Laman

Rabu, 27 Desember 2000

Energi Surya untuk Daerah Terpencil

Jika ada niat, PLN mampu mengembangkan dan memproduksi pembangkit listrik tenaga surya bagi daerah terpencil.

www.businessreview.co.id
KEBUTUHAN listrik tetaplah menjadi hak warga negara, meski di daerah terpencil sekalipun. Karena itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) seyogyanya mengembangkan dan memproduksi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Pasalnya, pengembangan teknologi tenaga surya tidak perlu instalasi jaringan kabel. Berarti, perusahaan negara ini tidak perlu mengeluarkan investasi dalam jumlah sangat besar.
  
Sejatinya, pemasangan PLTS cukup sederhana. Menurut tenaga ahli system tenaga surya PT LEN Industri, Gusrilizon, setiap masyarakat hanya mendapat beban dengan sebuah panel solar penangkap sinar matahari. Panel ini biasa disebut modul. Setiap satuan modul memiliki kekuatan satu watt yang dapat disesuaikan dengan jumlah penerangan yang diinginkan.

lampost.co

Penerangan energi listrik akan didapat ketika modul penangkap sinar matahari mendapat pancaran sinar. Pancaran tersebut akan diubah menjadi energi listrik. Listrik yang dihasilkan oleh PLTS masih dalam bentuk arus searah (DC) sehingga peralatan yang digunakan harus disesuaikan. 

Nah, agar arus searah yang dihasilkan listrik surya dapat diubah menjadi arus bolak-balik, perlu menggunakan inverter. Energi yang dihasilkan kemudian dapat disimpan dalam sebuah baterai atau aki yang bisa digunakan sebagai sumber penerangan pada malam hari. Karuan, masyarakat terpencil yang bada Isya biasanya sudah masuk dalam peraduan, setelah ada penerangan, dapat beraktivitas kembali.

Guna menghasilkan energi PLTS yang jauh lebih besar, panel surya tergantung dengan keberadaan sinar matahari. Menurut Mulyo Widodo, peneliti system tenaga surya dari Teknik Mesin ITB, dalam kondisi peak atau posisi matahari tegak lurus, sinar matahari yang jatuh ke permukaan panel surya seluas satu meter persegi setara dengan daya 1.000 watt atau 900 watt. Dengan bahan panel surya yang monokristal dan polikristal, system photovoltaic bisa mengkonversi daya sebesar 900-1000 watt menjadi energi listrik sebesar 17 persen. Jadi, dalam kondisi sang surya persis di atas ubun-ubun kita dan bersinar cerah, satu panel surya seluas satu meter persegi dapat menghasilkan daya sebesar 170 watt. 

shared4learning2gether.blogspot.com
Namun, pada kenyataannya modul tersebut hanya mampu menghasilkan energi listrik sebesar 50 watt dengan tegangan 12 volt. Tentu saja, untuk mendapatkan energi yang makin besar, penambahan modul surya harus dilakukan. Sekarang di pasaran, modul surya punya ukuran sekitar setengah meter persegi.

Nah, jika kita menginginkan daya terpasang 500 watt, paling tidak diperlukan sepuluh modul. Makin besar dan luas panel surya terpasang, energi yang dihasilkan pasti makin besar. Dan, harga yang harus dibayar makin mahal. Inilah yang menjadikan PLTS kurang dilirik investor. Sementara, bagi masyarakat kecil, pembelian modul surya secara perorangan masih dianggap sangat mahal. Tapi, bagi negara—melalui PLN—PLTS ini masih sangat menguntungkan, mengingat teknologi ini sangat ramah lingkungan, jauh lebih mudah dan investasi serta perawatannya lebih ekonomis.

Bayangkan, sekarang ini cadangan listrik PLN 60 persen masih berasal dari tenaga uap (PLTU), selebihnya sekitar 40 persen menggunakan energi dari fosil (minyakbumi dan batubara). Dan, tampaknya PLN belum maksimal mengembangkan energi alternative. 
Sayangnya, untuk mendapatkan energi surya yang besar, perlu modul yang besar. Pembelian modul yang besar inilah yang masih menjadi kendala karena harganya masih tinggi. Dan, penguasaan teknologi modul surya masih dimonopoli negara-negara maju tertentu. Tapi, jika ada tekad demi mensejahteraan masyarakat terpencil, semua bisa diatasi.

Domery Alpacino
Catatan: Pernah dimuat di majalah Teknologi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar