah 100
tahun atau 200 tahun baru terwujud persatuan ini untuk bersama-sama menghadapi Israel.
Sebaliknya,
tenggang waktu yang sangat lama ini hanya akan memberi kesempatan emas pada
Isreal untuk lebih eksis di bumi Palestina. Ini sesuai dengan teori Amerika:
“Dengan berlalunya waktu maka bangsa Palestina melupakan perjuangan dan
melupakan tuntutannya”. Gerakan bersenjata yang dikomandani Yasser Arafat juga
telah membuat kami bangsa Palestina banyak yang gugur di ibukota-ibukota negara
Arab atau wilayah-wilayah Arab.
Sampai
kapan system itu terus berlangsung?
Seiring
dengan berlalunya waktu, pada akhirnya system yang dianut oleh negara-negara
Arab yang berbatasan dengan Israel pun berubah posisi. Kini mereka di satu sisi
adalah saudara kandung kami, tapi pada kenyataannya di lapangan mereka menjadi
penjaga atau petugas keamanan negara Isreal dari serangan kami. Oleh karena
itu, pada tahun 1970-an kami terusir dari wilayah Yordania. Pada tahun 1982,
kami pun terusir dari Libanon. System yang yang dianut oleh bangsa-bangsa Arab
yang berbatasan langsung dengan Israel, akhirnya menemukan titik temu yang
justru mendukung kepentingan Israel.
Apa betul jauh sebelum tahun itu,
negara-negara Arab belum juga mendukung perjuangan bangsa Palestina?
Yang
lebih tragis lagi terjadi pada tahun 1966. Ada suatu keputusan yang didekritkan
oleh Liga Arab dari beberapa pemimpin negara-negara Arab yang menuntut pasukan
tentara Arab untuk menangkap, memonitor, mencegah orang-orang agar tidak bisa
menyelundup dan melakukan serangan ke Israel. Maka pada tahun itu, di
lingkungan kami bangsa Palestina popular semboyan yang berbunyi, “Ya Allah
lindungi kami dari saudara-saudara kandung kami. Adapun masalah Israel, ya
Allah kami cukup sebagai pejuang yang akan menghadapi kesewenang-wenangannya,
tanpa harus mendapat bantuan dari saudara-saudara kami”.
Apa yang Anda ketahui tentang tragedi 5 Juni
1967?
Dalam
sejarah 5 Juni 1967 tercatat Israel mampu mengalahkan tiga negara Arab, yaitu
Yordania, Siria dan Mesir. Ini bisa dikatakan mencoreng arang di kening
pemimpin negara-negara Arab. Karena itu, sejak saat itu pula masyarakat Arab
mulai mencari tahu berkenaan dengan aktifitas perjuangan bersenjata yang
dilakukan oleh para pejuang Palestina.
Jadi, negara-negara Arab mengakui eksistensi
perjuangan Palestina sejak Juni 1967?
Beritapalestina.com |
Pertama,
pada 5 Juni 1967 ketika para pemimpin negara-negara Arab menderita kekalahan.
Di sisi lain, ternyata harapan ini lebih terwakili oleh gerakan pembebasan
Palestina yang dilakukan oleh orang-orang Palestina, sehingga masyarakat Arab
mulai berbalik menaruh simpatik dan memberikan dukungan kepada perjuangan
Palestina.
Apa
buah pengusiran dari Lebanon?
Dari
Lebanon kami terusir ke berbagai tempat pengungsian atau pembuangan. Pada tahun
1982 kami dikepung Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon. Saat itu tidak satu
negara Arab pun yang mengirim bantuan walaupun dalam bentuk sebutir peluru
untuk membantu kami yang saat itu sedang gigih berjuang mempertahankan diri, membebaskan diri dari
pengepuangan Sharon. Namun, ketika ada keputusan kami harus keluar dari
Lebanon, bergegaslah negara-negara Arab mengirimkan bantuan kapal-kapal laut ke
pelabuhan Lebanon untuk membawa kami keluar dari Lebanon. Sebagian di antara
kami, para pejuang Palestina bersama para komandannya ada yang diangkut dari
Lebanon menuju Sudan, Tunisia, Yaman, Aljazair, Libia, yang berarti kami
dipindahkan atau dibuang ke wilayah yang jaraknya ribuan mil dari Israel atau
dari pangkalan kami sebelumnya yang secara langsung bisa berhadapan dengan
Israel. Sehingga untuk beberapa waktu lamanya Israel bisa beristirahat dari
serangan kami. Juga beberapa negara-negara Arab sendiri, termasuk para
pemimpinnya. Mereka telah melakukan rekayasa, namun rekayasa Allah lebih
canggih lagi. Akhirnya meletuslah intifadah pertama kemudian intifidah kedua.
Bangsa
Palestina yang hidup tertekan di bawah Israel, di bawah gencarnya serangan
pesawat tempur dan gempuran senjata berat Israel, mereka bangkit melakukan
perlawanan. Bangsa Palestina menyatakan dan mendeklarasikan bahwa PLO adalah
satu-satunya perwakilan sah kami dalam perjuangan kami.
Apa makna yang terkandung dalam semboyan
perjuangan PLO?
Amat
jelas. Pada saat itu, putra-putra Palestina menyatakan dan mengemukakan bahwa
para pemimpin negara-negara Arab telah memindahkan para pemimpin kami dan para
pejuang kami ke berbagai wilayah Arab yang jaraknya ribuan mil dari Palestina.
Namun, kami senantiasa bersama mereka dan kami siap melanjutkan perjuangan.
Bisa dikatakan intifadah pertama merupakan pernyataan dan deklarasi untuk
kembali mengangkat perjuangan Palestina dari kehancuran dan kefanaan. Dengan
demikian, kedamaian atau keterbebasan Isreal dan para negara-negara Arab dari
isu Palestina tidak terwujud. Andai saja
negara-negara Arab mengikuti cara yang benar dan tepat, niscaya konflik Arab
Israel sudah berakhir sejak dulu. Tapi, sayangnya seperti diketahui Mesir telah
mengadakan perjanjian damai dengan Israel. Dengan ditandatangani perdamain
antara Israel dan Mesir itu berarti kami telah amat dirugikan mengingat Mesir
adalah negara paling besar di lingkungan negara Arab dan tentaranya paling bagus.
Apa Anda yakin perjuangan bangsa Palestina
pasca Arafat akan berhasil?
Kami
telah melakukan perjuangan menentang pendudukan Israel sejak 1965 hingga saat
ini. Meski sebelum tahun 1965 telah terjadi pula perlawanan menentang kehadiran
Israel. Kami sebagai bangsa Palestina amat yakin apa yang dikatakan orang bijak
bestari: coba Anda datangi tukang rumput dan tanyakan bagaimana kondisi rumput
setiap kali selesai dipotong. Bukannya mati tapi malah makin subur, bukan? Nah,
kami berkeyakinan bahwa perjuangan kami dari waktu ke waktu tidak akan pernah
mati. Saya teringat dengan kata-kata yang sering diungkapkan Yasser Arafat.
“Serangan yang ditujukan kepada saya tidak akan memperlemah saya dan tidak
mematikan saya, tapi justru akan semakin memperkuat perjuangan saya.” Ternyata
benar. Perjuangan Palestina tumbuh bagai rumput yang baru dicukur dari dalam
Palestina sendiri: dari Hebron, Yerusalem hingga di wilayah-wilayah Jalur Gaza,
dan kota-kota lain. Inilah mukzizat dari revolusi Palestina.
Apakah
ini semata-mata perjuangan Arafat?
Ini
tidak lain tidak bukan hasil dari karya perjuangan Yasser Arafat, para pejuang
Palestina, putra-putra Palestina dan para pendukung serta pencinta perdamaian.
Saat ini apa yang terjadi? Ternyata baik sekutu maupun sahabat bahkan musuh itu
sendiri, baik yang pro, kontra, abstein, semua menyatakan bahwa isu Palestina
harus diselesaikan segera. Saya berkeyakinan bahwa bangsa Palestina akan segera
mewujudkan kemerdekaannya dalam waktu tidak lama lagi. Saya juga berkeyakinan
impian Palestina akan segera terwujud seperti yang diimpikan Yasser Arafat dan
orang-orang yang senantiasa bersama Arafat yang belum sempat menyaksikan
terwujudnya kemerdekaan Palestina. Sejarah mencatat bahwa Yasser Arafat adalah
bintang cemerlang yang berjuang memperjuangkan cita-cita bangsanya yang tidak
mungkin dilakukan oleh selain Arafat.
boemi-islam.net |
Mengapa
bangsa Palestina bisa begitu perkasa?
Bisa
Anda bayangkan betapa hebat dan perkasanya bangsa Palestina. Bangsa Palestina
itu bangsa kecil dan miskin, tapi mereka harus berhadapan dengan zionisme
Internasional, Yahudi Internasional, dan harus pula berhadapan dengan Amerika
yang super power dunia satu-satunya. Bahkan sebelum ini mereka harus berhadapan
dengan negara-negara Eropa, dan Uni Sovyet. Tapi, mengapa mereka sampai hari
ini tetap perkasa dan mampu menjaga eksistensinya tidak sampai hancur?
Siapa
pengganti kuat Arafat?
Setelah
60 hari Yasser Arafat meninggal kita akan menyaksikan pemilihan presiden baru
Palestina. Siapa tokoh yang akan melanjutkan perjuangan Yasser Arafat untuk
mewujudkan cita-cita bangsa Palestina, kita serahkan saja ke rakyat Palestina.
Dalam hal ini kami tidak ingin spekulasi. Kita serahkan kepada mereka.
Satu
hal bahwa Palestina pasti akan memilih pemimpin baru sebagai pengganti Arafat
yang akan memperjuangkan cita-cita revolusi Palestina. Bisa Anda bayangkan
bahwa agresi Israel ini telah berjalan lebih dari satu abad. Untuk membebaskan
dari beragam penderitaan dari agresi Israel ini kami berjuang terus. Syarat
bagi terwujudnya perdamaian yang kekal, langgeng, berkeadilan dan menyeluruh
ini adalah berdirinya negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai
ibukota, diakhirinya pendudukan Israel, dan pemukiman-pemukiman Yahudi di tanah
Palestina harus dibongkar, serta dicarikan solusi yang seadil-adilnya bagi
mereka para pengungsi Palestina yang terusir dari kampung halamana mereka.
Bagaimana Anda menilai sikap bangsa Indonesia
terhadap perjuangan bangsa Palestina?
Sejak
Presiden Soekarno hingga SBY senantiasa konsisten dan komitmen memperjuangkan
dan mendukung perjuangan kami bangsa Palestina. Saya juga sangat menghargai dan
menyambut komitmen yang disampaikan Presiden SBY, “Kami akan berjuang secara
optimal dalam mendukung dan turut memperjuangkan cita-cita bangsa Palestina”.
Dalam
Konferensi APEC di Cile, saat Presiden SBY bertemu dengan Presiden Amerika
George W Bush, ia menuntut agar secepatnya menyelesaikan isu dan konflik
Palestina yang seadil-adilnya sehingga negara Palestina yang merdeka dan
berdaulat segera terwujud. Saya juga amat menghargai dan berterima kasih kepada
SBY karena telah melayat dan mengantarkan jenazah Yasser Arafat. Selama Yasser
Arafat masih sakit, berulangkali SBY juga sering menghubungi kami untuk
menanyakan informasi perkembangan Yasser Arafat. Dan secara langsung pula
beliau berkirim surat tentang kesehatan Presiden Yasser Arafat.
Bagaimana dengan pengelolaan Masjidil Aqsa
selama ini?
Masjidil
Aqsa selama ini dikelola oleh pihak Palestina dibawah lembaga atau badan yang
terdiri dari pihak Palestina dan Yordania.
Mengapa
Yordania terlibat?
Tidak
lain karena sebelum 1967, Yordania adalah pengelola atau penguasa wilayah
administrasi Yerusalem. Dalam hal ini Israel tidak berperan dalam mengelola
tempat-tempat suci bagi umat Islam dan Kristiani di Palestina.
Apakah sekarang bebas melaksanakan ibadah di
Masjidil Aqsa?
Pemerintah
baru Palestina akan berjuang optimal tentang terwujudnya apa yang baru
disampaikan itu. Satu hal yang tidak dilupakan, bangsa Palestina baik yang ada
di Tepi Barat maupun jalur Gaza secara administrasi masih dalam penjajahan
Israel. Sampai detik ini hukum rimbalah yang menguasai Tepi Barat dan Jalur
Gaza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar