Laman

Minggu, 02 Februari 2003

Ayam Goreng Ala Indonesia

Bisnis ayam bakar dan ayam goreng tak ada matinya. Malah, akhir-akhir ini makin booming.

kaniablog.wordpress.com
Pada dasarnya, orang Indonesia lebih suka mengkonsumsi daging ayam ketimbang daging  ternak.  Pasalnya, harga daging ayam jauh lebih murah ketimbang jenis daging lainnya. Selain itu, daging ayam bergizi tinggi. Daging ayam juga mudah didapat dan diterima semua lapisan masyarakat. Umat Hindu Bali, misalnya, tidak akan makan daging sapi karena mereka memuliakan binatang tersebut.

            Tak heran, jika banyak orang menekuni bisnis ayam. Mulai dari beternak ayam hingga berbagai jenis makanan lezat dari daging tersebut. Yang popular adalah ayam bakar dan ayam goreng tepung yang lebih dikenal dengan fried chicken

Jumat, 03 Januari 2003

Mamink Daeng Tata, Pelopor Konro

 
Dalam usaha coto dan konro, warungnya paling laris di Jakarta. Bagaimana resep dan lika-likunya membesarkan warung khas Makasar itu?
 

makassar.tribunnews.com
Garis hidup memang tak bisa ditebak. Apa yang dialami Muhammad Amin atau Mamink adalah contohnya. Dua belas tahun lalu, ia masih berjualan coto dan kontro—makanan khas Makasar—di kaki lima Jalan Soepomo, Jakarta. Karyawannya pun tak lebih dari sepuluh orang. Namun, pada 11 Maret 2001 ia sudah membuka “warung” berukuran 121 meter persegi di Jalan KH. Abdullah Syafi’ie, Jakarta—sekitar satu kilometer selepas Stasiun Kereta Api Tebet bila dari Terminal Kampung Melayu ke arah Jalan Casablanca. Warung itu dinamai Mamink Daeng Tata—diambil dari nama Muhammad Amin saat kecil, dan setelah menikah dijuluki daeng atau yang dituakan oleh keluarga dan masyarakat Makasar.

Rabu, 01 Januari 2003

Hanya Pakai Management by Ilham

Bila berdagang, ia punya kiat khusus. Pernah mendirikan rumah sakit Islam dan kini tetap menekuni sebagai calo tanah.

store.tempo.co
Saat menjabat Bupati Tangerang yang kali kedua, Tadjus Sobirin merasa tersinggung. Bukan kepada teman, atasan maupun bawahannya, melainkan kepada kota Sukabumi, Jawa Barat. Apa pasal? Pada 1990-an, saat ia melintas di kota yang hanya terdiri dari tiga empat kecamatan ini, ternyata telah berdiri rumah sakit Islam yang cukup besar. Sedang Tangerang, kota yang jauh lebih besar dari kota itu sama sekali tidak ada rumah sakit Islam, “Masa sih, Tangerang tidak punya rumah sakit Islam,” gerutu Tadjus, saat itu.