Kekuasaannya membentang dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Ia disebut-sebut lebih unggul ketimbang Iskandar Agung dan Jengis Khan.
kissanak.wordpress.com |
Adalah seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Ia adalah
Timur Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan sebagai ‘Tamerlane’, sang
Penakluk Dunia. Selain Jengis Khan, dialah satu-satunya penakluk yang mampu
menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari pantai Pasifik di timur hingga ke
pinggir Sungai Don di barat. Penaklukan dahsyat yang ia lakukan berhasil
mengalahkan dua raja besar pada zamannya: Sultan Turki, Bayazid Yildrim, dan
Kaisar Mongol, Toktamish -- yang adalah juga cucu Jengis Khan.
Menurut para sejarawan, prestasi Timur
lebih unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini tak pernah
menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia, sementara Timur berhadapan
dengan pasukan sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish. Bahkan ada
sejarawan yang menilai Timur lebih menonjol ketimbang Iskandar Zulkarnain.
Sebab, Iskandar hanya berhadapan dengan pasukan-pasukan yang lemah.
“Lebih kurang 550 tahun yang silam,
adalah seorang lelaki yang berusaha menjadikan dirinya sebagai penguasa dunia,”
tulis sejarawan terkemuka Inggris, Harold Lamb, dalam bukunya, Tamerlane
Sang Pengguncang Dunia. “Segala sesuatu yang diusahakannya selalu berhasil,
sehingga kita menyebutnya sebagai ‘Tamerlane’, sang penakluk dunia,” tulisnya
lagi.
Siapa sesungguhnya Timur Leng? Lahir pada
8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H di Kota Hijau, ia adalah anak Taragai,
Kepala Suku Barlas di Uzbekistan, Asia Tengah sekarang. Taragai, sang ayah,
kabarnya keturunan Karachar Noyan, kerabat Jagatai, anak Jenghis Khan. Tapi,
Timur Leng sendiri sering disebut sebagai keturunan Jenghis Khan. Belakangan,
ia masuk Islam dan berpaham Syi'ah. Ada yang bilang ia menganut tarekat
Naqshabandiyah.
Di masa kecil ia tak punya apa-apa
kecuali seekor lembu. Tapi, yang istimewa, bersama ayahandanya ia biasa menghabiskan
waktu bersama orang-orang suci. Ayahandanyalah pula yang mengajarkan Islam
kepada anaknya ini. Suatu hari, ayahandanya berkata, “Dunia ini tidak lebih
baik ketimbang sebuah jambangan bunga emas yang penuh berisi kalajengking dan
naga.” Dan itulah pandangan hidup ayahandanya tentang dunia, yang terpateri
dalam sanubari Timur Leng.
Sejak kecil, ia sudah menunjukkan
wataknya sebagai orang besar: ia tidak menyukai perbuatan-perbuatan bodoh. Itu
sebabnya selama hidup ia tidak pernah punya waktu untuk bergurau. Meski sebagai
lelaki ia sangat kaku, ia pemberani dan cerdas. Barangkali itu pula sebabnya ia
berhasil mengawini seorang gadis cantik, bernama Alji Khatun Agha.
Satu Tuhan
www.kaskus.co.id |
Tak lama kemudian ia
bergabung dengan Amir Husain, cucu Qaghazan. Dengan mengendarai kuda perkasa
yang gagah berani, ia menyerang Tughulq dan Ilyas Khoja. Keduanya tewas,
sementara pasukan Tughulq tunggang-langgang melarikan diri. Setelah berhasil
memenangkan parang, maka pada 10 April 1370, para ulama mengangkat Timur Leng
sebagai komandan bangsa Tartar. “Sebagaimana hanya ada satu Tuhan di alam ini,
maka di bumi seharusnya juga hanya ada satu raja,” kata Timur Leng usai
dilantik.
Di awal karirnya sebagai komandan tentara
Tartar, ia berhasil merebut Kota Hijau dengan taktik tipu muslihat. Mula-mula
ia menyusupkan pasukan kecil di sekeliling kota. Setelah menguasai medan,
mereka menebang dahan-dahan di pinggir-pinggir jalan dan membakarnya. Karuan
saja, dalam waktu singkat hal itu menimbulkan kobaran api dan tebaran abu yang
luas. Melihat itu, Jenderal Jat yang menjaga Kota Hijau mengira mereka diserang
oleh pasukan yang sangat besar. Mereka ketakutan, dan akhirnya menyerah.
Pada saat yang bersamaan, sebagian
pasukan Timur Leng menyusup ke perkemahan tentara Kota Hijau yang dipimpin oleh
Bikijuk. Mereka menyalakan api besar di sekeliling kemah. Melihat api berkobar
di mana-mana, musuh pun ketakutan, hingga hengkang sebelum fajar menyingsing.
Pada saat itulah sebagian pasukan Timur Leng menyerang dari belakang.
Belakangan Timur Leng juga berhasil
merebut Heart, sebuah kota penting yang dihuni seperempat juta orang dan
memiliki beberapa lembaga pendidikan. Ketika itu, ancaman terbesar bagi bangsa
Tartar adalah orang-orang Mongol yang terkenal dengan sebutan ‘Gerombolan
Emas’. Gerombolan ini dipimpin oleh anak cucu Jengis Khan yang ketika itu
tengah berada di puncak kejayaan. Mereka berkeliaran di sepanjang dataran
Siberia yang berbatasan dengan padang tundra yang luas di utara.
Terkadang mereka turun mengganggu sampai ke wilayah-wilayah kekuasaan
bangsa Tartar. Orang-orang Mongol termasuk lihay berkuda dengan kecepatan luar
biasa. Gerombolan ini dipimpin oleh Toktamish, pangeran berhati jahat yang
pernah minta perlindungan kepada Timur Lang, dan meninggalkan Urus Khan,
pemimpin bangsa Mongolia. Saat itu Toktamish mengincar wilayah kekuasaan
Tartar.
Gerombolan Emas
Suatu hari di musim dingin, bersama sebuah pasukan besar, Toktamish
menyusup ke sekitar Sungai Syr Darya. Tapi, penyusupan itu diketahui intelejen
Timur Leng. Para penasihatnya menyarankan agar Timur Leng menunggu sampai
pasukannya yang saat itu tersebar berkumpul kembali. Tapi, Timur Leng menolak.
Ia pergi sendiri memimpin pasukan yang terbagi dalam resimen-resimen kecil.
fanaticus.org |
Dengan mengendarai kuda, di bawah hujan dan salju, pasukannya menyerang
pos-pos luar gerombolan Toktamish dan merembes masuk ke perkemahan mereka.
Manuvernya yang hebat itu membuat pasukan Toktamish mundur tergesa-gesa. Timur
Leng memang lebih yakin dengan taktik menyerang ketimbang bertahan. Karena itu
ia memutuskan menyerang Gerombolan Emas itu.
Tak lama kemudian, bersama pasukan
besarnya, ia melaju menuju Rusia melalui padang rumput steppa. Inilah sebuah
petualangan antara hidup dan mati, menempuh perjalanan 1.800 mil dalam waktu 18
minggu. Lambat laun pasukannya kehabisan tenaga dan karena kekurangan
perbekalan. Sementara pasukan Toktamish terus menghindar dan bergerak jauh ke
utara, masuk ke dalam rimba yang dingin. Namun, mereka tercengang menyaksikan
betapa pasukan Timur Leng yang gigih terus bergerak di tengah semakin
menipisnya perbekalan dan dilanda kelelahan.
Suatu pagi, Timur Leng membagi pasukannya
dalam tujuh divisi yang dipimpin oleh anak-anaknya sendiri, didampingi beberapa
jenderal yang berpengalaman. Ia sendiri memimpin divisi sentral bersama para
veteran perang dan jenderal-jenderalnya. Serangan pertama dilancarkan, dipimpin
oleh komandan bernama Saifuddin. Sementara divisi sentral diperintahkannya
terus maju di bawah pimpinan putranya sendiri, Miran Shah.
Pasukan ini menggempur habis pasukan Toktamish. Dan Tokatamish lari
tundang-langgang. Maka Timur Leng pun terus mengejar Gerombolan Emas yang
meninggalkan barang rampasan cukup banyak. Beberapa hari kemudian Timur Leng
menggempur Serai dan Astara Khan di kawasan sungai Volga. Dan akhirnya
terbayarlah dendamnya terhadap Toktamish yang pernah membakar kota Bukhara.
Timur Leng kemudian merangsek di
sepanjang Sungai Don dan akhirnya menginjakkan kaki di Moskow tanpa hambatan.
Para bangsawan dari Kekaisaran Rusia lari tunggang langgang. Tak lama kemudian
Timur Leng pulang, tanpa sempat masuk ke dalam kota Moskow. Dalam perjalanan
pulang, ia menggempur benteng batu yang disebut Takrit milik bangsa Georgia di
Rusia bagian selatan yang suka berperang. Pasukan Timur Leng berusaha
menaklukkan benteng Takrit dengan memanjat tali. Akhirnya benteng yang dibangun
di puncak bukit karang itu bisa.
Sasaran selanjutnya ialah Persia. Timur Leng tiba di Persia pada 1386 M
dengan sejumlah besar prajurit. Ia sempat menyelesaikan pertikaian antara para
pangeran Kesultanan Persia yang dipimpin oleh Sultan Muzaffar. Suatu ketika
Mansur, salah seorang putra mahkota, membunuh beberapa kepala suku Tartar,
mendorong pasukan Tartar merebut Isfahan. Semua putra mahkota menyerah, kecuali
Mansur yang melarikan diri ke pegunungan. Tak berapa lama kemudian, Shiraz pun
ditaklukkannya pula. Di sini ia bertemu dengan Hafiz, penyair Persia yang
sangat terkenal.
Tembok Batu
pasukanottoman.wordpress.com |
Selama musim semi tahun 1399, Timur Leng menyerbu India melalui Khayber
Pass. Hanya menghadapi perlawanan kecil, pasukannya terus merangsek ke Delhi
tanpa kesulitan. Selesai dengan urusan di India, ia pulang dengan membawa
pasukan gajah dan 200 orang tukang batu untuk membangun fondasi masjid
Samarkand. Tak lama kemudian Timur Leng merebut Baghdad dengan kekerasan.
Setelah itu, ia mulai mengincar
Kekaisaran Turki. Mula-mula ia menulis surat kepada Kaisar Turki, Bayazid
Yildrim, minta agar kaisar tidak membantu Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari
Baghdad. Bayazid menjawab surat dengan kalimat-kalimat yang bernada sombong dan
tidak sopan. Karuan saja, Timur Leng pun berang. Namun, ia tak segera menyerang
Bayazid, karena menyadari dikelilingi oleh banyak musuh dari segenap penjuru.
Ia bertekad menghancurkan mereka satu persatu. Mula-mula ia bergerak ke Syria,
menaklukkan suku Turkoman di selatan Rusia. Setelah itu ia melumpuhkan Sultan
Mameluk dari Mesir dekat Aleppo, kemudian bergerak ke Damaskus.
Pasukan Timur Leng bahkan mengejar pasukan Mesir sampai keluar Palestina.
Divisi yang lain bergerak ke Baghdad. Dalam waktu hanya 14 bulan, ia telah
melancarkan dua perang besar, beberapa peperangan kecil dan merebut hampir satu
lusin kota yang dibentengi tembok batu yang kukuh. Ia berhasil menghancurkan
sekutu Bayazid. Merasa terancam oleh ekspansi agresif Timur Leng, pada awal
1402 Masehi, Bayazid mengerahkan kekuatan sebanyak 200.000 prajurit.
Sebelum menyerang Bayazid yang berkuasa
di Turki, Timur Leng mempelajari negeri geografi daerah-daerah yang akan
diserangnya. Ternyata daerah itu tidak cocok untuk pasukan kavaleri. Ia lalu
bergerak ke selatan dan terus maju menyisir sepanjang lembah sungai Halys. Di
sana ia mengatur dua siasat: melepas kuda sambil menunggu untuk menyerang, atau
maju terus menjelajah. Timur Leng memilih taktik kedua: memaksa pasukan Turki
menunggu sedemikian rupa agar senantiasa mengikuti gerak-geriknya.
Tentara Turki yang kebanyakan infantry itu cepat merasa lelah. Bayazid pun
mengikuti perjalanan Timur Leng, berjalan cepat selama seminggu, sehingga
lelah, haus dan lapar. Akhirnya, Timur Leng menduduki pangkalan utama pasukan
Bayazid yang menyimpan persediaan makanan dan minuman. Maka, buru-buru Bayazid
menyerang, sementara pasukan Tartar yang tangguh bertahan sekuat tenaga. Dan
Bayazid pun bertekuk lutut.
Bayazid pun dibawa ke hadapan Timur Leng
yang menerimanya dengan penuh hormat,
mendudukkannya di sampingnya. Istri dan jubahnya yang tertangkap
dikembalikan kepada Bayazid. Selepas menaklukkan Bayazid, Timur Leng bergerak
ke Smirna – sebuah kota kecil yang dikenal sebagai gerbang masuk ke Eropa. Tak
tahan menghadapi pasukan Timur Leng, pasukan Kurra Yusuf dan Sultan Ahmad dari
Baghdad menyingkir ke Arabia dan Mesir. Belakangan Sultan Mameluk dari Mesir
dan beberapa raja dan kaisar dari Eropa buru-buru menyatakan taat dan setia.
Mereka bersedia membayar upeti tahunan.
Putra Mahkota
Kini, Timur Leng bertekad mewujudkan ambisinya yang terakhir: menaklukkan
Cina. Dengan menaklukkan negeri ini, ia menganggap dirinya sebagai penakluk
terbesar yang mampu menundukkan kekuatan paling besar di dunia. “Kita telah
menaklukkan seluruh daratan Asia kecuali Cina. Anda semua menjadi sahabatku
dalam peperangan dan tak pernah gagal merebut kemenangan. Untuk merebut Cina,
tak begitu banyak kekuatan yang kita butuhkan,” kata Timur Leng kepada Dewan
Putra Mahkota.
![]() |
berandabuleni.blogspot.com |
Dengan membawa seperempat juta prajurit, ia menyerbu Cina. Saat itu kebetulan musim dingin sedang mencapai puncaknya. Meski demikian, ia maju terus. Pasukan Tartar itu tiba di Ortar dengan selamat untuk beristirahat selama musim dingin yang menggigit. Sesudah musim dingin reda, ia akan melanjutkan penyerbuan. Tapi sayang, pada bulan Maret 1405, ia meninggal dunia. Dan penyerbuan ke Cina pun urung. Dan pasukan Tartar pun serta merta menyerah kepada Kaisar Cina.
Begitu pemimpin besar Tartar itu wafat,
terjadilah perebutan kekuasaan di antara anak-anaknya: Muhammad Jehanekir dan
Khalil. Setelah bertempr hebat Khalil menang, namun tidak berapa lama ia
dikudeta oleh saudaranya yang lain, Syakh Rukh (1405-1447). Syakh Rukh dan
anaknya, Ulugh Bey (1447-1449) memerintah negeri Tartar dengan cukup. Ilmu
pengetahuan kembali berkembang. Namun tidak lama kemudian, pada 1469, kekuasaan
keluarga Timur Leng itu pun ambruk.
Timur Leng sesungguhnya bukan hanya
seorang kaisar penakluk kawasan yang luas di Asia dan Eropa, melainkan juga
seorang penguasa yang cinta ilmu dan kebudayaan. Ia menyemarakkan kota asalnya
Samarkand dengan istana, gedung dan taman-taman yang megah indah, dengan
jalan-jalan yang lebar. Ia juga membangun sebuah masjid raya hanya dalam waktu
sebulan sebagai pusat ilmu dan kebudayaan. Ia juga mengembangkan gaya
arsitektur baru dengan selera tinggi.
Ketika itu, bisnis dan perdagangan juga
berkembang pesat. Samarkand dan Tabriz menjelma menjadi pusat perdagangan besar
di dunia timur. Rute perdagangan antarbenua yang telah diblokir selama ratusan
tahun dibuka kembali. Timur Leng juga mengentaskan orang-orang miskin. Ia
mendirikan rumah-rumah sederhana untuk menampung orang-orang cacat dan lemah.
Wilayah kekuasannya juga dibersihkan dari perampok dan pencuri. Para hakim dan
komandan tentara bertanggungjawab
terhadap keamanan di daerah masing-masing.
Meski dikenal sebagai pemimpin besar,
Timur Leng adalah orang yang sederhana dan suka berterus terang. Ia tidak
menyukai sikap sombong, kebiasaan pesta pora. Ia tak pernah memakai gelar
kebesaran sebagai kaisar. Dalam surat-menyurat, ia lebih suka menggunakan
kalimat seperti, “Saya, Timur, pengabdi Allah, menyatakan….”
Domery Alpacino dari berbagai sumber
Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah
mantap timur leng ( Si pincang dari Timur )
BalasHapus