Laman

Minggu, 14 November 2004

Zaitun Palestina itu Telah Tiada


Presiden Palestina Yasser Arafat meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di Prancis. Dunia kehilangan tokoh perdamaiannya. Kegigihan perjuangan Arafat tercatat di hati dunia. Bagaimana nasib Palestina ke depan?

“Hari ini, saya datang ke sini membawa sepotong ranting zaitun dan senapan pejuang kemerdekaan. Jangan biarkan ranting zaitun ini terlepas dari tanganku”. (Pidato Yasser Arafat di PBB, November 1974).

www.theguardian.com
Yasser Arafat memang tak hanya milik Palestina. Meskipun ketika ia masih hidup hanya sebagai milik Palestina. Namun, ketika ia mati, Arafat telah menjadi milik dunia. Ia menjadi simbul bangsa yang teraniaya yang hingga kini menjadi bulan-bulanan negara-negara maju.

Penderitaan Arafat dan perjuangannya berakhir hari Kamis, tanggal 28 Ramadan, pukul 03.30 dinihari di Prancis setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit militer Percy di Clamart, Prancis. Rasa duka segera menyebar cepat ke penjuru dunia. Remaja dan pemuda Palestina yang sangat mengidolakannya tak percaya dengan kepergian itu. Harian Al-Ayyam, Yerussalem, menuliskan sebuah kata duka yang tak terhingga pada edisi Jumatnya. Musuh-musuh Arafat seperti melupakan perbedaan dan menyatu untuk meratapi kepergiannya.



Adalah Presiden Mesir Husni Mubarak yang mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan upacara pelepasan kenegaraan buat seorang yang selama hidupnya dihabiskan untuk memperjuangkan negara Palestina itu. Kamis malam, jenazah Afafat tiba di Kairo, Mesir dan disemayamkan di komplek militer di pinggiran kota Kairo dengan penjagaan yang sangat ketat. Suasana kota Kairo juga ikut berduka. Banyak komentator menyamakan kemangkatan Arafat dengan kemangkatan Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser tahun 1970.

www.sodahead.com
Upacara kenegaraan berlamgsung pukul 11.00 hari Jumat, 12 Nivember lalu dan dipimpin langsung oleh Presiden Husni Mubarak. Salat jenazah dipimpin langsung oleh Syaikh Al-Azhar Dr. Sayyid Muhammad Thanthawi. Upacara sengaja dibatasi untuk tidak melibatkan rakyat banyak yang bisa menimbulkan berbagai persoalan.

Sekitar 60 negara mengirim delegasinya dalam berbagai level mulai dari kepala negara, perdana menteri (PM), sampai menteri luar negeri (menlu) untuk mengikuti acara penghormatan terakhir Arafat. Disamping Presiden Mesir Hosni Mubarak, tampak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Suriah Bashar Al-Assad, Presiden Lebanon Emile Lahoud, Raja Abdullah II dari Jordania, Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika, Presiden Tunisia Zen Abidin Ben Ali, Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz, Presiden Afrika Selatan Thabo Mbeki, Raja Brunei Darussalam Pangeran Bolkiah, dan sejumlah pemimpin negara lain.

Sejak pukul 08.30 waktu setempat, para undangan sudah tiba di tempat takziah khusus yang dibangun di dalam kompleks militer Al Galaa itu. Di tempat takziah tersebut, para tamu dan delegasi mancanegara mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci Al Quran. Sekitar pukul 11.00, para tamu keluar dari tempat takziah menuju jalan raya. Hanya sekitar 50 meter di depan mereka, peti jenazah Yasser Arafat, yang ditutup bendera Palestina dengan dikawal pasukan kehormatan, diletakkan.

Rakyat Mesir dan bahkan dunia hanyan bisa menyaksikan prosesi penghormatan jenazah Arafat melalui televisi Mesir. “Jangan menangis Zahwa, ayahmu tak pernah menitikkan air mata. Dia adalah lambang kesabaran dan ketabahan. Jangan menangis Zahwa, seluruh anak bangsa Arab hari ini bersamamu, bersama harga diri dan martabatmu.” Kalimat itu meluncur dari seorang komentator televisi Mesir, satu-satunya jaringan televisi yang memiliki akses pada upacara penghormatan terakhir secara kenegaraan di Mesir. Penghormatan itu dilakukan sebelum jenazah Arafat dibawa ke Ramallah.

Jaringan televisi itu tiba-tiba menyorot secara dekat bocah perempuan cantik berusia sembilan tahun yang menitikkan air mata. Bocah berkerudung hitam tersebut bernama Zahwa, putri semata wayang Yasser Arafat. Nama Zahwa yang berarti "harga diri" atau “kebanggan dan keindahan” diambil Arafat dari nama ibu kandungnya sendiri.

unik.kompasiana.com
Sambil sesekali mengusap air mata, Zahwa berdiri di samping sang ibu, Suha Thawil Arafat, untuk menghadiri upacara penghormatan terakhir secara kenegaraan kepada sang ayah.

Peti jenazah Arafat yang diletakkan di atas kereta, diikuti para delegasi mancanegara itu selanjutnya dibawa menuju bandar udara militer Al Maza yang berjarak hanya sekitar 100 meter dari tempat tersebut. Presiden Mubarak, Presiden Abdullah Saleh, Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz, Raja Abdullah II, Presiden Bashar Al-Assad, Presiden Emile Lahoud, Ketua PLO Mahmoud Abbas, dan Ketua Faksi Fatah Farouk Kaddumi berada di barisan depan dalam iring-iringan itu.

Setiba di pintu gerbang utama, jenazah Arafat segera masuk, diikuti delegasi negara dalam jumlah yang sangat terbatas. Sebagian besar delegasi lainnya tidak diizinkan masuk dan hanya menunggu di depan pintu gerbang utama. Di dalam kompleks bandar udara Al Maza, para pemimpin negara melakukan shalat jenazah di masjid dalam kompleks tersebut dengan imam Syekh Al Azhar Sayyid Muhammad Thanthawi.

Setelah dilakukan shalat jenazah, jenazah Arafat diangkut dengan pesawat militer Mesir menuju kota Al Arish di Gurun Sinai dekat Jalur Gaza. Jenazah kemudian diangkut dengan helikopter menuju Ramallah.

Dalam perjalanan menuju Ramallah, jenazah Arafat diterbangkan beberapa saat di atas Jalur Gaza, untuk berpamitan kepada rakyat Palestina di wilayah itu. Mereka tak bisa berangkat ke Ramallah karena harus melintas wilayah Israel.

Tepat pukul 14.30 waktu setempat, helikopter yang membawa jenazah Arafat dari Kairo mendarat di Ramallah, Tepi Barat. Ribuan warga Palestina seketika berduyun-duyun menyambut kehadiran jenazah sang pemimpin dengan menembakkan senjata api ke udara, yel-yel kemenangan, dan tangis haru itu. Mereka langsung mengerumuni helicopter itu.

Setelah berjuang melalui kerumunan massa yang menyemut padat, sekitar satu jam kemudian peti jenazah Arafat dibawa ke markas besar Muqata untuk dimakamkan. Matahari telah condong ke barat dan senja segera tiba mengiringi perjalanan Yasser Arafat menuju peristirahatannya yang terakhir di Ramallah. Proses pemakaman Arafat berakhir di bukit Muqata, Tepi Barat, yang banyak disebut sebagai Bukit Tuhan ini. Para pelayat yang sebagian besar berpuasa itu mengantar pemakaman Arafat persis dengan saat buka puasa mereka.

Akhir Ramadan

www.tribunnews.com
Pemimpin Palestina itu wafat pada Kamis, 11 November 2004, bertepatan dengan 28 Ramadhan 1425 H, pukul 03.03 waktu Paris di Rumah Sakit (RS) Militer Percy, Clamart, Perancis. "Bapak Yasser Arafat, Presiden Otoritas Palestina, wafat di Rumah Sakit (RS) Militer Percy, Clamart, tanggal 11 November pukul 03.30," kata Juru Bicara RS Percy, Jenderal Christian Estripeau.

Kematian Arafat menjadi tanda tanya besar. Apakah Pemimpin Palestina ini diracun atau wafat secara wajar? Yang jelas, Estripeau menolak menjelaskan mengenai penyebab kematian Arafat. "Saya tak bisa menjelaskan hal itu. Bukan wewenang bidang pelayanan kesehatan untuk membeberkan informasi yang sudah diberikan kepada pihak keluarga,” katanya.

Sebaliknya Brigade Martir Al-Aqsa menuduh Israel bertanggung jawab atas kematian Arafat. Hal senada juga diungkapkan kelompok militan Hamas. Mereka terus terang menuduh Israel meracuni Arafat. “Kami mendesak Israel bertanggung jawab pada pembunuhan terhadap Abu Ammar (panggilan kehormatan Arafat),” ujar pemimpin Hamas, Khaled Mashaal, kepada televisi Al-Jazeera. Namun, ia tidak menyertakan bukti.

Menlu Israel Silvan Shalom menolak tuduhan itu. Hanya saja, Kabinet Israel beberapa waktu lalu mengungkapkan secara terbuka rencana mereka menghabisi Arafat. Di mata Israel, Arafat dipandang sebagai penghambat perdamaian, “sindikat kaum pembunuh” yang akan mencoba menyelesaikan pekerjaan yang telah dimulai oleh Adolf Hitler seandainya ia diberi kesempatan. Arafat juga sebelumnya mendapat tahanan rumah yang cukup lama oleh pihak zionis Israel. Segala kebutuhan makanan dan air dipasok secara terbatas oleh Israel. Tak heran bila banyak pihak menuduh Israel telah meracuni Arafat secara berlahan melalui makanan atau air minum atau air untuk keperluan sehari-hari.

Keganjilan lainnya, setelah sepekan kematian Arafat,keluarga Arafat  yang diwakili Nasser al-Qidwa, baru memperoleh dokumen medis dari RS Militer Percy. "Laporan medis keseluruhan Presiden Arafat adalah dokumen sejarah bagi rakyat Palestina. Kami akan mendapatkan dokumen itu dan Otoritas Palestina akan membuat keputusan yang diperlukan, termasuk menginformasikan kepada rakyat Palestina mengenai rincian lengkap laporan itu," kata Hassan Abu Libdeh, Sekretaris Kabinet Palestina.

Tapi, apapun, penyebab kematian Arafat hingga kini masih terus menjadi polemik di berbagai kalangan. Banyak warga Palestina dan Arab meyakini Arafat tewas karena diracun agen-agen Israel. Sudah menjadi rahasia umum bahwa keahlian utama Mossad (agen-agen rahasia Israel) adalah menggunakan racun dalam membunuh lawan-lawan politiknya. Dan, khusus untuk sasaran Arafat, Mossad lebih suka memperalat orang-orang Palestina sendiri dengan menggunakan kekerasan dan bekerja melalui mereka (Alan Hart dalam buku Terrorist or Peacemaker). Akan tetapi, Al-Qidwa sudah membantah adanya indikasi itu. Hal senada juga disampaikan Menlu Palestina setelah bertemu tim medis Arafat beberapa waktu lalu.

Pejuang Sejati

en.wikipedia.org
Siapa sesungguhnya yang wafat pada bulan yang mulia itu? Yasser Abdul Ra’uf Qudwa Al-Husseini, itulah nama lengkapnya. Ada pula yang menulis Muhammed Abdur Rahman Abdur Ra’uf Arafat. Yang pasti, orang lebih mengenal nama Pemimpin Palestina itu sebagai Yasser Arafat yang kemudian diberi gelar Abu Ammar. Sejak kecil ia sudah dipanggil Yasser yang artinya ’mudah’ atau ’tidak ada masalah’.

Nama yang begitu panjang itu adalah gabungan dari banyak nama orang. Muhammed Abdul Rahman adalah nama pertamanya. Abdul Ra’uf adalah nama ayahnya. Arafat adalah nama kakeknya. Al Qudwa adalah nama keluarga. Dan, Al-Husseini adalah nama yang menunjuk bahwa ia masih keturunan Sayyidina Husein bin Ali, cucu Rasulullah. Sedangkan ibunya bernama Zahwa yang berasal dari keluarga Abu Saud di Yerusalem, satu di antara keluarga yang paling terkemuka dan terhormat di Kota Suci itu dan yang juga mempunyai silsilah langsung sampai kepada Nabi Muhammad.

Nama Yasser dan Abu Ammar telah populer ketika ia belajar pada Fakultas Teknik Universitas Cairo pada tahun 1950-an. Nama Abu Ammar diambilnya sebagai penghormatan atas tokoh pejuang Palestina yang bernama itu yang tewas ketika berjuang melawan penjajahan Inggris.

Menurut biografi yang dikeluarkan Kementerian Penerangan Otoritas Palestina, Arafat lahir pada 24 Agustus 1929 di An-Nufus, Kairo. Arafat adalah anak keenam dari tujuh bersaudara. Keluarga Al-Husseini termasuk keluarga terpandang yang menjadi incaran Yahudi. Sayid Amin Al-Husseini, misalnya, tercatat sebagai mufti Palestina yang sangat terkenal.

Dalam catatan Alan hart, sejak kecil bakat kepemimpinannya sudah kelihatan. Ia suka mengumpulkan anak- anak Arab lain di distriknya. Ia membagi mereka dalam kelompok-kelompok dan melatihnya berbaris. Ia membawa sepotong tongkat dan suka memukul anak yang tidak menaati perintah-perintahnya. “Tetapi ia juga mewarisi kebaikan hati ayahnya sekaligus sifat pemarahnya. Yasser berbagi segala-galanya kepada setiap orang. Bahkan sepotong coklat yang paling kecil sekalipun ia makan bersama dengan orang-orang lain,” tutur Inam, kakak sulung Arafat. “Enersi Yasser menjadi bahan komentar di kalangan ibu-ibu Yahudi di lingkungan mereka,” tambah Inam.

Sejak umur 17 tahun, Arafat sudah terlibat dalam penyelundupan senjata dari Mesir ke Palestina. Keberhasilan Arafat sebagai penyelundup senjata api ia lukiskan sendiri sebagai “masa-masa yang sangat sulit,” yang menyebabkan calon pemimpin PLO itu secara dini memperoleh reputasi sebagai pemberani. Ia kemudian belajar teknik sipil di Universitas Fuad I, Kairo pada tahun 1950 dan menjadi aktivis mahasiswa. Tahun 1952 ia terpilih menjadi Ketua Persatuan Mahasiswa Palestina dan menjadi editor pada majalah Voice of Palestine. Arafat memilih kuliah di Kairo dan menggagalkan kuliah di Amerika Serikat yang sebenarnya merupakan cita-cita lamanya. Alasannya? Nasionalisme Arab yang ingin dibangunnya melalui kekuatan Mesir.

Perjalanan hidup Arafat memang begitu panjang dan berwarna, seiring dengan perjuangan bangsa Palestina. Ia ada di antara mereka, di dalam mereka, dan menjadi satu dengan mereka. Oleh karena itu, Arafat pun telah menjadi simbol. Ia bukan sekadar seorang pemimpin atau kepala negara atau presiden, ia adalah simbol perjuangan Palestina. Itulah sebabnya, antara Arafat dan Palestina tak dapat dipisahkan. Karena itu, orang pun lantas menyebutnya sebagai "Mr Palestine", sekadar untuk melukiskan betapa berartinya Arafat bagi Palestina.

Ketika Arafat muncul di panggung sejarah Timur Tengah, pada akhir dasawarsa 1950-an, orang-orang Palestina nyaris sudah dilupakan. Nama Palestina sudah dihapus dari peta. Israel, Jordania, dan Mesir telah membagi wilayah itu di antara mereka. Bahkan, dunia pun sudah memutuskan bahwa tidak ada entitas nasional Palestina.

Memang, di Dunia Arab "Masalah Palestina" masih disebut-sebut. Namun, masalah tersebut dapat diibaratkan hanya seperti bola yang ditendang ke sana kemari oleh para penguasa di negara-negara kawasan itu. Ceritanya menjadi lain setelah Yasser Arafat mendirikan Gerakan Pembebasan Nasional Palestina atau Fatah – suatu jaringan sel bawah tanah -- pada tahun 1958 di Kuwait.

Untuk Palestina

www.ibnuhasyim.com
Inilah yang oleh Uri Avnery, lewat tulisannya, "A Man and His People" di jurnal mingguan The Palestine Chronicle 10 November 2004, disebut sebagai revolusi pertama yang dikobarkan Arafat. Revolusi untuk membebaskan orang-orang Palestina dari para pemimpin Arab sehingga mereka dapat bebas berbicara dan bertindak. “Kami, Arafat dan saya, memutuskan bahwa itulah saatnya untuk berhenti berbicara dan mulai dengan tindakan. Kami percaya bahwa rakyat Palestina tidak punya waktu untuk berdiskusi mengenai falsafah tentang bagaimana melakukan pembebasan. Rakyat Palestina harus mengandalkan diri sendiri karena orang-orang Arab telah meninggalkan kami,” kata sahabat dekat Arafat, Abu Jihad.

Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, Arafat mengobarkan revolusi kedua, yakni perjuangan bersenjata melawan Israel – cara-cara revolusi ini tidak terelakkan lagi mengingat rezim-rezim Arab tidak punya niat  untuk memerangi Israel guna membebaskan Palestina. Revolusi kedua ini dilatarbelakangi oleh ambruknya persatuan Mesir- Suriah, pernyataan Presiden Mesir Nasser yang mengumumkan bahwa Mesir dan pemimpin-pemimpin Arab tidak mempunyai rencana untuk membebaskan Palestina, dan diusirnya penjajah Prancis oleh gerakan pembebasan Aljazair, Front de la Liberation Nationale (FLN) menginspirasi Arafat untuk melakuan perjuangan yang sama.

Ada yang berpendapat, seandainya Arafat tidak menempuh cara angkat senjata, niscaya dunia tak akan memerhatikan teriakan mereka untuk menuntut kemerdekaan. Misalnya, satuan Fatah melintasi perbatasan Israel untuk melakukan sabotase pertama dari wilayah Suriah, dugaan keterlibatan penyanderaan atlet Israel pada Olimpiade Muenchen pada September 1972 dan pembajakan Achille Lauro Oktober 1985. Hasilnya kemudian, PLO diakui sebagai "satu-satunya wakil rakyat Palestina".

Sejarah berkehendak lain. Oktober 1973 pecah perang kembali yang disebut sebagai Perang Yom Kippur.  Hasil peperangan itu menjadi titik balik perjuangan Arafat. Ia menyaksikan tentara Mesir dan Suriah dikalahkan tentara Israel. Kenyataan itu meyakinkannya bahwa Israel tak dapat dikalahkan lewat jalan perjuangan senjata. Arafat kemudian mengalihkan perjuangan melalui medan diplomatik.

Arafat segera mengobarkan revolusi ketiga: ia memutuskan PLO harus dapat berhubungan dengan Israel, berunding, dan akhirnya mencapai kesepakatan. Sejak saat itulah perundingan demi perundingan antara Palestina dan Israel dilakukan. Dan, peranan Arafat sebagai sumbu, pilar, motor penggerak, dan roh perjuangan Palestina makin kuat.

Kamis, 13 November 1974, dunia seakan dihentikan sejenak. Di atas podium Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Arafat berdiri dengan mengenakan kafiyeh kotak-kotak hitam putih dan sarung pistol menggantung di pinggangnya. Tangannya memegang sepotong ranting. Ia kemudian berapi-api berbicara mengenai impian rakyat Palestina – lahirnya sebuah Demokratik Palestina sebagai ganti negara Yahudi yang sedikit banyak bersifat eksklusif. Di akhir pidatonya dua kalimat meluncur indah, “Hari ini, saya datang ke sini membawa sepotong ranting zaitun dan senapan pejuang kemerdekaan”. Setelah menarik napas ia melanjutkan, “Jangan biarkan ranting zaitun ini terlepas dari tanganku. Sejak saat itu wajahnya begitu dikenal di seluruh pelosok dunia. Wartawan Italia Oriana Felachi tertarik untuk mewawancarainya yang akhirnya dunia mengetahui pikiran dan cita-cita Arafat dan Palestina.

Ia selalu tampil berkafiyeh, dengan pistol menggantung di pinggangnya, dan berseragam hijau-hijau. Wajahnya berkumis, berjenggot, dan berewokan. Semua itu menjadi lambang perjuangannya. Meski sesungguhnya mengenakan kafiyeh bukanlah hal baru bagi orang-orang di Timur Tengah. Said K Aburish dalam bukunya yang berjudul Arafat, From Defender to Dictator menulis, kafiyeh pertama kali digunakan Arafat ketika ia menghadiri Kongres Mahasiswa Internasional di Praha, Agustus 1956.

Sejak saat itu, kafiyeh kotak-kotak warna hitam putih menjadi ciri khas penampilannya. Kafiyeh sendiri di zaman perjuangan melawan pasukan pendudukan Inggris, 1936-1939, menjadi simbol perlawanan para pejuang Palestina. Bahkan, kemudian kafiyeh menjadi lambang revolusi Dunia Ketiga di era Perang Dingin.

Hari Kamis, 11 November lalu, sang pembawa ranting zaitun-lambang perdamaian, kehidupan, dan kesuburan-itu telah tiada. Ia meninggalkan impiannya yang belum terwujud: negara Palestina yang berdaulat penuh. Perjuangannya telah tersirat dalam hadiah Nobel Perdamaian 1994.

Domery Alpacino/Dari berbagai sumber
Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah


Wawancara Duat besar Palestina untuk Indonesia Ribhi Yusuf Awad

“Rumput Tak Akan Habis Ditebang.”


tempo.co.id
Duka masih menyelimuti seluruh bangsa Palestina, tidak terkecuali di kantor Kedutaan Besar Palestina di Indonesia di jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta Pusat. Hingga 40 hari sejak wafatnya Yasser Arafat, bendera setengah tiang tetap dikibarkan. Ratusan karangan bunga dan surat melalui faks dari semua lapisan masyarakat sebagai pernyataan simpati turut berduka cita juga masih terus mengalir.
Berikut penuturan Duta Besar Palestina untuk Indonesia Ribhi Yusuf Awad tentang masa depan Palestina pasca kemangkatan Arafat. Tokoh senior Palestina yang pernah menjadi dubes di sembilan negara dan mantan penasihat Arafat itu menuturkannya lengkap kepada Domery Alpacino dari Alkisah.

Apa yang sangat dirasakan hari-hari ini oleh bangsa dan rakyat Palestina?
Tentu saja bangsa Palestina, bangsa Arab, dan seluruh umat Islam amat berduka. Begitu juga dengan seluruh pencinta perdamaian, berkenaan dengan isu Palestina. Solidaritas yang tercipta seperti ini benar-benar punya akar yang kuat. Sebab setelah berlalu sekian lama, akhirnya dunia mengetahui betapa bangsa Palestina itu hidup dalam keteraniayaan dan keterpurukan. Saya tegaskan di sini, isu Palestina adalah isu yang keadilan. Isu Palestina bukanlah isu yang parsial, tapi merupakan isu yang menyeluruh yang mencakup seluruh bangsa Palestina. Dalam isu ini terungkap pula betapa bangsa Palestina hidup amat teraniaya. Keteraniayaan ini belum pernah dan tidak pernah dialami bangsa-bangsa atau etnik lain di muka bumi ini. Dengan demikian, opini dunia mulai tergerak dan mulai menaruh perhatian, menunjukkan solidaritasnya mengutuk aksi-aksi biadab Israel terhadap bangsa Palestina.

Bisa diceritakan perjalanan Yasser Arafat dan perjuangan bangsa Palestina?
Perjalanan hidup almarhum Presiden Palestina Yasser Arafat amatlah panjang, penuh lara dan derita. Ada beberapa point yang dapat saya kemukakan:
Bisa dikatakan fase 1965 hingga sekarang, di dalamnya mencakup isu Arab-Israel, Palestina-Israel atau secara lebih umum lagi isu Timur Tengah. Pasalnya, Presiden Yasser Arafat telah meninggalkan jejak yang amat banyak. Sejak 1965 hingga sekarang Arafat bisa dikatakan telah berjasa membawa revolusi atau perjuangan Palestina bersama rakyat Palestina dari posisi hanya sebagai pengungsi menjadi suatu bangsa yang diakui dunia dan dianggap legal perjuangannya. Bisa dikatakan juga, Yasser Arafat berjasa mentranfer isu Palestina sebagai isu kemanusiaan yang  menyedihkan dan perlu diratapi menjadi isu politik berskala nasional dan perlu diselesaikan menjadi isu politik Internasional.

Apa yang bisa menyebabkan semua itu?
Ada dua aspek. Pertama, berkat upaya-upaya yang dilakukan Yasser Arafat dengan sungguh-sungguh sebagai seorang yang amat dinamis dan aktif. Kedua, karena tercurahnya darah bangsa Palestina.

Lalu, hikmah apa yang bisa dipetik dengan meninggalnya Arafat?
Wafatnya Yasser Arafat merupakan suatu pukulan sekaligus kehilangan amat besar bagi bangsa Palestina, bangsa Arab, umat Islam, bahkan seluruh pembela perdamaian dan pendukungnya. Tapi, Kita juga perlu realistis dan objektif bahwa perjuangan itu suatu arena yang bertaburkan bunga. Meski kenyataannya perjuangan ini tidak mudah untuk dilalui karena di depan terdampar kerikil-kerikil tajam.
Dalam perjalanan perjuangan ini adakalanya kita sukses di medan laga, tapi adakalanya kita terpukul mundur. Ada beberapa kegagalan, tapi ada pula beberapa prestasi yang patut dibanggakan. Namun, berkat sifat sabar yang dimiliki Presiden Yasser Arafat telah membuat perjuangan bangsa Palestina terus berlanjut dan pantang menyerah.

Bisa Anda ceritakan lebih detail karena Anda  dikatakan terlibat langsung dalam fase itu?
Saya memang salah seorang yang terlibat dalam fase Arafat. Di Awal dekade tahun 1960-an, saya terlibat langsung dengan kegiatan aktifitas organisasi yang dibentuk oleh Yasser Arafat. Namun, di awal tahun 1960-an itu, yang dikatakan sebagai fase awal, baru berbentuk gerakan politik bawah tanah. Barulah gerakan ini menjadi bentuk suatu gerakan atau organisasi bersenjata yang menentang pendudukan Israel pada 1 Januari 1965. Jadi, fase pertama merupakan fase persiapan, fase koordinasi, fase mobilitas. Sedang fase kedua adalah fase pelaksanaan, yaitu gerakan bersenjata menentang pendudukan Israel secara terang-terangan.

Apa saja kesulitan-kesulitan pada fase pertama?
Pertama adalah terdapatnya berbagai aliran yang berkembang dan tumbuh di lingkungan negara-negara Arab atau Timur Tengah, khususnya di negara-negara yang langsung berbatasan dengan Israel. Bisa dibayangkan, bila anda seorang anggota gerakan bawah tanah tersebut, yakni anggota gerakan nasional bagi pembebasan Palestina. Gerakan ini pada waktu itu dituding dan dituduh oleh negara-negara Arab yang ada di sekitar perbatasan Palestina bukan sebagai gerakan nasional tapi suatu gerakan yang dikomandoi Amerika atau gerakan agen dari kepentingan Amerika. Sampai sekarang saya masih ingat dan menyimpan salah satu koran di Lebanon yang menyampaikan berita tudingan tersebut. Apa yang dimuat dalam laporan tersebut, ditulis dengan judul besar dan berwarna merah, “Agen-Agen Amerika Mulai Melakukan Aksi Bersenjata”.

Mengapa sampai dituding demikian?
Karena sistem organisasi negara-negara Arab boleh dikatakan sebagai sistem yang tidak punya keberanian dan tidak punya nyali untuk berhadapan dengan Israel. Pada saat itu siar atau semboyan yang memasyarakat dalam dunia Arab adalah persatuan. Persatuan adalah satu-satunya alternatif bagi pembebasan Palestina. Dalam arti seluruh bangsa Arab, mulai dari Samudera Atlantik hingga Teluk Arab harus  bersatu padu. Mungkin, setelah 100 tahun atau 200 tahun baru terwujud persatuan ini untuk  bersama-sama menghadapi Israel.
Sebaliknya, tenggang waktu yang sangat lama ini hanya akan memberi kesempatan emas pada Isreal untuk lebih eksis di bumi Palestina. Ini sesuai dengan teori Amerika: “Dengan berlalunya waktu maka bangsa Palestina melupakan perjuangan dan melupakan tuntutannya”. Gerakan bersenjata yang dikomandani Yasser Arafat juga telah membuat kami bangsa Palestina banyak yang gugur di ibukota-ibukota negara Arab atau wilayah-wilayah Arab.

Sampai kapan system itu terus berlangsung?
Seiring dengan berlalunya waktu, pada akhirnya system yang dianut oleh negara-negara Arab yang berbatasan dengan Israel pun berubah posisi. Kini mereka di satu sisi adalah saudara kandung kami, tapi pada kenyataannya di lapangan mereka menjadi penjaga atau petugas keamanan negara Isreal dari serangan kami. Oleh karena itu, pada tahun 1970-an kami terusir dari wilayah Yordania. Pada tahun 1982, kami pun terusir dari Libanon. System yang yang dianut oleh bangsa-bangsa Arab yang berbatasan langsung dengan Israel, akhirnya menemukan titik temu yang justru mendukung kepentingan Israel.

Apa betul jauh sebelum tahun itu, negara-negara Arab belum juga mendukung perjuangan bangsa Palestina?
Yang lebih tragis lagi terjadi pada tahun 1966. Ada suatu keputusan yang didekritkan oleh Liga Arab dari beberapa pemimpin negara-negara Arab yang menuntut pasukan tentara Arab untuk menangkap, memonitor, mencegah orang-orang agar tidak bisa menyelundup dan melakukan serangan ke Israel. Maka pada tahun itu, di lingkungan kami bangsa Palestina popular semboyan yang berbunyi, “Ya Allah lindungi kami dari saudara-saudara kandung kami. Adapun masalah Israel, ya Allah kami cukup sebagai pejuang yang akan menghadapi kesewenang-wenangannya, tanpa harus mendapat bantuan dari saudara-saudara kami”.

Apa yang Anda ketahui tentang tragedi 5 Juni 1967?

Dalam sejarah 5 Juni 1967 tercatat Israel mampu mengalahkan tiga negara Arab, yaitu Yordania, Siria dan Mesir. Ini bisa dikatakan mencoreng arang di kening pemimpin negara-negara Arab. Karena itu, sejak saat itu pula masyarakat Arab mulai mencari tahu berkenaan dengan aktifitas perjuangan bersenjata yang dilakukan oleh para pejuang  Palestina.

Beritapalestina.com
Jadi, negara-negara Arab mengakui eksistensi perjuangan Palestina sejak Juni 1967?
Pertama, pada 5 Juni 1967 ketika para pemimpin negara-negara Arab menderita kekalahan. Di sisi lain, ternyata harapan ini lebih terwakili oleh gerakan pembebasan Palestina yang dilakukan oleh orang-orang Palestina, sehingga masyarakat Arab mulai berbalik menaruh simpatik dan memberikan dukungan kepada perjuangan Palestina.

Apa buah pengusiran dari Lebanon?
Dari Lebanon kami terusir ke berbagai tempat pengungsian atau pembuangan. Pada tahun 1982 kami dikepung Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon. Saat itu tidak satu negara Arab pun yang mengirim bantuan walaupun dalam bentuk sebutir peluru untuk membantu kami yang saat itu sedang gigih berjuang  mempertahankan diri, membebaskan diri dari pengepuangan Sharon. Namun, ketika ada keputusan kami harus keluar dari Lebanon, bergegaslah negara-negara Arab mengirimkan bantuan kapal-kapal laut ke pelabuhan Lebanon untuk membawa kami keluar dari Lebanon. Sebagian di antara kami, para pejuang Palestina bersama para komandannya ada yang diangkut dari Lebanon menuju Sudan, Tunisia, Yaman, Aljazair, Libia, yang berarti kami dipindahkan atau dibuang ke wilayah yang jaraknya ribuan mil dari Israel atau dari pangkalan kami sebelumnya yang secara langsung bisa berhadapan dengan Israel. Sehingga untuk beberapa waktu lamanya Israel bisa beristirahat dari serangan kami. Juga beberapa negara-negara Arab sendiri, termasuk para pemimpinnya. Mereka telah melakukan rekayasa, namun rekayasa Allah lebih canggih lagi. Akhirnya meletuslah intifadah pertama kemudian intifidah kedua.
Bangsa Palestina yang hidup tertekan di bawah Israel, di bawah gencarnya serangan pesawat tempur dan gempuran senjata berat Israel, mereka bangkit melakukan perlawanan. Bangsa Palestina menyatakan dan mendeklarasikan bahwa PLO adalah satu-satunya perwakilan sah kami dalam perjuangan kami.

Apa makna yang terkandung dalam semboyan perjuangan PLO?
Amat jelas. Pada saat itu, putra-putra Palestina menyatakan dan mengemukakan bahwa para pemimpin negara-negara Arab telah memindahkan para pemimpin kami dan para pejuang kami ke berbagai wilayah Arab yang jaraknya ribuan mil dari Palestina. Namun, kami senantiasa bersama mereka dan kami siap melanjutkan perjuangan. Bisa dikatakan intifadah pertama merupakan pernyataan dan deklarasi untuk kembali mengangkat perjuangan Palestina dari kehancuran dan kefanaan. Dengan demikian, kedamaian atau keterbebasan Isreal dan para negara-negara Arab dari isu Palestina tidak terwujud.  Andai saja negara-negara Arab mengikuti cara yang benar dan tepat, niscaya konflik Arab Israel sudah berakhir sejak dulu. Tapi, sayangnya seperti diketahui Mesir telah mengadakan perjanjian damai dengan Israel. Dengan ditandatangani perdamain antara Israel dan Mesir itu berarti kami telah amat dirugikan mengingat Mesir adalah negara paling besar di lingkungan negara Arab dan tentaranya  paling bagus.

Apa Anda yakin perjuangan bangsa Palestina pasca Arafat akan berhasil?
Kami telah melakukan perjuangan menentang pendudukan Israel sejak 1965 hingga saat ini. Meski sebelum tahun 1965 telah terjadi pula perlawanan menentang kehadiran Israel. Kami sebagai bangsa Palestina amat yakin apa yang dikatakan orang bijak bestari: coba Anda datangi tukang rumput dan tanyakan bagaimana kondisi rumput setiap kali selesai dipotong. Bukannya mati tapi malah makin subur, bukan? Nah, kami berkeyakinan bahwa perjuangan kami dari waktu ke waktu tidak akan pernah mati. Saya teringat dengan kata-kata yang sering diungkapkan Yasser Arafat. “Serangan yang ditujukan kepada saya tidak akan memperlemah saya dan tidak mematikan saya, tapi justru akan semakin memperkuat perjuangan saya.” Ternyata benar. Perjuangan Palestina tumbuh bagai rumput yang baru dicukur dari dalam Palestina sendiri: dari Hebron, Yerusalem hingga di wilayah-wilayah Jalur Gaza, dan kota-kota lain. Inilah mukzizat dari revolusi Palestina.

Apakah ini semata-mata perjuangan Arafat?
Ini tidak lain tidak bukan hasil dari karya perjuangan Yasser Arafat, para pejuang Palestina, putra-putra Palestina dan para pendukung serta pencinta perdamaian. Saat ini apa yang terjadi? Ternyata baik sekutu maupun sahabat bahkan musuh itu sendiri, baik yang pro, kontra, abstein, semua menyatakan bahwa isu Palestina harus diselesaikan segera. Saya berkeyakinan bahwa bangsa Palestina akan segera mewujudkan kemerdekaannya dalam waktu tidak lama lagi. Saya juga berkeyakinan impian Palestina akan segera terwujud seperti yang diimpikan Yasser Arafat dan orang-orang yang senantiasa bersama Arafat yang belum sempat menyaksikan terwujudnya kemerdekaan Palestina. Sejarah mencatat bahwa Yasser Arafat adalah bintang cemerlang yang berjuang memperjuangkan cita-cita bangsanya yang tidak mungkin dilakukan oleh selain Arafat.

boemi-islam.net
Mengapa bangsa Palestina bisa begitu perkasa?
Bisa Anda bayangkan betapa hebat dan perkasanya bangsa Palestina. Bangsa Palestina itu bangsa kecil dan miskin, tapi mereka harus berhadapan dengan zionisme Internasional, Yahudi Internasional, dan harus pula berhadapan dengan Amerika yang super power dunia satu-satunya. Bahkan sebelum ini mereka harus berhadapan dengan negara-negara Eropa, dan Uni Sovyet. Tapi, mengapa mereka sampai hari ini tetap perkasa dan mampu menjaga eksistensinya tidak sampai hancur?

Siapa pengganti kuat Arafat?
Setelah 60 hari Yasser Arafat meninggal kita akan menyaksikan pemilihan presiden baru Palestina. Siapa tokoh yang akan melanjutkan perjuangan Yasser Arafat untuk mewujudkan cita-cita bangsa Palestina, kita serahkan saja ke rakyat Palestina. Dalam hal ini kami tidak ingin spekulasi. Kita serahkan kepada mereka.
Satu hal bahwa Palestina pasti akan memilih pemimpin baru sebagai pengganti Arafat yang akan memperjuangkan cita-cita revolusi Palestina. Bisa Anda bayangkan bahwa agresi Israel ini telah berjalan lebih dari satu abad. Untuk membebaskan dari beragam penderitaan dari agresi Israel ini kami berjuang terus. Syarat bagi terwujudnya perdamaian yang kekal, langgeng, berkeadilan dan menyeluruh ini adalah berdirinya negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem sebagai ibukota, diakhirinya pendudukan Israel, dan pemukiman-pemukiman Yahudi di tanah Palestina harus dibongkar, serta dicarikan solusi yang seadil-adilnya bagi mereka para pengungsi Palestina yang terusir dari kampung halamana mereka.

Bagaimana Anda menilai sikap bangsa Indonesia terhadap perjuangan bangsa Palestina?
Sejak Presiden Soekarno hingga SBY senantiasa konsisten dan komitmen memperjuangkan dan mendukung perjuangan kami bangsa Palestina. Saya juga sangat menghargai dan menyambut komitmen yang disampaikan Presiden SBY, “Kami akan berjuang secara optimal dalam mendukung dan turut memperjuangkan cita-cita bangsa Palestina”.
Dalam Konferensi APEC di Cile, saat Presiden SBY bertemu dengan Presiden Amerika George W Bush, ia menuntut agar secepatnya menyelesaikan isu dan konflik Palestina yang seadil-adilnya sehingga negara Palestina yang merdeka dan berdaulat segera terwujud. Saya juga amat menghargai dan berterima kasih kepada SBY karena telah melayat dan mengantarkan jenazah Yasser Arafat. Selama Yasser Arafat masih sakit, berulangkali SBY juga sering menghubungi kami untuk menanyakan informasi perkembangan Yasser Arafat. Dan secara langsung pula beliau berkirim surat tentang kesehatan Presiden Yasser Arafat.

Bagaimana dengan pengelolaan Masjidil Aqsa selama ini?
Masjidil Aqsa selama ini dikelola oleh pihak Palestina dibawah lembaga atau badan yang terdiri dari pihak Palestina dan Yordania.

Mengapa Yordania terlibat?
Tidak lain karena sebelum 1967, Yordania adalah pengelola atau penguasa wilayah administrasi Yerusalem. Dalam hal ini Israel tidak berperan dalam mengelola tempat-tempat suci bagi umat Islam dan Kristiani di Palestina.

Apakah sekarang bebas melaksanakan ibadah di Masjidil Aqsa?
Pemerintah baru Palestina akan berjuang optimal tentang terwujudnya apa yang baru disampaikan itu. Satu hal yang tidak dilupakan, bangsa Palestina baik yang ada di Tepi Barat maupun jalur Gaza secara administrasi masih dalam penjajahan Israel. Sampai detik ini hukum rimbalah yang menguasai Tepi Barat dan Jalur Gaza.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar