Laman

Rabu, 20 Juli 2005

Kekerasan Tidak Tumbuh dari Pesantren

Ia perempuan pertama yang menduduki jabatan Direktur Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren) di Departemen Agama. Dalam memutuskan perkara, ia lebih dulu sering mendapatkan petunjuk lewat mimpi.


sabilululum.wordpress.com
Boleh jadi, kalau bukan anak KH. Mansyur Kholil, perempuan ini sudah banyak dikecam oleh para kiai Nahdhatul Ulama. Tapi, karena ia anak seorang kiai ternama – dan sekaligus pengasuh Pondok Pesantren An-Nur di daerah Lasem, Rembang – mereka “enggan” mengecamnya. Itulah perempuan beriman dan tawakal yang bernama Dra. Hj. Faiqoh M. Hum., yang kini menjabat sebagai Direktur Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren (Pekapontren), Departemen Agama (Depag).

Maklum, selain tradisi direktur Pekapontren biasa dipimpin oleh seorang kiai, salah satu tugas direktur ini adalah harus mengurusi madrasah diniyah dan pondok pesantren di seluruh Indonesia, yang kebanyakan dipimpin seorang ustad atau kiai. Harus diakui, sebagian kiai itu merasa “risih” bila dipimpin seorang perempuan.

Jumat, 08 Juli 2005

Si Pembela Kaum Lemah

Setelah memeluk Islam, rezekinya semakin berkah. Ia kini tampil sebagai ustaz, pengacara, dan pengusaha.

jadikanpinter.blogspot.com
JANGAN kaget jika suatu saat Anda mendengar seorang ustaz menyelingi ceramahnya dengan beberapa kalimat dalam bahasa Mandarin. Muballigh yang menerjemahkan ayat Al-Quran atau hadis itu memang berdarah Cina. Ia adalah Ustaz Abdul Rahman Hakim, yang nama aslinya Nio Cun Lai. Di bulan Maulid ini jadual dakwahnya cukup padat. Dari mesjid ke mesjid, dari kampung ke kampung, dari majelis taklim ke majelis taklim, dari kota ke kota. Ia juga pernah berdakwah ke Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Muangthai, Philipina Selatan.
Setiap kali ia berdakwah jemaah hampir selalu melimpah. Bukan hanya karena ceramahnya kocak, atau mampu menguras air mata jemaah, pesan-pesan moral juga banyak meluncur dari ustadz yang ujar-ujarannya lembut ini. Berlimpahnya jemaah itu barangkali juga lantaran ada pengurus majelis taklim yang memperkenalkan Abdul Rahman sebagai ustaz dari Hongkong atau Korea. Barangkali karena penasaran, jemaah pun membeludak hadir. Seperti tiga tahun lalu ketika ia memberi pengajian dalam acara maulud di sebuah majelis taklim Pengayoman, Tangerang. Ia jelas bukan muballigh asal Korea, Hongkong atau Taiwan, tapi muslim Indonesia keturunan Tionghoa yang memeluk Islam sejak 25 Oktober 1981.

Rabu, 06 Juli 2005

Zulkarnain dari Timur

Dakwahnya selalu tampil berkobar-kobar dan mampu memikat jemaah. Tawaran berceramah ke beberapa daerah Indonesia pun mengalir, bahkan sampai ke luar negeri

mabok-sholawat.blogspot.com
Rumah itu kecil, hanya tipe 21. Berdiri di lahan seluas tak lebih dari 90 M2 di Perumnas Suradita, Cisauk, Tangerang, Banten. Ruang tamunya tanpa meja dan kursi, yang ada hanyalah ratusan buku tentang Islam bemacam judul yang tersusun rapi di sebuah rak.

Di rumah kecil itulah Ustaz Muhammad Zulkarnain dan istri tinggal. “Rumah ini dipinjami bapak Rudi, seorang guru SMPN Parung, selama lima tahun. Ia ingin ada seorang ustadz yang mau sepenuhnya membina masyarakat daerah ini agar lebih islami dan kebetulan saya bersedia,” tutur Zulkarnain yang sudah 38 tahun menyempurnakan agamanya dengan memeluk Islam.