Laman

Minggu, 07 Agustus 2005

Mampu Mengobati berkat Tahajud

Setelah menjadi muslim, ia mampu menyembuhkan penyakit. Itu berkat ketaatan beribadah dan menjaga ahlak.

ilmukesaktian.blogspot.com
IA masih tampak gagah dan segar pada usia 63 tahun. Penampilannya juga terkesan modis: rambutnya yang sebahu dikuncir, pergelangan tangan kirinya penuh aksesori gelang perak, sementara cincin bermata besar melingkar di dua jarinya. Ia juga selalu ramah terhadap tamu, dengan berbagai lelucon segar.

Itulah Dr. Leo Kullit, yang sejak 40 tahun lalu memeluk Islam. Banyak orang mengenalnya sebagai ahli supranatural, meski ia tidak suka disebut sebagai paranormal, dukun atau istilah-istilah sejenis. Ia lebih suka disebut sebagai Haji Leo atau seorang Kasyaf -- orang yang memiliki kemampuan mendeteksi penyakit, baik medis maupun nonmedis berdasarkan karunia Allah. 
Sebab, ia ingin menghindari perbuatan syirik. Dengan tegas bapak lima anak dan 13 cucu ini menyitir sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: Abu Hurairah memberitakan, Muhammad Rasulullah SAW bersabda, ”Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan, yaitu: menyekutukan Allah, sihir, membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan Allah, memakan harta anak yatim, memakan riba, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukminah berbuat zina.

Di rumahnya yang terbilang cukup mewah di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat, ia banyak menerima pasien. Mereka datang dari berbagai penjuru tanahair bahkan dari mancanegara. Ada artis, pengusaha, pejabat, mantan pejabat, dokter, professor, eksekutif, dan orang kebanyakan. Penyakit yang mereka derita mereka pun macam-macam: kena santet, ingin segera mendapat jodoh, hingga kelainan organ seksual, gagal ginjal, kanker rahim, hipertensi, sesak nafas.  

Pada tahun 1990-an, selama seminggu penuh, setiap hari pasien yang datang berobat tak pernah berhenti. Tapi, sekarang ia membatasi jam prakteknya mulai Senin hingga Jumat, dari pukul 08:00 hingga 15:00 WIB. “Saya kadang tak sempat ganti pakaian, kecuali salat saja,” kata Leo.

Ia menangani pasien dengan menganjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Allah Menyembuhkan

madah-tazkirah.blogspot.com
Ia tak hanya memberikan air putih semata, tapi juga sugesti agar pasien lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan membaca wirid setiap saat dan lebih banyak berbuat amal saleh. Pendek kata, pasien hendaknya lebih meningkatkan hablun minallah (hubungan dengan Allah) dan hablun minannas (hubungan dengan sesama manusia). 

Ia juga memperkuat keyakinan bahwa setiap penyakit insya Allah bisa disembuhkan sebagaimana termaktub dalam Al-Quran dan beberapa hadis. Dalam surat Asy-Syu’ara:80 Allah mengajarkan doa: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Muslim, Rasulullah bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu digunakan, dengan izin Allah tentu penyakitnya sembuh.” Karena praktik penyembuhannya laris, Leo pun dilimpahi rezeki. Tapi, ia tak lupa membagikan sebagian rezekinya untuk memuliakan dan memelihara anak yatim piatu. “Saat ini saya memelihara dan memuliakan anak yatim lebih dari 100 orang,” katanya.

Leo lahir pada 2 Februari 1942 di Tarakan, Kalimantan Timur. Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan HA Kullit dan Sophie Towidjojo ini lahir dengan nama baptis, Leopold. Di masa kecil ia dibesarkan di Ujungpandang dalam keluarga Katolik yang taat. Tak heran, jika ayahandanya menyekolahkan anaknya di sekolah  Katolik sejak SD hingga SMA. Meski begitu, orangtuanya sangat demokratis. Ayahandanya sering menasihati anak-anak saat makan malam. “Kelak bila kalian mau pindah agama silakan saja, selama agama itu masih mempercayai adanya satu Tuhan. Tapi jika sudah memeluk suatu agama, kalian janganlah setengah-setengah.”

Tamat SMA, Leo melanjutkan studi ke Akademi Maritim Indonesia di Jakarta pada 1961. Sambil kuliah ia berdagang bensin. Ia belanja bensin di Bandung, membeli jatah tentara lalu diangkut dengan truk tentara pula ke Jakarta. Sebagian keuntungannya ia sumbangkan kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. “Dengan begitu rejeki tetap mengalir dan malah bertambah banyak,” tuturnya.

Tamat dari AMI, ia bekerja sebagai pelaut di PT Arafat yang bergerak di bidang pemberangkatan 
ibadah haji lewat laut. Di sini, Leo yang mengaku masih keturunan Pangeran Diponegoro dari garis ibu, ditempatkan di kantor pusat, Jakarta. Beberapa tahun kemudian ia diangkat sebagai Kepala 
Perwakilan PT Arafat di Jeddah, Arab Saudi. 

Cinta Diam-diam

Sebelum ditempatkan di Arab Saudi, ia jatuh cinta dengan Siti Nurjanah, gadis Betawi yang taat beribadah. Karena Leo Katolik, orangtua Nurjanah tidak merestui. Tapi, Leo tetap menjalin hubungan asmara dengan Nurjanah secara diam-diam. Suatu hari, jalinan cinta itu diketahui oleh orangtua Nurjanah. Maka Leo pun dipanggil ke rumah orangtua Nurjanah. Singkat cerita, Leo diminta agar memutuskan hubungan dengan Nurjanah. Tapi, jika serius ingin menikah dengan Nurjanah, Leo harus lebih dulu memeluk Islam. Karena sangat mencintai Nurjanah, kontan Leo menyanggupi permintaan orangtua Nurjanah. Akhirnya orangtua Nurjanah menjabat tangan Leo, pertanda ia diterima sebagai keluarga baru. “Saya tidak merasa dipaksa masuk Islam. Sebaliknya, tiba-tiba saya merasa mendapat hidayah, terpanggil hati dan jiwa saya untuk lebur dalam ajaran Nabi Besar Muhammad SAW,” tutur Leo. 

hiburan.kompasiana.com
 Esok paginya, Leo pergi bersunat di rumah praktik Prof. Dr. Soedarmo di Tanah Abang II, Jakarta Pusat. Sebelum menyunati Leo, sang profesor sedikit berbincang-bincang. “Nak Leo, pagi ini menjadi suatu kehormatan bagi saya untuk menyunat Anda. Tapi, ada dua pertanyaan yang harus Anda jawab secara jujur sebelum saya menyunat Anda. Pertama, apakah Anda masuk Islam karena hawa nafsu, sebab istrimu cantik?” tanya Prof. Soedarmo.

“Saya masuk Islam karena cinta,” jawab Leo polos.

“Pertanyaan kedua, apakah Anda masuk Islam karena dipaksa atau diancam oleh mertua?”

“Prof, saya ini orang Sulawesi. Saya tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Bahkan, saya merantau ke Jakarta sudah dianggap mati oleh orangtua saya,” kata Leo.

Mendengar jawaban Leo yang lantang itu, Prof. Soedarmo yang dikenal sebagai ahli gizi itu, tertawa. Dengan mantap Soedarmo mengucapkan selamat kepada Leo, dan sejurus kemudian ia pun melakukan tugasnya dengan hati gembira: menyunat Leo. Keesokan harinya, Leo yang sunatannya belum sembuh, langsung melamar dan melaksanakan pernikahan. Sebelum ijab kabul, ia mengucapkan dua kalimat syahadat dengan mantap. Haru dan bahagia bercampur jadi satu. Tak terasa ia berurai airmata. Ia menikah pada 1964, tapi pada 1996 lalu sang isteri telah dipanggil menghadap Ilahi.  

Naik Haji

ongkos-haji.blogspot.com
Belakangan, Leo serius memperdalam agama Islam kepada beberapa calon jemaah haji yang hendak berangkat menunaikan ibadah haji. Semakin lama semakin iman tauhidnya semakin mantap, dan amalan ibadahnya pun semakin rajin ia lakukan. Setelah mantap betul, Leo suami-istri menunaikan ibadah haji, bahkan kemudian ia diangkat sebagai Kepala Perwakilan PT Arafat di Jeddah (1965-1975). “Alhamdulillah, sambil bekerja saya sudah melakukan tujuh kali ibadah haji,” kata Leo.  

Saat hendak menunaikan ibadah haji yang pertama kali, ia bertemu dengan seorang kiai dari Makassar di mesjid di kapal Arafat. Tiba-tiba kiai dari bumi Bugis itu menyatakan ia melihat Leo memiliki lidah lima warna mirip ular. Tentu saja Leo kaget, tak mengerti apa maksudnya. “Dalam berbicara kamu harus selalu berhati-hati dan meningkatkan ibadahmu setiap saat. Insya Allah, kelak setelah berumur 40 tahun, kamu akan menjadi tabib yang masyhur,” kata kiai itu.

Leo tak menghiraukan betul nasihat itu. “Ah, omong kosong saja,” pikir Leo ketika itu. Tapi, beberapa waktu kemudian, setiap kali bertemu dengan orang-orang alim, baik yang beragama Islam maupun nonIslam, mereka selalu tersentak setiap kali berjabat tangan dengan Leo. Dan anehnya, mereka sama-sama menasihati agar selalu menjaga lidahnya dari omongan kotor atau kasar, dan selalu meningkatkan ibadah. Sebab, suatu saat kelak ia akan menjadi tabib yang penyembuhannya manjur.

Usai menunaikan rukun Islam kelima, Leo bertemu kembali dengan kiai dari Bugis tersebut. Sang kiai menganjurkan agar melakukan salat tahajud pada sepertiga malam. Setelah salat lalu membaca salawat dan istigfar tujuh kali, surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas sekali, dilanjutkan kembali membaca surat Al-Fatihah 40 kali. “Setelah kamu baca semua itu, lalu ada sinar memancar ke arahmu, hendaknya kamu menelan sinar itu. Insya Allah kamu akan memperoleh ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit,” kata Leo menirukan ucapan sang kiai.

Singkat cerita, pada suatu malam Leo melakukan saran tersebut. Ternyata saran itu terbukti. Hati Leo jadi plong, sementara pikirannya semakin jernih. Sejak itu ia merasa mendapat anugerah Allah berupa kemampuan untuk menolong dan menyembuhkan penyakit. Suatu hari, puteranya yang ketiga, Hanivan Kullit, akan bepergian dengan mengendarai sepeda motor. Seperti mendapat bisikan, Leo mendapat pertanda bahwa anaknya akan mendapat kecelakaan. “Ivan, jangan kamu bawa motor hari ini, nanti kamu mendapat kecelakaan!” kenang Leo menceritakan awal kejadian beberapa tahun lalu itu. 

Gegar Otak

klinikpengobatanalami.wordpress.com
Tapi, Hanivan tetap memaksa pergi dengan naik motor. Akhirnya benar terjadi kecelakaan. Ia luka parah, kepalanya gegar otak, kaki dan sebelah tangannya patah. Ia segera dirawat di ruang gawat darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Bukti kebesaran Allah terkadang memang sulit diterima akal sehat. Ketika anaknya dirawat dalam keadaan tak sadarkan diri, Leo buru-buru  menengoknya. Ketika memegang dada puteranya yang pingsan, tiba-tiba tubuh Hanivan bergerak dan segera siuman seperti tersengat listrik. Lebih aneh lagi, ketika kaki dan tangan Hanivan yang patah itu diusap-usapnya, kontan sembuh. Sejurus kemudian anaknya berjalan normal ke kamar kecil. Maka, hari itu juga Hanivan dibawa pulang. “Itulah awal kejadiannya, mengapa saya menjalani profesi seperti sekarang,” ujar Leo.

Sejak itu banyak orang datang minta pertolongan kepadanya. Padahal, ia mengaku tak pernah mempromosikan keahliannya. Keahliannya dikenal orang hanya dari mulut ke mulut. Dan alhamdulillah, berkat izin Allah, hampir semua pasien dapat disembuhkan, baik yang muslim maupun nonmuslim. “Kalau kemudian banyak orang percaya kepada saya karena penyakit mereka dapat disembuhkan, itu merupakan bukti kebesaran Allah SWT yang patut saya syukuri,” katanya.

Pada suatu hari, gara-gara berhasil menyembuhkan istri seorang diplomat Amerika Serikat, ia diundang didatangi beberapa pakar pengobatan alternatif dari Amerika Serikat. Mereka mencoba dan menguji teknik pengobatan Leo, dan ternyata terbukti dapat menyembuhkan suatu penyakit. Akhirnya, tiga tahun lalu, ia mendapat anugerah gelar Dr HC dari American World University.

Sayang, Leo tak bisa hadir pada acara pengukuhan gelar Dr HC tersebut. Sebab, ia lebih mementingkan para pasien yang membutuhkan bantuannya. Selama ini ia tak pernah pasang tarif. “Kalau toh ada pasien yang memberi sesuatu, saya sumbangkan lagi ke anak-anak yatim yang saya pelihara. Bukankah orang yang mendustakan agama ialah yang menghardik anak yatim dan tidak memberikan makan kepada orang miskin?” kata Leo menyitir Al-Quran surat Al-Ma’un.
Memang, kesalehan personal sudah seharusnya diikuti dengan kesalehan sosial.

Domery Alpacino

Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah

1 komentar: