Laman

Senin, 27 November 2000

Fuel Cell Makin Populer

Karena banyak keistimewaannya, teknologi berbasis methanol atau hydrogen ini sering disebut sebagai microchip di bidang energi.

catacel.com
BADAN Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terus mengembangkan energi alternative. Bekerjasama dengan lembaga riset dan universitas, baik dalam maupun dari berbagai negara, badan ini melakukan pengkajian soal fuel cell.
Fuel cell adalah sel penghasil listrik berbahan bakar cair seperti methanol dan hydrogen, yang pada awalnya ditemukan Francis Bacon (1904-1992). Kedua bahan bakar cair ini, selain ramah lingkungan lingkungan, juga mampu dikembangkan sebagai sumber energi dengan kekuatan yang ruar biasa besar.

 
inhabitat.com
Ada banyak kelebihan dari energi fuel cell berbahan bakar hydrogen. Selain memiliki sifat yang transportable, ramah lingkungan, juga punya efisiensi tinggi.
Menurut Ketua Pembina Konsorsium Fuell Cell Indonesia, Agus Hartanto, keistimewaan energi fuel cell tidak menimbulkan polusi, tidak berisik atau bunyi dan dapat dikonversi menjadi energi dengan daya yang besar. Energi ini juga cocok digunakan pada kendaraan bermotor, alat komunikasi, rumah tangga, dan power plant besar. 
Karena banyak keistimewaannya, teknologi berbasis methanol atau hydrogen sering disebut sebagai microchip di bidang energi. Apalagi, energi ini berpeluang memberikan perubahan yang besar dalam konsep penggunaan energi. Pasalnya, makin hari penggunaan sumber energi berbahan bakar minyak makin mahal dan jumlahnya makin menurun. Bahkan, teknologi material fuel cell kini telah dikembangkan prototipenya oleh BPPT bidang teknologi mineral dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pengembangan itu mencakup dua tipe, yaitu direct methanol fuel cell (DMFC) dan polymer electrode fuel cell (PEFC). Meski pada prinsipnya sama, yang membedakan kedua tipe ini, yaitu dari bahan bakar yang digunakan dan kekuatan listrik yang dihasilkan.
Direct methanol fuel cell adalah rancangan sumber energi yang bahan bakarnya berupa methanol. Sedangkan polymer electrode fuel cell menggunakan bahan bakar hydrogen.
www.easternct.edu
Dari segi kekuatan, direct methanol fuel cell dirancang untuk kebutuhan perangkat mobile device yang memiliki daya kecil, sedangkan polymer electrode fuel cell dirancang untuk kebutuhan dengan daya yang cukup besar.
Menurut Doktor Eniya Listiani, peneliti pengembangan teknologi material fuel cell,  berharap penelitian yang telah berjalan beberapa tahun ini mampu mengembangkan membrane elektrolit (ME) yang kuat dengan dengan daya lebih besar. Pasalnya, bagian yang sangat penting dalam fuel cell adalah membrane elektrolit. Bahkan BPPT sendiri menargetkan pada 2015 sudah dapat membuat ME berkapasitas satu kilowatt sehingga dapat digunakan untuk suplai listrik rumah tangga.
Dalam satu unit fuel cell terdiri atas dua lembar electrode dan elektrolit. Tegangan yang diperoleh dari satu buah sel tunggal ini berkisar 1 volt, sama dengan sel kering. Agar mampu menghasilkan tegangan tinggi, sel tersebut bisa disusun secara seri atau pararel. Semakin banyak kumpulan sel yang dirangkai, semakin besar kekuatan yang mampu disuplai. Rangkaian ini disebut stack. Guna membuat stack, sel dibutuhkan sel tunggal, juga diperlukan sel separator.
Agar jenis fuel cell bisa digunakan pada telepon seluler, diperlukan beberapa sel tunggal. Sebaliknya, untuk penggunaan rumah tangga diperlukan 20 atau lebih, sedangkan untuk mobil diperlukan paling sedikit 250 sel tunggal. Makin lebih banyak, tentu saja daya dorongnya makin besar.
Bila teknologi ini mampu dikembangkan, kemungkinan emisi polusi rumah kaca dapat ditekan. Pasalnya, energi fuel cell sangat ramah lingkungan dan hasil reaksi akhirnya hanya berupa air. Tak berpolusi, bukan?

Domery Alpacino
Catatan: Pernah dimuat di majalah Teknologi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar