Laman

Minggu, 04 Februari 2007

Ibu Kerajaan yang Turun dari Langit

domery
Masyarakat Doi Tung, ternyata dapat juga meninggalkan kebiasaan menanam dan memperdagangkan opium yang sudah turun-temurun ratusan tahun lamanya. Buah sukses masyarakat yang terletak di area pegunungan Doi Tung, sekitar 40 kilometer dari Bandara Internasional Chiang Rai, sisi utara Thailand ini, tidak datang dari satu sisi, melainkan dari semua komponen yang terlibat, baik masyarakat maupun para instrukturnya melalui Mae Fah Luang Foundation di bawah pengawasan kerajaan. 

Dalam bahasa Thailand, mae berarti ibu, fah adalah langit, dan luang berarti kerajaan. Jadi, arti harfiah Mae Fah Luang adalah “Ibu Kerajaan yang turun dari langit”. Penamaan itu sendiri berawal ketika 1965 Ratu Srinagarindra (Ibu kandung Raja  Thailand Bhumibol Adulyadej) datang untuk kali pertama membangun masyarakat terpencil di daerah ketinggian sekitar 1.500 meter dari permukaan laut ini dengan menggunakan helikopter. Maklum saat itu jalan raya belum dibangun. Karena itu, sangat mudah beralasan mengapa masyarakat pegunungan ini menyebutnya dengan panggilan “Ibu Kerajaan yang turun dari langit”.

Melalui proyek pemberdayaan dengan nama Doi Tung Development Project (DTDP) atau Proyek Pembangunan Doi Tung, akhirnya masyarakat yang menempati area pegunungan seluas 150 kilometer persegi yang didominasi pegunungan Nang Non ini kini dapat hidup mandiri dan sejahtera. Mampu mengintegrasikan perbaikan dan pelestarian alam dengan pembangunan sosial, budaya dan ekonomi (lihat infografis: Hasil Doi Tung Development Project).
domery
Padahal, delapan belas tahun lalu, saat DTDP baru berdiri, wilayah Doi Tung masih merupakan tempat hidup 11.000 mantan petani opium dari berbagai etnis minoritas, di mana opium merupakan obat terpenting masyarakat dan menjadi sumber pendapatan utama.

Sejak itu, Ratu Srinagarindra menjalankan dan menerapkan secara lebih intensif konsep substitusi atau alternatif tanaman pengganti opium – meneruskan perjuangan suaminya, Raja Mahidol (anak dari Raja Rama V dan Ratu Savang Vadhana) dalam perjuangannya melawan kultivasi opium sejak 40 tahun lalu.

Seiring dengan kegiatan Ratu, Raja juga memberikan kepada isntruktur agar opium jangan dihancurkan jika tanaman alternatif yang diusahakan tidak produktif.   “Berarti kami bisa saja menanam tanaman seperti anggur dan opium untuk beberapa periode. Pasalnya, penghapusan, meski benar secara politis, tapi tidak akan berhasil dengan sendirinya karena memang hal itu tidak bisa mengatasi akar masalah,” kata Ketua dan CEO Doi Tung Development Project, Mom Rajawongse Disnadda Diskul.

domery
Suka atau tidak, pembangunan memang membutuhkan waktu, waktu untuk beralih dari satu macam tanaman menuju diversifikasi tanaman, waktu untuk menerapkan perubahan ekonomi dan agrikultural, dan waktu untuk berkomitmen terhadap pembangunan infrastruktur sosial baru dan cara bekerja yang baru.

Pihak DTDP menyadari bahwa obat-obat dan kejahatan terkait hanyalah simptom alias gejala-gejala saja, sedangkan akar permasalahannya adalah kemiskinan dan kurangnya kesempatan.

DTDP juga paham bahwa masalah pembangunan adalah kompleks dan bahwa tidak ada cara instan, cepat dan murah bagi perubahan. Bantuan haruslah menyeluruh dan terintegrasi. “Sejak hari pertama proyek ini dijalankan, prinsip pendiri kami, Ibu Suri, adalah untuk membantu warga di Doi Tung sehingga mereka dapat membantu diri mereka sendiri. Kami tidak memberikan ikan pada warga miskin, tapi kami memberikan kail dan mengajarkan kepada mereka bagaimana cara memancing,” ujar Kuncen, sapaan akrab Mom Rajawongse Disnadda Diskul.

Domery Alpacino dari Doi Tung

catatan: Pernah dimuat di koran Jurnal Nasional 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar