Laman

Sabtu, 27 Maret 2004

Sang Penakluk yang Sederhana

Kekuasaannya membentang dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Ia disebut-sebut lebih unggul ketimbang Iskandar Agung dan Jengis Khan.


kissanak.wordpress.com
Adalah seorang penakluk yang dianggap terbesar dalam sejarah. Ia adalah Timur Leng (1336-1405 M), yang juga mendapat julukan sebagai ‘Tamerlane’, sang Penakluk Dunia. Selain Jengis Khan, dialah satu-satunya penakluk yang mampu menjelajahi daratan sangat luas, mulai dari pantai Pasifik di timur hingga ke pinggir Sungai Don di barat. Penaklukan dahsyat yang ia lakukan berhasil mengalahkan dua raja besar pada zamannya: Sultan Turki, Bayazid Yildrim, dan Kaisar Mongol, Toktamish -- yang adalah juga cucu Jengis Khan.
       Menurut para sejarawan, prestasi Timur lebih unggul dibanding Jengis Khan. Kaisar Mongol yang bengis ini tak pernah menghadapi pasukan yang kuat di daratan Rusia, sementara Timur berhadapan dengan pasukan sangat kuat yang dipimpin oleh Kaisar Toktamish. Bahkan ada sejarawan yang menilai Timur lebih menonjol ketimbang Iskandar Zulkarnain. Sebab, Iskandar hanya berhadapan dengan pasukan-pasukan yang lemah.

Senin, 22 Maret 2004

Antara Batu Yakub dan Masjid al-Aqsha

Setibanya di Baitulmukadas, Umar bin Khattab membangun sebuah masjid. Apakah kini masjid Umar itu yang dinamakan Masjid al-Aqsha?

gamais.itb.ac.id
Derap kaki kuda mengantarkan Umar bin Khattab pergi ke Baitulmukadas (Yerusalem). Pemimpin pasukan perang Amr bin As dan Syurahbil bin Hasanah menemani perjalanan amirulmukminin ini.

Saat memasuki kota Baitulmukadas, Uskup Agung Severinus (Sophronius) dan pembesar-pembesar kota menyambut kedatangan amirulmukminin ini. Umar tampak aneh di mata mereka sebab hanya mengenakan pakaian lusuh sehari-hari dan menolak berganti pakaian yang lebih indah yang telah disediakan, sementara mereka semua berpakaian serba gemerlap menyambut kedatangan Umar. Meski demikian, Umar sangat ramah terhadap mereka dan akrab. Kata-katanya dalam pembicaraan juga sangat memikat hati mereka. Segala yang diberikan kepada mereka berupa jaminan keamanan untuk diri mereka, keyakinan, dan rumah-rumah ibadah mereka, mencerminkan kejujuran di wajah Umar. Bila dibandingkan dengan kedatangan Kaisar dulu yang bertangan besi dan serba menindas jelas sangat jauh berbeda—suka senaknya membantai anak-anak dan perempuan renta.

Senin, 01 Maret 2004

Nur Ilahi Memancar di Kawasan Industri

Setelah memeluk Islam, ia aktif berdakwah: pengajian dari rumah ke rumah dan membangun masjid. Kini ia menjabat staf ahli Dirut Pupuk Kaltim.

Mushalla itu hanya berukuran sekitar 4 x 10 meter persegi. Tapi, rumah Allah itu terasa istimewa. Bukan lantaran arsitekturnya yang indah, tapi setiap Minggu sore, sejak 15.00 hingga 19.00 WIB puluhan jemaah memadati mushalla kecil di tepi jalan Haji Nur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan itu. Mereka kebanyakan keturunan Tionghoa. Ada yang baru memeluk Islam, ada pula yang telah lama menjadi muslim. Mereka dari sekitar Jakarta, Tangerang dan Bekasi, lelaki, perempuan, tua, muda.
            Dengan takzim mereka duduk bersimpuh membentuk shaf  yang rapi, perempuan terpisah dari lelaki, mengikuti pengajian Ustaz Surya Madya. Bila berhalangan hadir, Ustaz Surya sendiri yang mencari penggantinya. Usai mendengarkan pengajian, mereka salat Maghrib berjemaah, dilanjutkan diskusi ringan, membahas agama atau masalah hidup sehari-hari. Saat tiba waktu Isya, mereka pun menulaikan salat Isya berjemaah. Keakraban terpancar dari wajah-wajah mereka.