Laman

Sabtu, 27 Maret 2004

Sang Penakluk yang Sederhana

Kekuasaannya membentang dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Ia disebut-sebut lebih unggul ketimbang Iskandar Agung dan Jengis Khan.


kissanak.wordpress.com
Adalah seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Ia adalah Timur Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan sebagai ‘Tamerlane’, sang Penakluk Dunia. Selain Jengis Khan, dialah satu-satunya penakluk yang mampu menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Penaklukan dahsyat yang ia lakukan berhasil mengalahkan dua raja besar pada zamannya: Sultan Turki, Bayazid Yildrim, dan Kaisar Mongol, Toktamish -- yang adalah juga cucu Jengis Khan.
       Menurut para sejarawan, prestasi Timur lebih unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini tak pernah menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia, sementara Timur berhadapan dengan pasukan sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish. Bahkan ada sejarawan yang menilai Timur lebih menonjol ketimbang Iskandar Zulkarnain. Sebab, Iskandar hanya berhadapan dengan pasukan-pasukan yang lemah.

       “Lebih kurang 550 tahun yang silam, adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan dirinya sebagai penguasa dunia,” tulis sejarawan terkemuka Inggris, Harold Lamb, dalam bukunya, Tamerlane Sang Pengguncang Dunia. “Segala sesuatu yang diusahakannya selalu berhasil, sehingga kita menyebutnya sebagai ‘Tamerlane’, sang penakluk dunia,” tulisnya lagi.
Siapa sesungguhnya Timur Leng? Lahir pada  8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H di Kota Hijau, ia adalah anak Taragai, Kepala Suku Barlas di Uzbekistan, Asia Tengah sekarang. Taragai, sang ayah, kabarnya keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jenghis Khan. Tapi, Timur Leng sendiri sering disebut sebagai keturunan Jenghis Khan. Belakangan, ia masuk Islam dan berpaham Syi'ah. Ada yang bilang ia menganut tarekat Naqshabandiyah.
       Di masa kecil ia tak punya apa-apa kecuali seekor lembu. Tapi, yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan waktu bersama orang-orang suci. Ayahandanyalah pula yang mengajarkan Islam kepada anaknya ini. Suatu hari, ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak lebih baik ketimbang sebuah jambangan bunga emas yang penuh berisi kalajengking dan naga.” Dan itulah pandangan hidup ayahandanya tentang dunia, yang terpateri dalam sanubari Timur Leng.
       Sejak kecil, ia sudah menunjukkan wataknya sebagai orang besar: ia tidak menyukai perbuatan-perbuatan bodoh. Itu sebabnya selama hidup ia tidak pernah punya waktu untuk bergurau. Meski sebagai lelaki ia sangat kaku, ia pemberani dan cerdas. Barangkali itu pula sebabnya ia berhasil mengawini seorang gadis cantik, bernama Alji Khatun Agha.

Satu Tuhan

      
www.kaskus.co.id
Ketika usianya baru
12 tahun, ia sudah terlibat dalam sejumlah peperangan. Ketika ayahandanya wafat, ia bergabung dengan pasukan Amir Qaghazan, sampai Gubernur Tansoxiana itu meninggal. Suatu ketika pasukan Tughluq Temur Khan menyerbu, dan Timur Leng menghadangnya. Ia bertempur dengangagah berani sehingga mengundang simpati Tughluq, musuhnya. Ia pun direkrut Tughluq sebagai komandan pasukan, namun belakangan memberontak setelah Tugluq mengangkat anaknya, Ilyas Khoja, sebagai Gubernur Samarkand sementara ia hanya sebagai pejabat biasa.
       Tak lama kemudian ia bergabung dengan Amir Husain, cucu Qaghazan. Dengan mengendarai kuda perkasa yang gagah berani, ia menyerang Tughulq dan Ilyas Khoja. Keduanya tewas, sementara pasukan Tughulq tunggang-langgang melarikan diri. Setelah berhasil memenangkan parang, maka pada 10 April 1370, para ulama mengangkat Timur Leng sebagai komandan bangsa Tartar. “Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini, maka di bumi seharusnya juga hanya ada satu raja,” kata Timur Leng usai dilantik.
       Di awal karirnya sebagai komandan tentara Tartar, ia berhasil merebut Kota Hijau dengan taktik tipu muslihat. Mula-mula ia menyusupkan pasukan kecil di sekeliling kota. Setelah menguasai medan, mereka menebang dahan-dahan di pinggir-pinggir jalan dan membakarnya. Karuan saja, dalam waktu singkat hal itu menimbulkan kobaran api dan tebaran abu yang luas. Melihat itu, Jenderal Jat yang menjaga Kota Hijau mengira mereka diserang oleh pasukan yang sangat besar. Mereka ketakutan, dan akhirnya menyerah.
       Pada saat yang bersamaan, sebagian pasukan Timur Leng menyusup ke perkemahan tentara Kota Hijau yang dipimpin oleh Bikijuk. Mereka menyalakan api besar di sekeliling kemah. Melihat api berkobar di mana-mana, musuh pun ketakutan, hingga hengkang sebelum fajar menyingsing. Pada saat itulah sebagian pasukan Timur Leng menyerang dari belakang.
       Belakangan Timur Leng juga berhasil merebut Heart, sebuah kota penting yang dihuni seperempat juta orang dan memiliki beberapa lembaga pendidikan. Ketika itu, ancaman terbesar bagi bangsa Tartar adalah orang-orang Mongol yang terkenal dengan sebutan ‘Gerombolan Emas’. Gerombolan ini dipimpin oleh anak cucu Jengis Khan yang ketika itu tengah berada di puncak kejayaan. Mereka berkeliaran di sepanjang dataran Siberia yang berbatasan dengan padang tundra yang luas di utara.
Terkadang mereka turun mengganggu sampai ke wilayah-wilayah kekuasaan bangsa Tartar. Orang-orang Mongol termasuk lihay berkuda dengan kecepatan luar biasa. Gerombolan ini dipimpin oleh Toktamish, pangeran berhati jahat yang pernah minta perlindungan kepada Timur Lang, dan meninggalkan Urus Khan, pemimpin bangsa Mongolia. Saat itu Toktamish mengincar wilayah kekuasaan Tartar.
      

Gerombolan Emas

Suatu hari di musim dingin, bersama sebuah pasukan besar, Toktamish menyusup ke sekitar Sungai Syr Darya. Tapi, penyusupan itu diketahui intelejen Timur Leng. Para penasihatnya menyarankan agar Timur Leng menunggu sampai pasukannya yang saat itu tersebar berkumpul kembali. Tapi, Timur Leng menolak. Ia pergi sendiri memimpin pasukan yang terbagi dalam resimen-resimen kecil.

fanaticus.org
Dengan mengendarai kuda, di bawah hujan dan salju, pasukannya menyerang pos-pos luar gerombolan Toktamish dan merembes masuk ke perkemahan mereka. Manuvernya yang hebat itu membuat pasukan Toktamish mundur tergesa-gesa. Timur Leng memang lebih yakin dengan taktik menyerang ketimbang bertahan. Karena itu ia memutuskan menyerang Gerombolan Emas itu.
       Tak lama kemudian, bersama pasukan besarnya, ia melaju menuju Rusia melalui padang rumput steppa. Inilah sebuah petualangan antara hidup dan mati, menempuh perjalanan 1.800 mil dalam waktu 18 minggu. Lambat laun pasukannya kehabisan tenaga dan karena kekurangan perbekalan. Sementara pasukan Toktamish terus menghindar dan bergerak jauh ke utara, masuk ke dalam rimba yang dingin. Namun, mereka tercengang menyaksikan betapa pasukan Timur Leng yang gigih terus bergerak di tengah semakin menipisnya perbekalan dan dilanda kelelahan.
       Suatu pagi, Timur Leng membagi pasukannya dalam tujuh divisi yang dipimpin oleh anak-anaknya sendiri, didampingi beberapa jenderal yang berpengalaman. Ia sendiri memimpin divisi sentral bersama para veteran perang dan jenderal-jenderalnya. Serangan pertama dilancarkan, dipimpin oleh komandan bernama Saifuddin. Sementara divisi sentral diperintahkannya terus maju di bawah pimpinan putranya sendiri, Miran Shah.
Pasukan ini menggempur habis pasukan Toktamish. Dan Tokatamish lari tundang-langgang. Maka Timur Leng pun terus mengejar Gerombolan Emas yang meninggalkan barang rampasan cukup banyak. Beberapa hari kemudian Timur Leng menggempur Serai dan Astara Khan di kawasan sungai Volga. Dan akhirnya terbayarlah dendamnya terhadap Toktamish yang pernah membakar kota Bukhara.
       Timur Leng kemudian merangsek di sepanjang Sungai Don dan akhirnya menginjakkan kaki di Moskow tanpa hambatan. Para bangsawan dari Kekaisaran Rusia lari tunggang langgang. Tak lama kemudian Timur Leng pulang, tanpa sempat masuk ke dalam kota Moskow. Dalam perjalanan pulang, ia menggempur benteng batu yang disebut Takrit milik bangsa Georgia di Rusia bagian selatan yang suka berperang. Pasukan Timur Leng berusaha menaklukkan benteng Takrit dengan memanjat tali. Akhirnya benteng yang dibangun di puncak bukit karang itu bisa.
Sasaran selanjutnya ialah Persia. Timur Leng tiba di Persia pada 1386 M dengan sejumlah besar prajurit. Ia sempat menyelesaikan pertikaian antara para pangeran Kesultanan Persia yang dipimpin oleh Sultan Muzaffar. Suatu ketika Mansur, salah seorang putra mahkota, membunuh beberapa kepala suku Tartar, mendorong pasukan Tartar merebut Isfahan. Semua putra mahkota menyerah, kecuali Mansur yang melarikan diri ke pegunungan. Tak berapa lama kemudian, Shiraz pun ditaklukkannya pula. Di sini ia bertemu dengan Hafiz, penyair Persia yang sangat terkenal.
      

Tembok Batu

pasukanottoman.wordpress.com
Selama musim semi tahun 1399, Timur Leng menyerbu India melalui Khayber Pass. Hanya menghadapi perlawanan kecil, pasukannya terus merangsek ke Delhi tanpa kesulitan. Selesai dengan urusan di India, ia pulang dengan membawa pasukan gajah dan 200 orang tukang batu untuk membangun fondasi masjid Samarkand. Tak lama kemudian Timur Leng merebut Baghdad dengan kekerasan.
       Setelah itu, ia mulai mengincar Kekaisaran Turki. Mula-mula ia menulis surat kepada Kaisar Turki, Bayazid Yildrim, minta agar kaisar tidak membantu Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari Baghdad. Bayazid menjawab surat dengan kalimat-kalimat yang bernada sombong dan tidak sopan. Karuan saja, Timur Leng pun berang. Namun, ia tak segera menyerang Bayazid, karena menyadari dikelilingi oleh banyak musuh dari segenap penjuru. Ia bertekad menghancurkan mereka satu persatu. Mula-mula ia bergerak ke Syria, menaklukkan suku Turkoman di selatan Rusia. Setelah itu ia melumpuhkan Sultan Mameluk dari Mesir dekat Aleppo, kemudian bergerak ke Damaskus.
Pasukan Timur Leng bahkan mengejar pasukan Mesir sampai keluar Palestina. Divisi yang lain bergerak ke Baghdad. Dalam waktu hanya 14 bulan, ia telah melancarkan dua perang besar, beberapa peperangan kecil dan merebut hampir satu lusin kota yang dibentengi tembok batu yang kukuh. Ia berhasil menghancurkan sekutu Bayazid. Merasa terancam oleh ekspansi agresif Timur Leng, pada awal 1402 Masehi, Bayazid mengerahkan kekuatan sebanyak 200.000 prajurit.
       Sebelum menyerang Bayazid yang berkuasa di Turki, Timur Leng mempelajari negeri geografi daerah-daerah yang akan diserangnya. Ternyata daerah itu tidak cocok untuk pasukan kavaleri. Ia lalu bergerak ke selatan dan terus maju menyisir sepanjang lembah sungai Halys. Di sana ia mengatur dua siasat: melepas kuda sambil menunggu untuk menyerang, atau maju terus menjelajah. Timur Leng memilih taktik kedua: memaksa pasukan Turki menunggu sedemikian rupa agar senantiasa mengikuti gerak-geriknya.
Tentara Turki yang kebanyakan infantry itu cepat merasa lelah. Bayazid pun mengikuti perjalanan Timur Leng, berjalan cepat selama seminggu, sehingga lelah, haus dan lapar. Akhirnya, Timur Leng menduduki pangkalan utama pasukan Bayazid yang menyimpan persediaan makanan dan minuman. Maka, buru-buru Bayazid menyerang, sementara pasukan Tartar yang tangguh bertahan sekuat tenaga. Dan Bayazid pun bertekuk lutut.
       Bayazid pun dibawa ke hadapan Timur Leng yang menerimanya dengan penuh hormat,  mendudukkannya di sampingnya. Istri dan jubahnya yang tertangkap dikembalikan kepada Bayazid. Selepas menaklukkan Bayazid, Timur Leng bergerak ke Smirna – sebuah kota kecil yang dikenal sebagai gerbang masuk ke Eropa. Tak tahan menghadapi pasukan Timur Leng, pasukan Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari Baghdad menyingkir ke Arabia dan Mesir. Belakangan Sultan Mameluk dari Mesir dan beberapa raja dan kaisar dari Eropa buru-buru menyatakan taat dan setia. Mereka bersedia membayar upeti tahunan.

Putra Mahkota

Kini, Timur Leng bertekad mewujudkan ambisinya yang terakhir: menaklukkan Cina. Dengan menaklukkan negeri ini, ia menganggap dirinya sebagai penakluk terbesar yang mampu menundukkan kekuatan paling besar di dunia. “Kita telah menaklukkan seluruh daratan Asia kecuali Cina. Anda semua menjadi sahabatku dalam peperangan dan tak pernah gagal merebut kemenangan. Untuk merebut Cina, tak begitu banyak kekuatan yang kita butuhkan,” kata Timur Leng kepada Dewan Putra Mahkota.
berandabuleni.blogspot.com
       
Dengan membawa seperempat juta prajurit, ia menyerbu Cina. Saat itu kebetulan musim dingin sedang mencapai puncaknya. Meski demikian, ia maju terus. Pasukan Tartar itu tiba di Ortar dengan selamat untuk beristirahat selama musim dingin yang menggigit. Sesudah musim dingin reda, ia akan melanjutkan penyerbuan. Tapi sayang, pada bulan Maret 1405, ia meninggal dunia. Dan penyerbuan ke Cina pun urung. Dan pasukan Tartar pun serta merta menyerah kepada Kaisar Cina.
       Begitu pemimpin besar Tartar itu wafat, terjadilah perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya: Muhammad Jehanekir dan Khalil. Setelah bertempr hebat Khalil menang, namun tidak berapa lama ia dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syakh Rukh (1405-1447). Syakh Rukh dan anaknya, Ulugh Bey (1447-1449) memerintah negeri Tartar dengan cukup. Ilmu pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama kemudian, pada 1469, kekuasaan keluarga Timur Leng itu pun ambruk.
       Timur Leng sesungguhnya bukan hanya seorang kaisar penakluk kawasan yang luas di Asia dan Eropa, melainkan juga seorang penguasa yang cinta ilmu dan kebudayaan. Ia menyemarakkan kota asalnya Samarkand dengan istana, gedung dan taman-taman yang megah indah, dengan jalan-jalan yang lebar. Ia juga membangun sebuah masjid raya hanya dalam waktu sebulan sebagai pusat ilmu dan kebudayaan. Ia juga mengembangkan gaya arsitektur baru dengan selera tinggi.
       Ketika itu, bisnis dan perdagangan juga berkembang pesat. Samarkand dan Tabriz menjelma menjadi pusat perdagangan besar di dunia timur. Rute perdagangan antarbenua yang telah diblokir selama ratusan tahun dibuka kembali. Timur Leng juga mengentaskan orang-orang miskin. Ia mendirikan rumah-rumah sederhana untuk menampung orang-orang cacat dan lemah. Wilayah kekuasannya juga dibersihkan dari perampok dan pencuri. Para hakim dan komandan tentara bertanggungjawab  terhadap keamanan di daerah masing-masing.
       Meski dikenal sebagai pemimpin besar, Timur Leng adalah orang yang sederhana dan suka berterus terang. Ia tidak menyukai sikap sombong, kebiasaan pesta pora. Ia tak pernah memakai gelar kebesaran sebagai kaisar. Dalam surat-menyurat, ia lebih suka menggunakan kalimat seperti, “Saya, Timur, pengabdi Allah, menyatakan….”

Domery Alpacino dari berbagai sumber
Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah 


1 komentar: