Para WNI yang Terancam Hukuman Gantung

sitinurfaizatulerma.blogspot.com

Sepuluh warga negara Indonesia (WNI) di Sabah, Malaysia, terancam hukuman mati. Namun, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono belum juga turun langsung menangani kasus ini. Saat ini baru sebatas tingkat Konsulat Jenderal (Konjen) RI di kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Di penjara pusat kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, inilah, dua WNI yang terancam hukuman mati mendekam. Mereka adalah Hasanuddin bin Singkring dan Firman Fani. Dua tenaga kerja indonesia (TKI) asal Sulawesi Selatan ini terlibat kasus pembunuhan.

Dua WNI lainnya, yang semula terancam hukuman mati kemudian mendapat keringanan hukuman seumur hidup dan 18 tahun penjara, juga berada di balik sel penjara ini. mereka bernama Umar Cipto dan Wawan  Sanrego.

kabarnet.in

Sementara empat WNI lainnya yang terancam hukuman mati mendekam di penjara Sandaan, sekitar 450 kilometer dari kota Kinabalu.  dan dua WNI lain yang terancam hukuman mati masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Mesra kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Kesepuluh WNI tersebut saat ini tengah menjalani proses hukum di Mahkamah Negeri Sabah. Sembilan di antaranya terlibat dalam kasus pembunuhan, sedangkan seorang WNI terlibat kasus penyelundupan senjata. 

Dari sepuluh tahanan tersebut, dua WNI telah memiliki putusan hukum tetap atau ingkrah dan delapan lainnya masih dalam proses persidangan di Mahkamah Magistret (rendah), Mahkamah Tinggi (Pengadilan Tinggi) hingga Mahkamah Rayuan (Mahkamah Agung).

Dua WNI yang telah memiliki utusan hukuman tetap atau ingkrah bernama Umar Cipto dan Wawan Sanrego. Semula Mahkamah Negeri kota Kinabalu memvonis hukuman gantung sampai mati kepada Umar Cipto. Namun hukuman Umar Cipto telah dikurangi menjadi hukuman seumur hidup, sedangkan Wawan Sanrego mendapatkan hukuman 18 tahun penjara. Dua terpidana yang mendapat kasus hukuman lebih ringan itu berkat perjuangan dan bantuan Konjen RI Sabah, Malaysia. 

Terkait kasus-kasus berat yang menimpa WNI di Sabah, ini, Konjen RI kota Kinabalu, Sabah, tentu saja tidak tinggal diam. Konjen RI kota Kinabalu terus mendampingi mereka pada persidangan. Malah, sejak 1 Maret sampai dengan 31 Desember 2012, Konjen RI kota Kinabalu telah menyewa lawyer setempat, Messr Long & Maduarin.

baranews.co

Tugas mereka tentu saja mengadvokasi dan mendampingi para WNI yang terlibat kasus-kasus berat yang terancam hukuman gantung hingga mati. Malah tidak hanya mengurusi kasus pidana, lawyer yang disewa pihak Konjen RI kota Kinabalu, ini juga harus bersedia menyelesaikan kasus-kasus yang sifatnya perdata dan pelanggaran kontrak kerja untuk para TKI di wilayah Sabah, Malaysia. “Kami yang ada di Sabah adalah wakil resmi pemerintah RI dan presiden RI untuk membina hubungan bilateral. Jadi, saya pikir cukup kami saja di garda depan untuk menyelesaikan masalah ini,” ungkap Soepeno Sahid, Konjen RI kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.

Soepeno menegaskan, bukan persoalan perlu atau tidak perlu presiden ikut langsung turun tangan. Tapi, sepanjang perwakilan masih bisa menangani, pemerintah pusat belum perlu turun tangan.

Sebagai rasa tanggung jawab, pihak Konjen RI kota Kinabalu menanggung sepenuhnya biaya sewa lawyer tersebut dengan biaya 50 ribu ringgit per bulan. 

Domery Alpacino dari Sabah

Catatan: Pernah ditayangkan di Headline News MetroTV