Setelah menjadi muslim, ia mampu menyembuhkan penyakit.
Itu berkat ketaatan beribadah dan menjaga ahlak.
ilmukesaktian.blogspot.com |
IA masih tampak gagah dan
segar pada usia 63 tahun. Penampilannya juga terkesan modis: rambutnya yang
sebahu dikuncir, pergelangan tangan kirinya penuh aksesori gelang perak,
sementara cincin bermata besar melingkar di dua jarinya. Ia juga selalu ramah
terhadap tamu, dengan berbagai lelucon segar.
Itulah Dr. Leo Kullit, yang
sejak 40 tahun lalu memeluk Islam. Banyak orang mengenalnya sebagai ahli
supranatural, meski ia tidak suka disebut sebagai paranormal, dukun atau istilah-istilah
sejenis. Ia lebih suka disebut sebagai Haji Leo atau seorang Kasyaf -- orang
yang memiliki kemampuan mendeteksi penyakit, baik medis maupun nonmedis
berdasarkan karunia Allah.
Sebab, ia ingin menghindari perbuatan syirik. Dengan
tegas bapak lima anak dan 13 cucu ini menyitir sebuah hadis yang diriwayatkan
Imam Muslim: Abu Hurairah memberitakan, Muhammad Rasulullah SAW bersabda,
”Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan, yaitu: menyekutukan Allah, sihir,
membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan Allah, memakan harta anak yatim,
memakan riba, lari dari medan perang, dan menuduh wanita mukminah berbuat zina.
Di rumahnya yang terbilang
cukup mewah di Jalan Cempaka Putih Tengah, Jakarta Pusat, ia banyak menerima
pasien. Mereka datang dari berbagai penjuru tanahair bahkan dari mancanegara.
Ada artis, pengusaha, pejabat, mantan pejabat, dokter, professor, eksekutif,
dan orang kebanyakan. Penyakit yang mereka derita mereka pun macam-macam: kena
santet, ingin segera mendapat jodoh, hingga kelainan organ seksual, gagal
ginjal, kanker rahim, hipertensi, sesak nafas.
Pada tahun 1990-an, selama
seminggu penuh, setiap hari pasien yang datang berobat tak pernah berhenti.
Tapi, sekarang ia membatasi jam prakteknya mulai Senin hingga Jumat, dari pukul
08:00 hingga 15:00 WIB. “Saya kadang tak sempat ganti pakaian, kecuali salat
saja,” kata Leo.
Ia menangani pasien dengan
menganjurkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah Menyembuhkan
madah-tazkirah.blogspot.com |
Ia juga memperkuat keyakinan
bahwa setiap penyakit insya Allah bisa disembuhkan sebagaimana termaktub dalam
Al-Quran dan beberapa hadis. Dalam surat Asy-Syu’ara:80 Allah mengajarkan doa:
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku.” Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Imam Ahmad dan Muslim, Rasulullah bersabda: “Setiap penyakit ada
obatnya. Jika obat itu digunakan, dengan izin Allah tentu penyakitnya sembuh.”
Karena praktik penyembuhannya laris, Leo pun dilimpahi rezeki. Tapi, ia tak lupa
membagikan sebagian rezekinya untuk memuliakan dan memelihara anak yatim piatu.
“Saat ini saya memelihara dan memuliakan anak yatim lebih dari 100 orang,”
katanya.
Leo lahir pada 2 Februari 1942
di Tarakan, Kalimantan Timur. Anak ketiga dari tujuh bersaudara pasangan HA
Kullit dan Sophie Towidjojo ini lahir dengan nama baptis, Leopold. Di masa
kecil ia dibesarkan di Ujungpandang dalam keluarga Katolik yang taat. Tak
heran, jika ayahandanya menyekolahkan anaknya di sekolah Katolik sejak SD hingga SMA. Meski begitu,
orangtuanya sangat demokratis. Ayahandanya sering menasihati anak-anak saat
makan malam. “Kelak bila kalian mau pindah agama silakan saja, selama agama itu
masih mempercayai adanya satu Tuhan. Tapi jika sudah memeluk suatu agama,
kalian janganlah setengah-setengah.”
Tamat SMA, Leo melanjutkan
studi ke Akademi Maritim Indonesia di Jakarta pada 1961. Sambil kuliah ia
berdagang bensin. Ia belanja bensin di Bandung, membeli jatah tentara lalu
diangkut dengan truk tentara pula ke Jakarta. Sebagian keuntungannya ia
sumbangkan kepada fakir miskin dan anak yatim piatu. “Dengan begitu rejeki
tetap mengalir dan malah bertambah banyak,” tuturnya.
Tamat dari AMI, ia bekerja
sebagai pelaut di PT Arafat yang bergerak di bidang pemberangkatan
ibadah haji
lewat laut. Di sini, Leo yang mengaku masih keturunan Pangeran Diponegoro dari
garis ibu, ditempatkan di kantor pusat, Jakarta. Beberapa tahun kemudian ia
diangkat sebagai Kepala
Perwakilan PT Arafat di Jeddah, Arab Saudi.
Cinta Diam-diam
Sebelum ditempatkan di Arab
Saudi, ia jatuh cinta dengan Siti Nurjanah, gadis Betawi yang taat beribadah.
Karena Leo Katolik, orangtua Nurjanah tidak merestui. Tapi, Leo tetap menjalin
hubungan asmara dengan Nurjanah secara diam-diam. Suatu hari, jalinan cinta itu
diketahui oleh orangtua Nurjanah. Maka Leo pun dipanggil ke rumah orangtua
Nurjanah. Singkat cerita, Leo diminta agar memutuskan hubungan dengan Nurjanah.
Tapi, jika serius ingin menikah dengan Nurjanah, Leo harus lebih dulu memeluk
Islam. Karena sangat mencintai Nurjanah,
kontan Leo menyanggupi permintaan orangtua Nurjanah. Akhirnya orangtua Nurjanah
menjabat tangan Leo, pertanda ia diterima sebagai keluarga baru. “Saya tidak
merasa dipaksa masuk Islam. Sebaliknya, tiba-tiba saya merasa mendapat hidayah,
terpanggil hati dan jiwa saya untuk lebur dalam ajaran Nabi Besar Muhammad
SAW,” tutur Leo.
hiburan.kompasiana.com |
Esok paginya, Leo pergi
bersunat di rumah praktik Prof. Dr. Soedarmo di Tanah Abang II, Jakarta Pusat.
Sebelum menyunati Leo, sang profesor sedikit berbincang-bincang. “Nak Leo, pagi
ini menjadi suatu kehormatan bagi saya untuk menyunat Anda. Tapi, ada dua
pertanyaan yang harus Anda jawab secara jujur sebelum saya menyunat Anda.
Pertama, apakah Anda masuk Islam karena hawa nafsu, sebab istrimu cantik?”
tanya Prof. Soedarmo.
“Saya masuk Islam karena
cinta,” jawab Leo polos.
“Pertanyaan kedua, apakah Anda
masuk Islam karena dipaksa atau diancam oleh mertua?”
“Prof, saya ini orang Sulawesi.
Saya tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah. Bahkan, saya merantau ke
Jakarta sudah dianggap mati oleh orangtua saya,” kata Leo.
Mendengar jawaban Leo yang
lantang itu, Prof. Soedarmo yang dikenal sebagai ahli gizi itu, tertawa. Dengan
mantap Soedarmo mengucapkan selamat kepada Leo, dan sejurus kemudian ia pun
melakukan tugasnya dengan hati gembira: menyunat Leo. Keesokan harinya, Leo
yang sunatannya belum sembuh, langsung melamar dan melaksanakan pernikahan.
Sebelum ijab kabul, ia mengucapkan dua kalimat syahadat dengan mantap. Haru dan
bahagia bercampur jadi satu. Tak terasa ia berurai airmata. Ia menikah pada
1964, tapi pada 1996 lalu sang isteri telah dipanggil menghadap Ilahi.
Naik Haji
![]() |
ongkos-haji.blogspot.com |
Saat hendak menunaikan ibadah
haji yang pertama kali, ia bertemu dengan seorang kiai dari Makassar di mesjid
di kapal Arafat. Tiba-tiba kiai dari bumi Bugis itu menyatakan ia melihat Leo memiliki
lidah lima warna mirip ular. Tentu saja Leo kaget, tak mengerti apa maksudnya.
“Dalam berbicara kamu harus selalu berhati-hati dan meningkatkan ibadahmu
setiap saat. Insya Allah, kelak setelah berumur 40 tahun, kamu akan menjadi
tabib yang masyhur,” kata kiai itu.
Leo tak menghiraukan betul
nasihat itu. “Ah, omong kosong saja,” pikir Leo ketika itu. Tapi, beberapa
waktu kemudian, setiap kali bertemu dengan orang-orang alim, baik yang beragama
Islam maupun nonIslam, mereka selalu tersentak setiap kali berjabat tangan
dengan Leo. Dan anehnya, mereka sama-sama menasihati agar selalu menjaga
lidahnya dari omongan kotor atau kasar, dan selalu meningkatkan ibadah. Sebab,
suatu saat kelak ia akan menjadi tabib yang penyembuhannya manjur.
Usai menunaikan rukun Islam
kelima, Leo bertemu kembali dengan kiai dari Bugis tersebut. Sang kiai
menganjurkan agar melakukan salat tahajud pada sepertiga malam. Setelah salat
lalu membaca salawat dan istigfar tujuh kali, surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas
sekali, dilanjutkan kembali membaca surat Al-Fatihah 40 kali. “Setelah kamu
baca semua itu, lalu ada sinar memancar ke arahmu, hendaknya kamu menelan sinar
itu. Insya Allah kamu akan memperoleh ilmu yang dapat dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit,” kata Leo menirukan ucapan sang kiai.
Singkat cerita, pada suatu
malam Leo melakukan saran tersebut. Ternyata saran itu terbukti. Hati Leo jadi plong,
sementara pikirannya semakin jernih. Sejak itu ia merasa mendapat anugerah
Allah berupa kemampuan untuk menolong dan menyembuhkan penyakit. Suatu hari,
puteranya yang ketiga, Hanivan Kullit, akan bepergian dengan mengendarai sepeda
motor. Seperti mendapat bisikan, Leo mendapat pertanda bahwa anaknya akan
mendapat kecelakaan. “Ivan, jangan kamu bawa motor hari ini, nanti kamu mendapat
kecelakaan!” kenang Leo menceritakan awal kejadian beberapa tahun lalu itu.
Gegar Otak
klinikpengobatanalami.wordpress.com |
Sejak itu banyak orang datang
minta pertolongan kepadanya. Padahal, ia mengaku tak pernah mempromosikan
keahliannya. Keahliannya dikenal orang hanya dari mulut ke mulut. Dan
alhamdulillah, berkat izin Allah, hampir semua pasien dapat disembuhkan, baik
yang muslim maupun nonmuslim. “Kalau kemudian banyak orang percaya kepada saya
karena penyakit mereka dapat disembuhkan, itu merupakan bukti kebesaran Allah
SWT yang patut saya syukuri,” katanya.
Pada suatu hari, gara-gara
berhasil menyembuhkan istri seorang diplomat Amerika Serikat, ia diundang
didatangi beberapa pakar pengobatan alternatif dari Amerika Serikat. Mereka
mencoba dan menguji teknik pengobatan Leo, dan ternyata terbukti dapat
menyembuhkan suatu penyakit. Akhirnya, tiga tahun lalu, ia mendapat anugerah
gelar Dr HC dari American World University.
Sayang, Leo tak bisa hadir pada
acara pengukuhan gelar Dr HC tersebut. Sebab, ia lebih mementingkan para pasien
yang membutuhkan bantuannya. Selama ini ia tak pernah pasang tarif. “Kalau toh
ada pasien yang memberi sesuatu, saya sumbangkan lagi ke anak-anak yatim yang
saya pelihara. Bukankah orang yang mendustakan agama ialah yang menghardik anak
yatim dan tidak memberikan makan kepada orang miskin?” kata Leo menyitir
Al-Quran surat Al-Ma’un.
Memang, kesalehan personal sudah seharusnya diikuti dengan kesalehan
sosial.
Domery Alpacino
Catatan: Pernah dimuat di majalah Islam Alkisah
ALAMAT PRAKTEKNYA DIMANA? MOHON PETUNJUK
BalasHapus