Laman

Minggu, 15 Juli 2007

Surga yang Bloong

Tak lengkap rasanya profesi keartisan bila tak meniru gaya hidup bintang-bintang Hollywood. Anggapan ini, seakan kian melekat pada diri selebritis kita.

gosipsensasi.blogspot.com
Memang, dari dulu, Hollywood menjadi referensi utama menyangkut gaya hidup maupun tingkah polah para artis negara manapun. Dari kehidupan yang gemerlap, seks bebas, hingga narkoba. Tak terkecuali dengan Indonesia. Padahal, realitas sesungguhnya menunjukkan, gaya hidup seperti ini tak seratus persen benar.

Di Indonesia, semuanya memang salah kaprah. Terbukti, pernah muncul suatu periode di kalangan artis yang memberikan label; tak keren atau tak gaul bila belum memakai narkoba. Tapi, rupanya era itu sudah lewat dan mulai berlalu. Anggapan itu pun, kini, berputar haluan. Mereka percaya bahwa yang keren adalah yang bersih: clean dan tak pakai narkoba. Bila sekarang masih ada yang terjerembab ke arah itu, tak bisa "hidup" tanpa narkoba, itu adalah fenomena tersendiri.


m.indopos.co.id
Menurut Nurul Arifin, dalam sebuah acara dialog AIDS di Balikpapan, Kalimantan Timur beberapa bulan lalu, hampir 70 persen artis Indonesia diyakini pernah mengkonsumsi narkoba. Meski, sejauh ini belum banyak diketahui apa alasan mereka menggunakannya. Artis peran yang juga aktifis AIDS ini hanya mengungkapkan, sejumlah artis kita kerap melakukan hubungan seks bebas. Perilaku semacam itulah yang berisiko menjamurnya virus HIV/ AIDS. Repotnya lagi, kalau si artis itu adalah pemakai narkoba. "Ini saya sampaikan untuk memberikan gambaran kepada masyarakat bahwa pemakaian narkoba saat ini sudah cukup riskan dalam dunia artis," tutur istri Mayong Suryo Laksono, pembawa acara Sinema-Sinema di RCTI itu.

Boleh jadi, pernyataan Nurul benar atau malah hanya sekadar ingin membuat kita terkesiap. Yang jelas, masih sedikit dari sederet artis kita yang mengaku secara terbuka atau ketahuan pernah mengonsumsi narkoba. Bahwa kemudian media massa menyebut nama-nama mereka, ketika mereka ketanggor di kepolisian, kegerebek atau sudah mati overdosis. Media massa segera saja seperti burung pemakan bangkai yang berebut mangsa, saat diketahui seorang artis ketangkap atau digiring oleh polisi. Berita-berita selebritis memang Iayak "dijual", kemudian dijadikan headline di media masing-masing.

tvguide.co.id
Tujuannya tak lain, selain memberi informasi yang benar, tindakan ini semata untuk menggenjot oplah mereka. Sebut saja beberapa artis yang "masuk perangkap pers" tatkala kejeblos masalah narkoba, kemudian masuk penjara. Mereka antara lain, Henky Tornado, Faradila Sandy, Yoan Tanamal, Polo, dan Doyok. Yang lainnya lagi, semacam Novia Ardhana, grup musik Slank, Ari Lasso, Conny Constantia, boleh disebut artis yang kemudian aktif memerangi masalah narkoba. Tak ubahnya Ria lrawan, Gito Rollies, adalah nama-nama artis yang kini lebih senang disebut aktivis anti antinarkoba.

Bukan berarti artis yang menjadi aktivis pasti pernah mencicipi narkoba. Tamara Geraldine, sama sekali belum bersentuhan dengan narkoba tapi peduli.

Begitulah, di antara mereka ada yang bertobat setelah ter-tangkap aparat dan masuk hotel prodeo atau menunggu giliran berikutnya karena masih ditahan di Polsek, menunggu proses pengadilan. Lainnya, ada yang tobat setelah merasa tidak ada manfaatnya mencicipi "nikmat-nya" narkoba. Doyok, misalnya, mengaku pernah mengkonsumsi jenis shabu-shabu sekitar enam bulan lamanya. Artis Ketoprak Humor itu mengaku, awalnya hanya sekadar coba-coba. "Akhirnya, lama-lama keranjingan," kata lelaki bertubuh ramping ini berterus terang. Setelah ada yang menginformasikan bahwa ia pengedar dan bandar narkoba di
kalangan artis, Doyok pun ditangkap dan dijebloskan dalam penjara anak-anak Tangerang, Banten, selama satu tahun.

Di penjara itu, sang pelawak merasa kerasan. "Suasananya sangat beda dengan penjara Cipinang atau Salemba," ujar pemilik nama asli Sudarmaji ini.

la berpendapat penjara itu, tingkat kriminalnya relatif kecil. Maka tatkala dirinya hendak dipindahkan ke penjara dewasa Tangerang atau Cipinang, dia menolak dan mengaku sedih. Di penjara, Doyok mengaku banyak belajar kembali soal kehidupan. la menjadi instrospeksi. Bahwa apa yang dipero-lehnya di luar sana, harus disyukuri tanpa perlu dibuang ke hal-hal yang tidak perlu.

Sempat mencoba shabu, di saat menjadi artis tenar, kala di penjara Doyok bertobat. la berjanji tak akan mengonsumsi semacam itu lagi. Walau ia tak menampik, jika disebutkan barang-barang terlarang tersebut bisa masuk juga ke penjara. "Tapi saya hanya dengar, belum pernah lihat langsung," ujarnya.  

Mengaku terkesan dalam hidupnya saat di penjara. "Bukan soal kasusnya karena narkoba atau bukan," ujarnya. Doyok menyebutkan, bagaimana kini ia merasakan sebuah kasih seorang istri, baik dalam suka maupun duka. "Kalau yang lain-lain, saat senang saja dekat sama kita," ujarnya.

Doyok mengaku selalu dibawakan makanan satu rantang besar dengan kapasitas sepuluh orang oleh istrinya selama di penjara. ''Banyak deh, hal-hal lain yang membuat saya tambah mengerti arti kehidupan," ujar-nya.

Sempat shock dan merana juga, tatkala semua kontrak show di delapan tempat dibatalkan, dan panjernya dikembalikan secara ikhlas. "Semua itu, harus diterima sebagai sebuah konsekuensi," kata Doyok.

Bebas dari penjara, bukan berarti problem selesai. Doyok mengaku, ia menyandang dua vonis. Pertama, vonis dari sang hakim yang sudah dijalaninya selama satu tahun. "Vonis kedua, ya dari masyarakat," ujarnya.

la sangat berharap, ketika dirinya kembali berbaur di masyarakat dan dipercaya sebuah produk untuk menjadi bintang iklannya. "Mereka tidak memindahkan saluran TV-nya," ungkapnya terkekeh.

Doyok merasa bersyukur, keinginannya bisa terlaksana. Sampai-sampai, Polo, rekan karibnya sesama artis merasa heran. Setelah beberapa lama keluar dari penjara, Polo mengirim short message service (SMS) ke sang pemilik kumis tebal itu. "Hebat tenan, kamu pakai dukun siapa sih?" tulis Polo, yang dituturkan Doyok.

thedivorceedarestodream.blogspot.com
Polo memang pernah senasib dengan Doyok. Mulanya, ia hanya mencicipi karena bujukan teman-temannya. "Kalau kita ke tempat teman, ditawarinya singkong. Sekarang karena gaul, tawaran itu berganti spong sama jarum suntik," ungkap Polo, nama panggilan yang terinspirasi dari nama dewa kesenian Yunani, Apolo.

Karena merasa "nikmat", Polo mengaku ketagihan selama tiga bulan. Saat mempersiapkan fasilitas untuk mertua di Hotel Mega Matra itulah - karena akan menyambut kelahiran cucunya yang pertama - Polo yang punya nama asli Barata Nugraha ini, ditangkap polisi. "Mereka menangkap saya semata-mata karena profesi," ujarnya.

la pun akhirnya dijebloskan ke penjara Cipinang, Jakarta, dan menghuni hotel prodeo selama tujuh bulan, lebih singkat dibanding Doyok. Dalam penjara, Polo mengaku tetap ditawari untuk mengisap shabu-shabu dan obat setan jenis lainnya. "Itu sudah menjadi rahasia umum," tutur bapak dari seorang anak bernama Junior Agung Tegal Nugraha.

Tapi, berkat semangatnya yang kuat, Polo selalu menolaknya dengan halus. Lepas dari penjara, tampaknya Polo ingin mengubur dalam-dalam masa lalunya yang kelam. la kembali menata diri menjadi bagian dari sebuah keluarga bahagia. "Mencintai keluarga lebih banyak dan hidup bersama keluarga tanpa membentuk suatu koloni yang berbeda ketika kita berprofesi," ungkap Polo, tulus.

Meski tidak ikut aktif berkampanye tentang narkoba, Polo tetap ingin berjuang. "Berjuang memberantas narkoba tidak harus gembar-gembor, yang penting memberikan hasil nyata. Kalau sebagian artis ikut Granat (Gerakan Antinarkoba), Geram, dan lain sebagainya, maka saya akan bikin BOM saja alias Bekas Orang Makai," kata Polo terkekeh.

Polo merasa dirinya belum sanggup ikut kampanye memberantas narkoba. Dan, saat salah seorang perwira tinggi kepolisian minta tolong untuk membantunya, dengan enteng penggemar musik jazz ini berucap, "Apa yang mau diberantas, Pak? Kalau sapunya saja masih berantakan."

Hanya saja, Polo menyarankan kepada para juru kampanye antinarkoba bila menginformasikan sesuatu, janganlah membuat mereka ketakutan. Pasalnya, ketakutan akan hilang bila tidak lagi mereka merasa takut. "Buatlah mereka mengerti, termasuk korban yang makin banyak masuk penjara," ujarnya.

"Para korban pun sebaiknya di rehabiIitasi," saran Polo. Polo memang tidak pernah mengatakan untuk tidak mengkonsumsi narkoba. Tapi, baginya, hidup mempunyai tanggung jawab masing-masing. "Bila kita ingin hidup bahagia, maka tidak perlu mengonsumsi narkoba," papar Polo berdiplomasi.

Sementara, bagi artis yang pernah mengonsumsi narkoba dan belum sempat "mencicipi" nikmatnya hidup di hotel prodeo, tentu saja beruntung. Kini setelah tobat alias bebas narkoba, hidup mereka lebih sehat, babagia, dan tambah berprestasi.

www.luwuraya.net
Sebut saja Novia Ardhana. Semula Novia tercebur dalam dunia yang menyesatkan ini akibat salah gaul. la tahu betul bagaimana rasanya menderita saat mengkonsumsi obat-obatan setan ini. "Awalnya sih asyik aja bergaul dengan mereka dan menikmati bujukan obat setan itu," ujarnya. Tapi, efek berikutnya terasa. Lama-lama, "Saya tak bisa konsentrasi, badan rasanya lemes dan males."

Ketika mulai terimbas akibat penggunaan obat setan itu, karir Novia yang sudah mulai menanjak menjadi terhempas. Akibatnya, tak satu pun tawaran main sinetron mampir padanya. Bukan hanya itu, teman-teman sesama artis menjauhinya. "Dunia rasanya menjadi sepi sekali. Sendirian, tidak ada yang mau menyapa lagi." Menyadari hal itu, Novia kemudian sekuat tenaga keluar dari lingkaran hitam itu. Berkat kesadaran, kemauan keras, dan dukungan dari keluarga dan lingkungan, akhirnya Novia bisa bebas dari narkoba.

Kini sudah tiga tahun ia hidup sehat dan bebas dari ketergantungan pada obat-obatan terlarang. "Saya aktif di Granat, sebuah organisasi yang mencoba menyadarkan masyarakat akan bahayanya penyalahgurraan obat-obat terlarang," ujarnya.

d2sule.blogspot.com
Hal yang sama dilakukan grup musik kenamaan, Slank. Slank yang mengaku anak muda slengean (seenak-enaknya, apa adanya, berani, yakin, sembarangan, sembrono, tapi punya sikap) itu, dulu personilnya hampir semua pecandu madat
alias narkoba.

Karena tingkah lakunya itu, perlahan tapi pasti, pengaruh Slank menebar di kalangan anak muda. Mungkin benar, jika ada yang mengatakan Slank merupakan simbol pembebasan generasi muda tahun 1990-an. Tak bisa dipungkiri banyak remaja slengean yang kemudian terhipnotis dengan drugs.

Merasa makin terpuruk dan tak mampu berkreasi dengan baik, tak merasa ada manfaatnya"menikmati" obat-obatan setan itu, mereka bertobat. Dan, Slank, yang merupakan personifikasi sebagian anak muda masa kini bebas dari drugs.

nyolongmp3.net
Demikian halnya dengan Ari Lasso, mantan salah satu grup musik Dewa. la pun awalnya mengkonsumsi narkoba sekadar iseng. Semua obat setan itu, menurut bapak satu anak ini, pernah dicobanya. la pernah mencoba mulai dari shabu-shabu, putauw, jarum suntik hingga heroin. "Saya mengonsumsi obat-obat setan itu dari 1993 hingga 2000 tutur Ari terus terang.

Namun, lama-kelamaan tak sekadar mencoba. Malah, pikiran yang seharusnya tenang , berbalik menjadi kacau. Kehidupan pun menjadi rusak. Bahkan, Ari sempat meninggalkan keluarga yang dicintainya: istri dan saudara-saudaranya. Kawan-kawan Ari juga semakin menjauhinya. Setelah bertobat, Ari mengaku lebih kreatif dalam mencipta lagu dan berkumpul bersama keluarganya dengan bahagia.

Dunia yang sama pernah dilakoni  Ari Wibowo. Lelaki dengan tinggi 184 cm/74 kg itu, sekadar mencoba. Selanjutnya, aktor ganteng ini mulai jatuh cinta dan ketagihan. "Namanya obat kalau sering dikonsumsi, bikin ketagihan," tutur pria kelahiran Jerman, 31 tahun lalu ini.

www.republika.co.id
Menurut Ari, awalnya seolah semua rasanya indah. Efeknya bertahan selama enam jam. Setelah itu, tiga hari rasanya seperti orang bego. "Setelah saya merasakan seperti itu, kayanya bukan untuk saya," ungkap pemeran Dr. Elman dalam Sinetron Cinta Berkalang Noda ini.

Ari pun meninggalkan dunia hitam itu, sesudah tujuh tahun berlalu. Kini, perhatian Ari terhadap anak-anak begitu besar. Salah satu bentuk kepeduliannya terhadap remaja adalah dengan bergabungnya ia ke Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).

Sudah sejak tahun 2001, Ari masuk ke YCAB, sebuah lembaga yang memberi perhatian penuh terhadap obat-obatan terlarang. Bahkan, dalam Hari Antimadat Sedunia yang berlangsung pada 26 Juni 2002 lalu, Ari ikut turun ke jalan untuk berkampanye menentang madat. "Kalau Anda pikir saya masuk YCAB karena ingin membuat sensasi, Anda salah," ujarnya.

Perhatian lebih kepada remaja ini, menurut adik artis Ira Wibowo ini, karena ia juga melihat sudah begitu banyak korban akibat penyalahgunaan narkoba. "Maaf nih, selama ini kapanye anti narkoba yang adaa sangat tidak efektif," ujarnya. Misalnya, ia mencontohkan bagaimana dalam seminar dipakai artis yang sudah bertobat.

“Padahal, menurut statistik, hanya satu dari sepuluh pecandu yang berhasil disembuhkan dan yang sembilan lainnya masih terus memakai," rincinya. Karena itu, faktor pribadi bahwa dirinya ingin berhenti, itu justru yang sangat penting.

Kedua, faktor lingkungan. "Kalau masih bergaul dengan ling-kungan yang sama, ya sama aja bohong. Karena itu, harus berani menjauhi teman-teman pemakai dan mencari teman-teman baru yang bersih," imbau Ari.

Faktor yang tidak kalah pentingnya adalah perhatian dan pengetahuan orang tua tentang jenis obat-obat setan ini. Dari keciI, anak didik dilatih untuk bisa terbuka dengan orang tuanya.

Pusat rehabilitasi yang selama ini aktif pun di bidang penanggulangan primer dengan berkampanye anti narkoba masuk ke sekolah-sekolah menengah pertama dan atas di kota-kota besar, ada suka dukanya. "Saya kok merasa kesulitan bila sekadar mengajak teman-teman sesama artis yang menginjak usia 25 tahun ke atas," ujarnya.

Ari mengaku target usia 12-18 tahun, biasanya lebih mudah diberikan penyuluhan. Apalagi melihat artis bersih dari narkoba itu lebih mudah diterima. Begitu pula sebaliknya, orang tua harus tahu juga tentang narkoba dan bahayanya. Misalnya, seperti apa benda berbentuk shabu-shabu, ekstasi atau heroin itu, bagaimana alat untuk menyabu, dan sebagainya. "Jadi, ketika para orang tua masuk kamar si anak, bila melihat  foil atau bong, bukan dikira alat-alat pratikum milik laboratorium sekolah," sela Polo.

Domery Alpacino
Catatan: Pernah dimuat di majalah HelthNews, Juli 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar