Laman

Sabtu, 20 November 2004

Dakwah Sepanjang Hayat

Suryani Thahir:

Hajjah Suryani Thahir dikenal sebagai ustadzah dan muballighah yang terkenal. Majlis ta’limnya semakin berkembang. Ia juga akan membangun sebuah Islamic Center.

www.jakarta.go.id
MASJID itu terasa istimewa. Semua warga di Kampung Melayu Besar, Jakarta Selatan, mengenalnya sebagai Masjid At-Taqwa di kompleks Perguruan Ath-Thahiriyah. Keistimewaannya bukan hanya karena arsitekturnya yang indah, tapi karena usianya yang sudah cukup tua. Masjid yang awalnya mushalla itu dibangun tahun 1940-an. Di dalam Rumah Allah seluas 20 x 20 meter dan berlantai dua itu terdapat tiga makam tokoh Betawi. Bisa dimaklum, sebab bagi masyarakat Betawi tempo doeloe, menguburkan jenasah keluarga di masjid atau pelataran rumah merupakan hal yang biasa. 

Kamis, 18 November 2004

Kebahagiaan Mantan Pendeta dalam Naungan Islam

Ia mantan pendeta dan pembina mental TNI AD, mantap memeluk Islam. Lika-liku pergulatan batin seorang mayor mencari kebenaran hakiki.

Bentuk tubuh yang gagah, kuat, dan usia yang beranjak tua, tidak mampu menyembunyikan kelembutan jiwanya. Begitu juga, pensiun yang cukup lama dari Angkatan Darat, tidak melarutkan dirinya dalam pengangguran.
 Kelembutan itu makin terasa manakala ia harus bersabar menghadapi liku-liku kehidupan. Cita-citanya membuat sebuah pendidikan Islam, memacu dirinya untuk tetap bergairah mengarungi kehidupan. Itulah Achmad Dzulkifli Mandey, mantan pendeta, yang sejak dua puluh tahun lalu menjadi muslim. “Saya sering menangis bila mengisahkan suka duka dalam mencari kebenaran Islam,” tutur Bram, panggilan akrabnya sejak kecil.

Minggu, 14 November 2004

Zaitun Palestina itu Telah Tiada


Presiden Palestina Yasser Arafat meninggal dunia setelah beberapa hari dirawat di Prancis. Dunia kehilangan tokoh perdamaiannya. Kegigihan perjuangan Arafat tercatat di hati dunia. Bagaimana nasib Palestina ke depan?

“Hari ini, saya datang ke sini membawa sepotong ranting zaitun dan senapan pejuang kemerdekaan. Jangan biarkan ranting zaitun ini terlepas dari tanganku”. (Pidato Yasser Arafat di PBB, November 1974).

www.theguardian.com
Yasser Arafat memang tak hanya milik Palestina. Meskipun ketika ia masih hidup hanya sebagai milik Palestina. Namun, ketika ia mati, Arafat telah menjadi milik dunia. Ia menjadi simbul bangsa yang teraniaya yang hingga kini menjadi bulan-bulanan negara-negara maju.

Penderitaan Arafat dan perjuangannya berakhir hari Kamis, tanggal 28 Ramadan, pukul 03.30 dinihari di Prancis setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit militer Percy di Clamart, Prancis. Rasa duka segera menyebar cepat ke penjuru dunia. Remaja dan pemuda Palestina yang sangat mengidolakannya tak percaya dengan kepergian itu. Harian Al-Ayyam, Yerussalem, menuliskan sebuah kata duka yang tak terhingga pada edisi Jumatnya. Musuh-musuh Arafat seperti melupakan perbedaan dan menyatu untuk meratapi kepergiannya.