Tak lengkap rasanya profesi keartisan
bila tak meniru gaya hidup bintang-bintang Hollywood. Anggapan ini, seakan kian
melekat pada diri selebritis kita.
![]() |
gosipsensasi.blogspot.com |
Di
Indonesia, semuanya memang salah kaprah. Terbukti, pernah muncul suatu periode
di kalangan artis yang memberikan label; tak keren atau tak gaul bila belum
memakai narkoba. Tapi, rupanya era itu sudah lewat dan mulai berlalu. Anggapan
itu pun, kini, berputar haluan. Mereka percaya bahwa yang keren adalah yang
bersih: clean dan tak pakai narkoba. Bila sekarang masih ada yang terjerembab
ke arah itu, tak bisa "hidup" tanpa narkoba, itu adalah fenomena
tersendiri.
m.indopos.co.id |
Menurut
Nurul Arifin, dalam sebuah acara dialog AIDS di Balikpapan, Kalimantan Timur
beberapa bulan lalu, hampir 70 persen artis Indonesia diyakini pernah
mengkonsumsi narkoba. Meski, sejauh ini belum banyak diketahui apa alasan
mereka menggunakannya. Artis peran yang juga aktifis AIDS ini hanya
mengungkapkan, sejumlah artis kita kerap melakukan hubungan seks bebas. Perilaku
semacam itulah yang berisiko menjamurnya virus HIV/ AIDS. Repotnya lagi, kalau
si artis itu adalah pemakai narkoba. "Ini saya sampaikan untuk memberikan
gambaran kepada masyarakat bahwa pemakaian narkoba saat ini sudah cukup riskan
dalam dunia artis," tutur istri Mayong Suryo Laksono, pembawa acara
Sinema-Sinema di RCTI itu.
Boleh jadi,
pernyataan Nurul benar atau malah hanya sekadar ingin membuat kita terkesiap.
Yang jelas, masih sedikit dari sederet artis kita yang mengaku secara terbuka
atau ketahuan pernah mengonsumsi narkoba. Bahwa kemudian media massa menyebut
nama-nama mereka, ketika mereka ketanggor di kepolisian, kegerebek atau sudah
mati overdosis. Media massa segera saja seperti burung pemakan bangkai yang berebut
mangsa, saat diketahui seorang artis ketangkap atau digiring oleh polisi.
Berita-berita selebritis memang Iayak "dijual", kemudian dijadikan
headline di media masing-masing.
tvguide.co.id |
Tujuannya
tak lain, selain memberi informasi yang benar, tindakan ini semata untuk
menggenjot oplah mereka. Sebut saja beberapa artis yang "masuk perangkap
pers" tatkala kejeblos masalah narkoba, kemudian masuk penjara. Mereka
antara lain, Henky Tornado, Faradila Sandy, Yoan Tanamal, Polo, dan Doyok. Yang
lainnya lagi, semacam Novia Ardhana, grup musik Slank, Ari Lasso, Conny
Constantia, boleh disebut artis yang kemudian aktif memerangi masalah narkoba.
Tak ubahnya Ria lrawan, Gito Rollies, adalah nama-nama artis yang kini lebih senang
disebut aktivis anti antinarkoba.
Bukan berarti
artis yang menjadi aktivis pasti pernah mencicipi narkoba. Tamara Geraldine,
sama sekali belum bersentuhan dengan narkoba tapi peduli.
Begitulah,
di antara mereka ada yang bertobat setelah ter-tangkap aparat dan masuk hotel
prodeo atau menunggu giliran berikutnya karena masih ditahan di Polsek,
menunggu proses pengadilan. Lainnya, ada yang tobat setelah merasa tidak ada
manfaatnya mencicipi "nikmat-nya" narkoba. Doyok, misalnya, mengaku
pernah mengkonsumsi jenis shabu-shabu sekitar enam bulan lamanya. Artis Ketoprak
Humor itu mengaku, awalnya hanya sekadar coba-coba. "Akhirnya, lama-lama
keranjingan," kata lelaki bertubuh ramping ini berterus terang. Setelah ada
yang menginformasikan bahwa ia pengedar dan bandar narkoba di
kalangan
artis, Doyok pun ditangkap dan dijebloskan dalam penjara anak-anak Tangerang,
Banten, selama satu tahun.
Di penjara
itu, sang pelawak merasa kerasan. "Suasananya sangat beda dengan penjara
Cipinang atau Salemba," ujar pemilik nama asli Sudarmaji ini.
la
berpendapat penjara itu, tingkat kriminalnya relatif kecil. Maka tatkala
dirinya hendak dipindahkan ke penjara dewasa Tangerang atau Cipinang, dia
menolak dan mengaku sedih. Di penjara, Doyok mengaku banyak belajar kembali
soal kehidupan. la menjadi instrospeksi. Bahwa apa yang dipero-lehnya di luar
sana, harus disyukuri tanpa perlu dibuang ke hal-hal yang tidak perlu.
Sempat
mencoba shabu, di saat menjadi artis tenar, kala di penjara Doyok bertobat. la
berjanji tak akan mengonsumsi semacam itu lagi. Walau ia tak menampik, jika
disebutkan barang-barang terlarang tersebut bisa masuk juga ke penjara.
"Tapi saya hanya dengar, belum pernah lihat langsung," ujarnya.
Mengaku
terkesan dalam hidupnya saat di penjara. "Bukan soal kasusnya karena narkoba
atau bukan," ujarnya. Doyok menyebutkan, bagaimana kini ia merasakan
sebuah kasih seorang istri, baik dalam suka maupun duka. "Kalau yang
lain-lain, saat senang saja dekat sama kita," ujarnya.
Doyok
mengaku selalu dibawakan makanan satu rantang besar dengan kapasitas sepuluh
orang oleh istrinya selama di penjara. ''Banyak deh, hal-hal lain yang membuat
saya tambah mengerti arti kehidupan," ujar-nya.
Sempat shock
dan merana juga, tatkala semua kontrak show di delapan tempat dibatalkan, dan
panjernya dikembalikan secara ikhlas. "Semua itu, harus diterima sebagai
sebuah konsekuensi," kata Doyok.
Bebas dari
penjara, bukan berarti problem selesai. Doyok mengaku, ia menyandang dua vonis.
Pertama, vonis dari sang hakim yang sudah dijalaninya selama satu tahun.
"Vonis kedua, ya dari masyarakat," ujarnya.
la sangat
berharap, ketika dirinya kembali berbaur di masyarakat dan dipercaya sebuah
produk untuk menjadi bintang iklannya. "Mereka tidak memindahkan saluran
TV-nya," ungkapnya terkekeh.
Doyok merasa
bersyukur, keinginannya bisa terlaksana. Sampai-sampai, Polo, rekan karibnya
sesama artis merasa heran. Setelah beberapa lama keluar dari penjara, Polo mengirim
short message service (SMS) ke sang
pemilik kumis tebal itu. "Hebat tenan, kamu pakai dukun siapa sih?"
tulis Polo, yang dituturkan Doyok.
thedivorceedarestodream.blogspot.com |
Polo memang
pernah senasib dengan Doyok. Mulanya, ia hanya mencicipi karena bujukan
teman-temannya. "Kalau kita ke tempat teman, ditawarinya singkong.
Sekarang karena gaul, tawaran itu berganti spong sama jarum suntik,"
ungkap Polo, nama panggilan yang terinspirasi dari nama dewa kesenian Yunani,
Apolo.
Karena
merasa "nikmat", Polo mengaku ketagihan selama tiga bulan. Saat
mempersiapkan fasilitas untuk mertua di Hotel Mega Matra itulah - karena akan
menyambut kelahiran cucunya yang pertama - Polo yang punya nama asli Barata
Nugraha ini, ditangkap polisi. "Mereka menangkap saya semata-mata karena
profesi," ujarnya.
la pun
akhirnya dijebloskan ke penjara Cipinang, Jakarta, dan menghuni hotel prodeo
selama tujuh bulan, lebih singkat dibanding Doyok. Dalam penjara, Polo mengaku
tetap ditawari untuk mengisap shabu-shabu dan obat setan jenis lainnya.
"Itu sudah menjadi rahasia umum," tutur bapak dari seorang anak
bernama Junior Agung Tegal Nugraha.
Tapi, berkat
semangatnya yang kuat, Polo selalu menolaknya dengan halus. Lepas dari penjara,
tampaknya Polo ingin mengubur dalam-dalam masa lalunya yang kelam. la kembali
menata diri menjadi bagian dari sebuah keluarga bahagia. "Mencintai
keluarga lebih banyak dan hidup bersama keluarga tanpa membentuk suatu koloni
yang berbeda ketika kita berprofesi," ungkap Polo, tulus.
Meski tidak
ikut aktif berkampanye tentang narkoba, Polo tetap ingin berjuang. "Berjuang
memberantas narkoba tidak harus gembar-gembor, yang penting memberikan hasil
nyata. Kalau sebagian artis ikut Granat (Gerakan Antinarkoba), Geram, dan lain
sebagainya, maka saya akan bikin BOM saja alias Bekas Orang Makai," kata
Polo terkekeh.
Polo merasa
dirinya belum sanggup ikut kampanye memberantas narkoba. Dan, saat salah
seorang perwira tinggi kepolisian minta tolong untuk membantunya, dengan enteng
penggemar musik jazz ini berucap, "Apa yang mau diberantas, Pak? Kalau
sapunya saja masih berantakan."
Hanya saja,
Polo menyarankan kepada para juru kampanye antinarkoba bila menginformasikan
sesuatu, janganlah membuat mereka ketakutan. Pasalnya, ketakutan akan hilang
bila tidak lagi mereka merasa takut. "Buatlah mereka mengerti, termasuk
korban yang makin banyak masuk penjara," ujarnya.
"Para
korban pun sebaiknya di rehabiIitasi," saran Polo. Polo memang tidak
pernah mengatakan untuk tidak mengkonsumsi narkoba. Tapi, baginya, hidup
mempunyai tanggung jawab masing-masing. "Bila kita ingin hidup bahagia,
maka tidak perlu mengonsumsi narkoba," papar Polo berdiplomasi.
Sementara,
bagi artis yang pernah mengonsumsi narkoba dan belum sempat
"mencicipi" nikmatnya hidup di hotel prodeo, tentu saja beruntung.
Kini setelah tobat alias bebas narkoba, hidup mereka lebih sehat, babagia, dan
tambah berprestasi.
www.luwuraya.net |
Sebut saja Novia
Ardhana. Semula Novia tercebur dalam dunia yang menyesatkan ini akibat salah
gaul. la tahu betul bagaimana rasanya menderita saat mengkonsumsi obat-obatan
setan ini. "Awalnya sih asyik aja bergaul dengan mereka dan menikmati
bujukan obat setan itu," ujarnya. Tapi, efek berikutnya terasa. Lama-lama,
"Saya tak bisa konsentrasi, badan rasanya lemes dan males."
Ketika mulai
terimbas akibat penggunaan obat setan itu, karir Novia yang sudah mulai menanjak
menjadi terhempas. Akibatnya, tak satu pun tawaran main sinetron mampir
padanya. Bukan hanya itu, teman-teman sesama artis menjauhinya. "Dunia
rasanya menjadi sepi sekali. Sendirian, tidak ada yang mau menyapa lagi."
Menyadari hal itu, Novia kemudian sekuat tenaga keluar dari lingkaran hitam
itu. Berkat kesadaran, kemauan keras, dan dukungan dari keluarga dan
lingkungan, akhirnya Novia bisa bebas dari narkoba.
Kini sudah
tiga tahun ia hidup sehat dan bebas dari ketergantungan pada obat-obatan
terlarang. "Saya aktif di Granat, sebuah organisasi yang mencoba
menyadarkan masyarakat akan bahayanya penyalahgurraan obat-obat terlarang,"
ujarnya.
d2sule.blogspot.com |
Hal yang
sama dilakukan grup musik kenamaan, Slank. Slank yang mengaku anak muda
slengean (seenak-enaknya, apa adanya, berani, yakin, sembarangan, sembrono,
tapi punya sikap) itu, dulu personilnya hampir semua pecandu madat
alias
narkoba.
Karena
tingkah lakunya itu, perlahan tapi pasti, pengaruh Slank menebar di kalangan
anak muda. Mungkin benar, jika ada yang mengatakan Slank merupakan simbol pembebasan
generasi muda tahun 1990-an. Tak bisa dipungkiri banyak remaja slengean yang
kemudian terhipnotis dengan drugs.
Merasa makin
terpuruk dan tak mampu berkreasi dengan baik, tak merasa ada
manfaatnya"menikmati" obat-obatan setan itu, mereka bertobat. Dan,
Slank, yang merupakan personifikasi sebagian anak muda masa kini bebas dari
drugs.
![]() |
nyolongmp3.net |
Demikian
halnya dengan Ari Lasso, mantan salah satu grup musik Dewa. la pun awalnya
mengkonsumsi narkoba sekadar iseng. Semua obat setan itu, menurut bapak satu anak
ini, pernah dicobanya. la pernah mencoba mulai dari shabu-shabu, putauw, jarum
suntik hingga heroin. "Saya mengonsumsi obat-obat setan itu dari 1993
hingga 2000 tutur Ari terus terang.
Namun,
lama-kelamaan tak sekadar mencoba. Malah, pikiran yang seharusnya tenang ,
berbalik menjadi kacau. Kehidupan pun menjadi rusak. Bahkan, Ari sempat meninggalkan
keluarga yang dicintainya: istri dan saudara-saudaranya. Kawan-kawan Ari juga
semakin menjauhinya. Setelah bertobat, Ari mengaku lebih kreatif dalam mencipta
lagu dan berkumpul bersama keluarganya dengan bahagia.
Dunia yang
sama pernah dilakoni Ari Wibowo. Lelaki dengan
tinggi 184 cm/74 kg itu, sekadar mencoba. Selanjutnya, aktor ganteng ini mulai
jatuh cinta dan ketagihan. "Namanya obat kalau sering dikonsumsi, bikin
ketagihan," tutur pria kelahiran Jerman, 31 tahun lalu ini.
www.republika.co.id |
Menurut Ari,
awalnya seolah semua rasanya indah. Efeknya bertahan selama enam jam. Setelah
itu, tiga hari rasanya seperti orang bego. "Setelah saya merasakan seperti
itu, kayanya bukan untuk saya," ungkap pemeran Dr. Elman dalam Sinetron
Cinta Berkalang Noda ini.
Ari pun
meninggalkan dunia hitam itu, sesudah tujuh tahun berlalu. Kini, perhatian Ari
terhadap anak-anak begitu besar. Salah satu bentuk kepeduliannya terhadap
remaja adalah dengan bergabungnya ia ke Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB).
Sudah sejak
tahun 2001, Ari masuk ke YCAB, sebuah lembaga yang memberi perhatian penuh terhadap
obat-obatan terlarang. Bahkan, dalam Hari Antimadat Sedunia yang berlangsung
pada 26 Juni 2002 lalu, Ari ikut turun ke jalan untuk berkampanye menentang
madat. "Kalau Anda pikir saya masuk YCAB karena ingin membuat sensasi,
Anda salah," ujarnya.
Perhatian
lebih kepada remaja ini, menurut adik artis Ira Wibowo ini, karena ia juga
melihat sudah begitu banyak korban akibat penyalahgunaan narkoba. "Maaf
nih, selama ini kapanye anti narkoba yang adaa sangat tidak efektif,"
ujarnya. Misalnya, ia mencontohkan bagaimana dalam seminar dipakai artis yang
sudah bertobat.
“Padahal, menurut
statistik, hanya satu dari sepuluh pecandu yang berhasil disembuhkan dan yang
sembilan lainnya masih terus memakai," rincinya. Karena itu, faktor
pribadi bahwa dirinya ingin berhenti, itu justru yang sangat penting.
Kedua,
faktor lingkungan. "Kalau masih bergaul dengan ling-kungan yang sama, ya
sama aja bohong. Karena itu, harus berani menjauhi teman-teman pemakai dan
mencari teman-teman baru yang bersih," imbau Ari.
Faktor yang
tidak kalah pentingnya adalah perhatian dan pengetahuan orang tua tentang jenis
obat-obat setan ini. Dari keciI, anak didik dilatih untuk bisa terbuka dengan
orang tuanya.
Pusat rehabilitasi
yang selama ini aktif pun di bidang penanggulangan primer dengan berkampanye
anti narkoba masuk ke sekolah-sekolah menengah pertama dan atas di kota-kota
besar, ada suka dukanya. "Saya kok merasa kesulitan bila sekadar mengajak
teman-teman sesama artis yang menginjak usia 25 tahun ke atas," ujarnya.
Ari mengaku
target usia 12-18 tahun, biasanya lebih mudah diberikan penyuluhan.
Apalagi melihat artis bersih dari narkoba itu lebih mudah diterima. Begitu pula
sebaliknya, orang tua harus tahu juga tentang narkoba dan bahayanya. Misalnya,
seperti apa benda berbentuk shabu-shabu, ekstasi atau heroin itu, bagaimana
alat untuk menyabu, dan sebagainya. "Jadi, ketika para orang tua masuk
kamar si anak, bila melihat foil atau bong,
bukan dikira alat-alat pratikum milik laboratorium sekolah," sela Polo.
Domery
Alpacino
Catatan:
Pernah dimuat di majalah HelthNews, Juli 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar